0.6

14.8K 1.3K 252
                                    

Jimin yang merasakan
ada sinyal buruk segera
menarik - narik paksa
tangannya walau tetap
saja hasilnya nihil.

Laki - laki berjas itu
kembali dengan sebuah
kotak berwarna coklat
kelam dikedua tangannya.

Melempar begitu saja
kotak itu kesamping nakas
meja, dan tanpa aba -
aba segera menindih
tubuh mungil Jimin.

Tak lupa ia mengeluar
kan ponselnya dan menyalakan
aplikasi perekam video
yang ada disana.

"Hai tuan muda Jeon yang
terhormat, aku kembali"

Sebuah smirk tercetak jelas
di wajah laki - laki berjas itu.

Tanpa mau berlama -
lama dengan ponselnya,
laki - laki berjas itu
kembali mengarahkan
atensinya pada Jimin
yang tengah meronta hebat
meminta dibebaskan.

Jimin menatap bingung
saat laki - laki berjas itu
kembali dengan sebuah
lilin ditangan kanannya.

"Disini sudah terang,"

Kalimat polos itu keluar
begitu saja dari bibir
plum Jimin, membjat laki -
laki berjas itu tertawa
sejenak.

Perlahan mendekati Jimin
yang masih terbaring
pasrah diranjang asing itu,
dan mulai menghidupkan
lilin yang ia bawa tadi.

Menunggu lelehan lilin
itu terkumpul didekat
sumbunya, setelah di rasa
cukup laki - laki berjas
itu segera merobek kasar
baju Jimin tanpa mem—
perdulikan pekikan tak
terima darinya.

Mendekatkan lilin itu
ke arah nipple merah
muda Jimin yang sangat
menggiurkan baginya,
dan—

Test.

Test.

"Akhh... hentikan!! Jauhkan
lilin itu dari nippleku brengsek!!"

Respon yang diberikan
laki - laki berjas itu
hanya lah tawa sederhana
layaknya orang idiot.

Otak Jimin tak lagi
bekerja dengan baik, rasa
sakit di nipplenya saat
terkena lelehan lilin itu
membuatnya menekan
dalam - dalam kepalanya
ke dalam bantal.

"Desahanmu.. akan jauh lebih
indah saat kesakitan manis..."

Sebuah dildo big size
pun ia keluarkan dari
dalam kotak itu, membuat
Jimin yang memang pada
dasarnya tak tahu menahu
hal - hal berbau seks hanya
dapat mengerutkan kening
nya bingung.

"Itu ap-ahhh... ngghh.. angghh"

Dengan kurang ajarnya
laki - laki berjas itu mengemut
nipple Jimin layaknya bayi
dewasa.

.

.

.

"Tuan Jeon, apa yang kau lak-"

"Tinggalkan aku sendiri"

Bogum yang mendengar
itu hanya dapat mengangguk
kan kepalanya mengerti
dan segera pergi dari
ruangan itu.

"Ahhh.... sshhh... Jimh..."

Jungkook yang mendapat
panggilan video call dari
id pengguna yang tak ia kenal
segera mengangkatnya takut -
takut itu salah satu cliennya.

Namun yang didapatkan
Jungkook adalah pe—
mandangan erotis Jimin
yang selalu ia bayangkan
saat melakukan solo di
kamar mandinya.

Jungkook tak memikirkan
apa pun lagi saat ini,
ia hanya ingin segera
melepaskan hasratnya
yang membuncah kala
mendengar desahan indah
Jimin.

PrisonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang