Chapter 5

151 15 8
                                    

“Karena kau tak kan pernah bisa menyukaiku, jadi kumohon jangan membuatku berharap lebih dari itu…”








#SUHO

Jangan tersenyum seperti itu…
Aku takut aku akan terjatuh dalam pelukanmu…
Semakin kau tersenyum…
Kau semakin membuatku takut…
Hatiku terus berdetak kencang…
Semua itu karenamu, karena senyummu…
Jadi jangan pernah mencoba untuk terus tersenyum seperti itu padaku…
Karena aku tahu..
Segalanya hanyalah sebuah harapan kosong…
Karena aku tahu, kau tak kan pernah menyukaiku…
Jadi jangan mencoba untuk membuatku menyukaimu…
Karena aku takut…
Jatuh cinta kepadamu akan menjadi luka terperih dalam hidupku…

9 December 2017, Seoul, South Korean.
Winter, 07.55 am, Zhixu Senior High School.

Pada akhir ujian semester ini, jika Jung Eun Ji tidak berhasil memasuki peringkat ke-50 besar, maka orang tuanya akan memindahkannya ke luar negri. Oleh karena itu sekarang, aku dan Eun Ji sering belajar bersama, agar kita tetap bisa berada satu sekolahan.

Tetapi takdir baik memang tak pernah berpihak kepadaku setelah aku memasuki sekolah ini. Eun Ji mendapatkan peringkat ke-200 pada ujiannya kali ini, sedangkan aku medapatkan peringkat ke-11 pada ujian pertamaku disekolah ini.

“Ah…apakah aku sebodoh itu? Dari peringkat ke-199 di sekolah, setelah aku belajar dengan giat untuk pertama kalinya dihidupku, aku justru mendapatkan peringkat yang lebih buruk dari sebelumnya” gumam Eun Ji kesal karena peringkatnya yang justru menurun setelah ia belajar dengan giat.

“Aku heran bagaimana itu bisa terjadi? Apa kau yakin, kalau kau menghafal semua pelajaran itu dengan benar?”, tanyaku curiga.

“Tentu saja, lihat saja catatanku!” serunya sambil memperlihatkan buku catatan yang dipegangnya sejak tadi. Aku kemudian mengambil buku catatan Eun Ji yang berada di mejanya dan mencoba memeriksanya dengan benar.

“Itu daftar pelajaran yang ku hafalkan kemarin saat belajar untuk ujian sekolah! Yang belum sempat ku hafalkan, aku menulisnya dengan tinta merah” , jelas Jung Eun Ji singkat padaku.

“Tapi semuanya merah?” Tanyaku dengan raut wajah heran kepada Eun Ji.

“Tepat sekali!”

“Dasar kau ini! Ku kira kau belajar dengan serius kemarin!”, seruku padanya. Yah, dia memang anak yang seperti itu. Tetapi, dibalik sisi menyebalkannya itu, ia tertanyata orang yang mudah tersentuh hatinya terhadap sesuatu hal yang mengharukan. Dan yang paling kusuka, ia selalu bersifat apa adanya dan selalu menjadi dirinya sendiri.

“Bukan apa-apa, aku sering tidur di kelas, bermalas-malasan, jarang mengerjakan pr, itu sengaja. Takutnya, kalau akau menunjukan kemampuanku, satu sekolah langsung tersaingi dan nanti, si pria gila Chanyeol itu jadi iri padaku!”

“Mengapa kau bisa memanggil Chanyeol dengan sebutan pria gila? Memangnya kau juga pernah memiliki masalah dengannya?”, tanyaku pada Eun Ji yang sepertinya juga tak menyukai pria menyebalkan yang bernama Chanyeol itu.

“Tak perlu ditanyakan lagi. Dia itu dari dulu memang sangat mengesalkan dan sering membuat masalah di sekolah”, jawabnya padaku.

“Oh ya, rencananya aku akan berangkat ke luar negri, lusa. Aku akan meneruskan sekolahku di Belanda. Orang tua ku berharap bahwa aku bisa merubah hidupku menjadi lebih baik disana. Walaupun aku sendiri yakin, dimanapun aku berada, aku tetap saja akan seperti ini!” ungkap Eun Ji padaku dengan nada bicara yang sedikit terdengar risau.

“Kau tidak boleh seperti itu! Aku yakin kau bisa berubah menjadi lebih baik, bahkan bisa menjadi lebih pintar dari Jungkook, si pria nomor satu disekolah ini!”

WHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang