Act 3: Part 3. Weight of World

412 30 13
                                    

Typo bertebaran dan mungkin kualitas tulisan tidak sebagus biasanya

Yey! 1700 words buat chapter ini ^^ mungkin diksinya tidak sebagus biasa, karena sudah lama tidak menulis cerita, jadi ya... ini ko kemampuan menulis terkikis waktu, tapi biarlah. kalau ada waktu nanti saya revisi.

Dan terima kasih pada @rafiz077  yang sudah bantu ngetik di rumah. Mungkin ada sepatah dua patah kata darinya.

Rafiz: Eh, tau gk, Nisa (Author Silver Knight) di sklh kn ikt eksul English club. Mreka mau bkn drama buat bln bhs ntar akhir oktober. Dia jdi protagonisnya lho, lucu. Trs pas praktek nyanyi inggris dia nyanyi lgu Servant of Evil versi Lizz Robinett (kepo cri di YT). Ternyata slama ini lu bohong gk bsa yanyi. Tu nyanyinya bgs -_-

Dah gtu aja. Nanti lain kli gw main ps lgi di rumahmu ya

Happy reading!

***

Suaraku bergetar saat berbicara. Kuajukan sebuah pertanyaan yang tidak ingin aku ketahui jawabannya. "Di mana Ayah?"

Seketika, tubuh Ibu roboh dan tangisnya meledak. Fresa tak kuasa melihatnya. Dia hanya dapat melihat lantai dalam diam, kulihat bulir bening menuruni pipinya. Tidak ada yang berbicara, semua hening hanya menyisakan suara tangis Ibu.

Ini bohong 'kan? Tangan kiriku bergerak dengan sendirinya menyentuh pergelangan tangan kananku. Aku bisa melihat sebuah sinar biru keperakan melingkari pergelangan tanganku. Ah, Lagi-lagi gelang itu.

Mengapa hidup ini rasanya tak adil?

Apakah ini kutukan?

Atau semacan hukuman dari Tuhan?

Tiada yang bisa kita peroleh tanpa pengorbanan. Jika saja kemampuanku tak pernah datang, apakah aku masih akan tetap di sini? Bersama keluargaku, temanku, menjalani hidupku dengan berharap keadaan bisa berubah seperti dulu lagi.

"Kami tak ingin memberitahumu melalui surat," bisik Ardent sambil memalingkan muka. "Ini terjadi dua minggu lalu. Keadaan paru-parunya semakin parah."

Sesuatu dalam diriku mendesak untuk dilepaskan. Kekuatanku. Gelombang keinginan untuk membakar sesuatu muncul, untuk menuangkan amarah dan kesedihanku dalam sebuah ledakan panas.

Kendalikan!

Ardent memaksa mulutnya berucap walau aku tahu dia tak ingin. "Kami sudah melakukan semua yang kami bisa, tapi ..."

Aku tidak ingin mendengar apapun lagi. Aku ingin melarikan diri. Menutup mata dan telingaku dari kenyataan yang sudah tepat berada di hadapanku. Namun yang ada malah kakiku serasa berakar.

Pandanganku mengabur entah kenapa. Benakku berputar dalam kehampaan, hingga perlahan aku melupakan kalau aku mestinya mengendalikan kekuatanku. Aku hanya berharap ini mimpi, dan semua yang terjadi tiada yang nyata. Namun, semua angan ini hanya harapan tak berarti.

Cahaya di sekitar mulai berkedip-kedip. Rintihan yang memekakkan telinga melengking ke sepenjuru rumah. Seketika, lilin-lilin ikut menyala-nyala, kali ini akulah yang menciptakan energi itu seperti yang Rhein pernah ajarkan.

Seseorang memanggil namaku, namun aku tidak yakin siapa itu. Lagipula, siapa aku sebenarnya?

Tangan-tangan menarik tubuhku, membuatku terhentak kembali ke kenyataan. Degungan di sekitar perlahan berubah kembali menjadi suara-suara yang seharusnya.

"... kendalikan dirimu!"

Aku mendongak mendapati kakakku dengan raut wajak penuh kekhawatiran. Semua lilin menjadi normal kembali, sayangnya bukan hanya mereka yang menyala di kegelapan malam.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Silver KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang