Act 1: Part 5. Revolt

787 94 25
                                    

Jangan sungkan meninggalkan jejak ^^
Tapi sebelumnya baca dulu sampai selesai ya ...

Happy reading!

***

Kupikir tempat ini merupakan utopia yang terwujud di dunia nyata. Sayangnya euforia itu hilang tepat ketika aku melihat siapa orang Api sesungguhnya.

Di Irvheta, segala macam manusia Api sibuk dengan kehidupan luar biasa mereka. Masing-masing teramat agung, memukau, anggun, berkuasa. Sebuah kehidupan asing yang takkan pernah kukenal.

Seorang gadis duduk di depan air mancur, menghibur anak-anak dengan menari bersama air yang membentuk pita memutari tubuhnya. Seorang anak lelaki berdiri di depan piano hitam mengkilap yang nampak elegan. Musik mengalun begitu saja, namun jarinya masih tak menyentuh tutsnya. Seorang Alentor, dia dapat menggerakan objek hanya dengan pikirannya.

Aku hanya dapat berharap tidak bertemu dengan manusia dari klan yang paling tidak diharapkan. Klan pembisik. Para pengendali pikiran, merasuki dan membisikan apa pun yang membuat korban mereka melakukan apa pun yang mereka bisikkan.

Tentunya Fresa tidak cukup bodoh mencari korbannya. Seperti serigala yang mengintai sekawanan domba, hanya saja mungkin sekarang dialah mangsanya. Lagi pula kami dapat berbaur dengan mudah. Sama seperti Kaum Air lainnya, hanya serangga yang berseliweran dibawah kaki para dewa.

Namun Fresa bisa saja malah memilih Si Kaki Cepat yang dapat menangkapnya dalam sekejap. Atau malah pembisik yang dalam radius satu kilometer jauhnya sudah mengetahui niatan kami.

Kembali ke alun-alun melalui jalan utama, awalnya aku hanya akan melakukan apa yang sudah direncanakan, namun-

Bunyi nyaring yang menusuk telinga menggelegar dari kejauhan. Bergemuruh nyaring, membuatku berpaling ke sumber kebisingan itu bersama khalayak.

Dan setelah itu berbagai suara bercampur kala mata mereka menangkap pemandangan mengerikan yang tersuguh siang ini. Bahkan orang-orang Api menghentikan kesibukan mereka untuk melihat apa yang terjadi.

Kaum Api terkesiap di sekitarku, langsung kasak-kusuk ketakutan. Ekspresi yang yang terlihat detelah topeng es mereka pecah. Dan aku? Tentunya aku hanya dapat mengerjap tak percaya.

Api berkobar memporak-porandakan beberapa bangunan yang cukup jauh dari tempatku berdiri. Dari suara yang kudengar sebelumya, barangkali terjadi sebuah ledakan atau semacamnya.

Tiba-tiba seorang Api menggebrak meja bar, menjadikannya tak lebih dari serpihan kayu. Seorang penghancur. "Pasti ini semua ulah orang-orang Rayflakes! Mereka kehilangan pelabuhan mereka dan sekarang mereka datang untuk menakut-nakuti kita!" Cemoohan lainnya ikuy mengiringi seuran Pria tersebut. Ditunjukkan pada musuh negeri kami.

"Kita harusnya membasmi mereka, hingga mereka berlarian seperti tikus pengecut!" Seorang Api lain menimpali dan yang lainnya bersorak.

Pengecut katamu? Memangnya siapa pengecut sebenarnya disini?

Siapa yang memiliki kekuatan tapi tidak memiliki cukup keberanian untuk melihat garda depan atau melihat putra-putri mereka dikirim ke medan perang?

Kaum kami dengan beraninya berjuang di garda depan. Sedang kalian dengan beraninya bersantai di menara dingin kalian dan masih saja tidak menghargai nyawa Kaum Air. Perang kalian dibayar dengan darah kami.

Kulihat bagian muka bangunan yang diledakan itu hancur menjadi serpihan tembok berlian. Sebagian dari diriku ingin tersenyum, namun kutahan sebelum itu menjadi hal terakhir yang kulakukan dalam hidupku.

Silver KnightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang