Chapter 25

69 8 0
                                    

“Karena aku berterimakasih atas setiap detik waktu yang pernah kulalui bersamamu dengan bahagia…”











#FLASHBACKCHANYEOL

Karena aku berterimakasih…
Atas setiap detik waktu yang pernah ku lalui bersamamu…
Saat kita memiliki jalan yang panjang untuk kita lalui…
Dan kau berada disana untukku…
Mungkin…
Takkan ada yang bisa ku berikan untukmu…
Termasuk hatiku…
Tetapi, akan kupertaruhkan segalanya…
Kemudian menggengam erat tanganmu…
Berjanji…
Dan melalui segala  hal  yang menerpamu bersamaku…

31 December 2026, Seoul, South Korean
Winter, 08.37 am, Jeju Island

Saat ingatannya kembali pulih, perlahan perasaannya terhadap Irene tumbuh kembali. Ia mulai mencintai Irene seperti tujuh tahun yang lalu, akan tetapi Chanyeol tak bisa memutuskan hubungannya dengan Suzy.

"Chanyeol-ah....", Irene menyebut nama itu berulang kali saat ia masih dalam keadaan tubuhnya yang bisa dikatakan cukup kacau.

"Irene, kau baik-baik saja?", tanya IU yang sejak semalaman menjaga Irene yang baru saja tenggelam di dasar laut.

"Seharusnya aku mendengarkanmu. Untuk kesekian kalinya, aku membenci hidupku sendiri. Apa aku memang tidak terlahir untuk bahagia?", dengan tubuh yang masih terbaring lemas, Irene berusaha terbangun, medapati D.o yang berada di balik pintu memperhatikannya.

IU menggengam tangan Irene yang seperti membeku sedingin es, "Jangan memperjuangkan sesuatu yang telah kau berikan pada orang lain. Jika kau tahu, kau tak bisa melakukannya, maka jangan pernah memberikannya".

"Kau tahu mengapa orang ingin terbang tinggi saat mereka takut jatuh? Karena mereka tahu itu adalah suatu kebahagiaan yang tak kan bisa dibeli dengan uang, sekalipun resiko untuk mendapatkanya adalah rasa sakit. Dan itu juga alasanku kenapa aku ingin tetap mencintainya meskipun aku tau dia bukan lagi milikku"

"Apapun itu, aku akan mendukungmu. Berjuanglah meskipun segalanya terasa sulit. Dengan bertahan, artinya kau menang", ucap IU untuk terakhir kalinya, memberi semangat kepada Irene yang saat ini benar-benar berada pada titik terapuhnya.

***

"Irene...", tegur sebuah suara yang terasa begitu dekat dengan telingaku. Segera aku mengalihkan pandanganku pada seseorang berjas silver dengan balutan kemeja putih itu.

"Saat hatimu ragu, sebagian besar masa depan yang akan terjadi adalah ketidakpastian", D.o yang tiba-tiba saja datang membuatku semakin bingun dengan pernyataannya.

Lagi dan lagi, aku hanya terdiam menatap raut wajah D.o yang terlalu sulit untuk dimengerti.

"Kalau kau sudah menetapkan impianmu, kau tidak boleh menyerah sampai impianmu menjadi nyata. Waktu tidak akan membawamu kembali ke masa lalu, jadi jangan menyia-nyiakan saat dimana kau akan menyesalinya di masa depan", ucap D.o kembali, yang entah sejak kapan sudah menggengam erat tanganku.

"Kau tahu, mimpi indahku akan menyakitkan untukmu. Apa kah akan baik-baik saja?", tanyaku yang kali ini berhasil membuka mulutku sendiri.

D.o menyentuh pipiku lembut dan sesekali mengusapnya. "Sekalipun aku menjawab tidak, kau juga tidak akan pernah menjadi milikku kembali, bukan? Jadi pilihan terbaiknya adalah membuatmu bahagia dengan mimpimu itu"

"Seandainya kau memiliki dua pilihan.  Apa yang akan kau pilih antara melepaskan atau dilepaskan? Semuanya hanya akan menyisahkan rasa sakit saat kau mempertahankannya semakin lama"

WHYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang