Chapter 10

123 12 0
                                    

“Karena terkadang bentuk dari sebuah cinta tak hanya berarti memiliki, tetapi juga merelakan”









#SONGHYESUNPART2

Aku mungkin takkan pernah dapat mencintaimu…
Dengan hatiku…
Aku takkan pernah dapat menyerahkan seluruh jiwaku padamu…
Yang aku miliki hanyalah sebuah ketulusan…
Tanpa arti…
Namun apakah kau dapat mengerti?
Jangan pernah mengartikannya…
Lebih seperti apa yang kau harapkan…
Karena hal itu hanya akan membuatmu lelah…
Untuk mengharapkan sebuah cinta…
Yang bahkan kau tahu…
Bahwa aku tak memilikinya…


19 March 2018, Seoul, South Korean
Spring, 08.45 am, Zhixu Senior High School

Hari ini adalah hari pertama sekolah akan mengadakan ujian tengah semester. Aku merasa cukup nervous karena hal ini. Sekolah akan memberikan sebuah penghargaan kepada peringkat pertama pada ujian kali ini. Jadi mungkin hal ini dapat dikatakan cukup penting bagi setiap siswa yang bersekolah disini, khususnya siswa dari kelas Starlight.

Aku percaya bahwa setiap siswa pasti memiliki caranya sendiri-sendiri untuk mengahadapi ujian yang cukup sulit dan menantang ini. Entah itu dengan cara yang benar atau justru dengan cara yang salah. Tetapi aku takkan memperdulikan hal itu, selagi mereka tak mengganguku.

Pada ujian ini, tempat duduk para siswa diacak berdasarkan nomor undian. Aku duduk tepat berada dibelakangnya Chanyeol, dan disebelahku kananku adalah Jungkook. Firasatku buruk tentang ujian ini, karena orang-orang yang duduk disekitarku. Soalnya begitu rumit, bisa kuperkirakan bahwa aku pasti tidak akan mendapatkan peringkat pertama pada ujian ini. Ya tentu saja begitu, semua orang bahkan sudah mengetahui siapa yang akan menduduki kursi peringkat pertama itu. Tak perlu diragukan lagi kepintarannya, karena seseorang itu juga pernah memenangkan juara pertama olimpiade matematika tingkat Asia.

Tetapi meskipun begitu, siswa di kelas Starlight tetap berjuang untuk mendapatkan posisi itu, termasuk Suho yang biasanya malas sekali belajar. Untuk sementara ini, ia memilih untuk meninggalkan kebiasaannya yaitu pergi ke club malam, dan memilih untuk fokus belajar pada ujian yang akan dihadapinya kali ini.

Banyak soal yang ku jawab berdasarkan felling ku saja. Dari pada mengosongkannya, Bukankah lebih baik ku jawab seadanya saja? Namun saat aku tengah mengerjakan soal, aku merasakan sedikit hal aneh yang terjadi disekitarku, khususnya pada Chanyeol. Ia selalu saja sibuk melihat ke arah lacinya. Sama sekali tidak seperti biasanya, namun aku membiarkannya saja begitu selama beberapa hari karena ia juga sepertinya takkan mengganguku. Tapi, apakah dia menyimpan sebuah contekan di laci mejanya? Dia benar-benar sangat mencurigakan akhir-akhir ini.

Aku terus membiarkannya sampai hari terakhir ujian akan dilaksanakan. Chanyeol masih saja seperti biasanya, dan kali ini sudah kupastikan bahwa yang ia lihat selama ini didalam lacinya adalah sebuah kertas contekan. Aku sangat heran mengapa ia melakukan hal itu, padahal ia termasuk murid pintar disekolah. Aku yakin walaupun tanpa kertas contekan itu pun, dia pasti tetap bisa mengerjakan soal ujian itu.

Selembar kertas terbang ke arahku dari arah depan, kemudian kertas itu berhenti tepat disebelah mejaku. Sepertinya itu kertas contekan milik Chanyeol. Aku tak tahu apa yang harus kulakukan akan hal itu. Aku takut bahwa guru akan mengira bahwa aku yang membawa kertas coterkan itu, tapi aku juga bahkan tak tega untuk melaporkan Chanyeol kepada pengawas ujian. Aku benar tak bisa melakukan apapun, bahkan aku tak bisa lagi fokus untuk mengerjakan soal ujian. Fikiranku benar-benar tertuju pada kertas contekan itu.

“Baiklah, aku akan mengatasinya”, gumamku dalam hati, sambil diam-diam berusaha mengambil kertas contekan itu, untuk membuangnya.

“Hye Sun, apa yang sedang kau lakukan?”, tanya seorang pengawas ujian kepadaku.

WHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang