Rahasia Pertama Amirah

1.2K 28 0
                                    

Perjalanan menyenangkan, euphoria Negeri Gingseng masih terbawa hingga Indonesia.Aku, Amirah, Udin, Meira dan Senpai tiba di Indonesia ba'da maghrib, selanjutnya kehidupan kembali kedunia nyata. Kembali pada kesibukan sebagai PPIC manager yang bertunangan dengan Senpai, Calon bupati yang masih merintis karir sebagai staf Legal perusahaan bonafide dengan berbagai keluhan tentang rencana-rencana pernikahan yang terus ditunda.

"Aku nginep rumah Amirah dulu ya, kayaknya flu berat nih."

"Beb... kita naik taxi aja, kamu langsung balik aja gak apa, pasti capek kan kamu." Tangkas Amirah

"Okey. Yakin ya gak apa? Aku balik duluan, kalian hati-hati." Udin mengakhiri perbincangan kami

Meira dan Senpai mengambil mobil mereka dan melesat mendahului taxiku dan Amirah.

"Kita duluan ya ..."

"Yuhuu..." dari balik jendela taxi sahutku sembari melambaikan tangan

Lebih dari enam bulan aku tak sempat berkunjung lagi ke rumah kontrakan sebelumnya. Hari ini dari bandara menuju rumah kontrakan serasa seperti sedang berada dimasa lalu. Aku dan Amirah mengenang banyak hal selama kami tinggal dibawah satu atap. Kegiatan hangout di angkringan ala jogja pun tak luput dari agenda esok.

Tiba di rumah tak banyak yang bisa kami kerjakan, aku merasa jetlag berat sehingga selesai menurunkan barang bawaan dari taxi badanku langsung ambruk disofa sampai pagi. Beruntungnya sholat isya sudah dikerjakan saat perjalanan dari bandara menuju rumah, berikut jama' ta'khir maghrib. Karena Jama' sholat harus dilakukan ditempat selain rumah tinggal lebih tepatnya diperjalanan sebelum tiba di rumah.

Udara perumahan ini masih tetap sama, segar. Sekarang jogging pagi menjadi rutinitas baruku setahun terakhir. Olahraga renang yang biasanya hanya dilakukan seminggu sekali sekarang aku menambah frekuensinya menjadi seminggu tiga kali.Melakukan jogging pagi membuatku semakin mudah dalam menemukan ide-ide baru.Dan ada yang masih sama, Amirah tetap memiliki kebiasaan nge-bangkong di hari libur.

Hari ini seharian aku dan Amirah akan tetap dirumah, kami ingin menikmati hari-hari yang lama tidak di lakukan bersama.Seperti kepasar tradisional, dimana aku akan memborong seluruh isi pasar hingga cukup untuk persedian selama dua minggu. Kami membeli ini dan itu. Memasak dan berbicara tentang lebih banyak hal.

Amirah masih seperti dulu, sayur berkuah menjadi musuh bebuyutannya. Ia hanya akan memakan sayur yang ditumis dengan cabe yang tidak banyak. Perutnya akan terus protes setiap kali aku memasak pedas. Meski saat memakannya terasa nikmat.

Ponselku berbunyi menyela perbincangan kami, pesan dari Fachri. Aku segera bersiap untuk bisa menemuinya. Terlalu cepat namun sesuatu yang baik memang harus disegerakan. Selesai makan siang, Amirah kembali ke Kasur. Beberapa kali aku sudah ingatkan itu akan berdampak buruk, bahkan bisa jadi asam lambung akut. Tapi sepertinya dia sedang menikmati kebebasan. Kebebasan berkarya menggemukkan perut, semoga hanya menjadi gemuk, tidak menambah penyakit.

Tok... tok... tok...

Pintu depan seperti ada yang mengetuk, kamarku berada diruangan belakang sehingga hanya Amirah yang mendengar suara ketukan. Dengan masih setengah sadar akhirnya Amirah membuka pintu.

Namun ia kembali menutup pintu, wajah terkejutnya seperti telah melihat sesuatu. Seolah melihat hantu atau artis terkenal, entahlah akupun tak bisa membedakan. Aku telah bersiap, melihat Amirah dalam kondisi mengkhawatirkan tak ada yang bisa aku lakukan kecuali menenangkannya, menduduk-kan di sofa dan memberinya minuman, perlahan mengajaknya untuk bicara namun belum sampai di jawab seseorang kembali mengetuk pintu.

Tok...tok... tok...

Aku bergegas membuka pintu dan mempersilahkannya masuk. Amirah menyadari ada tamu sehingga ia berpindah ke pantry seolah hendak menyuguhkan minum untuk tamuku, namun aku dengan cepat justru mengambil nampannya.

The ProposalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang