Act 2: Part 5. Let's Begin The True Story

633 60 1
                                    

Happy reading!

***

07.00 - Sarapan

08.00 - Protokol

10.00 - Latihan

11.30 - Makan Siang

13.00 - Pelajaran

18.00 - Makan Malam

Lord Julian Viscounty akan mengantarmu ke semua agendamu.

Jadwal ini bukan untuk dinegosiasikan, pelajarmu tidak mentolelir keterlambatan.

Ratu Sylva dari Klan Nox Fleuret

Begitulah coretan tinta berwujud aksara yang akan menjadi pemanduku agar tetap berada di siklus kegiatan yang sama tiap harinya.

Dua jam kuhabiskan dengan Lord Marlon. Semua itu hanya untuk mencekcoki kepalaku dengan menghafalkan nama klan-klan beserta kekuatan dan warna mereka. Hal lainnya mungkin hanya belajar cara makan, mengatur postur, dan barangkali etika lainnya.

Hari ini juga akan sama seperti kemarin. Julian menanti di sisi seberang pintu, satu kakinya mengetuk-ngetuk lantai. Setidaknya, aku mendapat pengawal yang baik. Satu hal yang perlu disyukuri dari seratus hal yang bagai kutukan.

"Satu menit telat dari jadwalmu," itulah kalimat pertamanya pagi ini.

"Jadi, kau akan kembali mengasuhku setiap hari? Atau hanya sampai aku mengenal seluk-beluk kerajaan?"

Julian mengantarku ke ruang makan melewati lorong-lorong. Kini, aku bisa melihat segalanya dengan jelas. Tak ada lagi Lucis yang membelokkan cahaya. "Menurutmu bagimana, Lord Aleister?"

Aku masih tidak bisa menahan untuk cemberut di depan pintu. Di baliknya pasti telah menunggu keluarga kerajaan. Dan aku bisa bayangkan, hal pertama yang akan terjadi adalah ratu yang mengomel tentang keterlambatanku.

"Kuharap kita kelak memiliki jalinan pertemanan yang panjang dan bahagia, Lord Viscounty." ujarku.

"Sama-sama, Lord."

"Bisa kau panggil aku dengan namaku saja?"

"Terserah apa katamu, Lord."

Sepertinya pertemanan ini akan panjang. Tapi aku kurang yakin dengan kata bahagia.

Ruang makan tampak terlalu megah dengan langit-langit tinggi dan pemandangan ke arah taman istana. Meja pajangnya hanya disiapkan untuk tiga orang. Sialnya, dua orang lainnya adalah Sylva dan Putri Selena.

Sylva mengenakan gaun perak dan hijau yang sewarna dengan putrinya. Dengan rambut hitam dan kulit pucatnya, Sang Ratu Archipegio terlihat sempurna—mengerikan.

"Kau terlambat," ratu melirik sekilas. Sementara putrinya masih sibuk dengan hidangan di meja. "Asal kau tahu, Lord Marlon tidak suka kata terlambat."

Di seberangku, Selena tertawa. "Kau masih mengambil pelajaran protokol?"

"Maksudmu kau tidak?" Aku benar-benar harus bersyukur untuk ini. Kubayangkan aku tak perlu ada di kelas bersama dirinya. "Asyik!"

"Protokol hanya untuk anak-anak."Selena menangkis celaanku.

Sesuatu yang tak terduga dari Sylva. Entah apa yang merasukinya hari ini. Dia malah membelaku. "Dia tumbuh besar dengan situasi yang amat buruk. Jadi wajar saja jika dia sama sekali tidak mengenal cara-cara kita, Selena."

Teguran itu berhasil membungkam. Selena terdiam dan mengangguk, sementara aku tak bisa menahan senyuman mengejek ke arahnya.

***

Silver KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang