Camlo dan Pria Misterius

5.3K 323 4
                                    

"Teruntuk engkau yang tak ku ketahui siapa, engkau yang kelak akan menuntunku melewati jalan terjal demi mengharap ridho-Nya. Siapa kamu, siapa namamu, dari mana asalmu, aku pun tak tahu. Jika kau sudah datang nanti, ku mohon cintailah karena-Nya. Aku menantimu dengan segenap penantian yang tertunda. Kehadiranmu ku yakin akan menjadi penyejukku, bagai awan yang berarak yang melindungiku dari terik mentari."

"Wahai hati, aku sudah pernah mengecap luka yang teramat perih bahkan untuk ku lukiskan bagaimana rasanya pun aku tak mampu. Ku harap, kehadiranmu akan menjadi penawar atas lukaku, aku janji, begitu kau datang aku akan segera mengubur luka itu bersama masalalunya sekaligus. Karena, bersamamu di masadepanku adalah suatu cita-cita untuk membangun surga juga menggapai rindho-Nya. Karena, bersamamu adalah cara yang benar untuk mengecap bagaimana indahnya cinta."

"Allah, ku mohon, lenyapkanlah rasa luka ini sesegera mungkin. Allah, entah bagaimana aku benar-benar ingin melupakan cinta yang tak wajar ini. Bukan cinta melainkan nafsu, nafsu untuk bisa memiliki pria sempurna sepertinya. Allah, sakit sekali rasanya. Betapa hinanya aku, hingga beraninya aku mengharap cintanya. Hatiku sudah buta oleh nafsu, setan pun semakin kuat bersemayam dalam dadaku. Allah, tolong aku."

"Cinta memang fitrah dari-Mu, wahai Rabbku, aku tak akan pernah bisa menyangkal karena Engkau lah penggenggam hatiku. Maka, ku mohon palingkanlah hatiku darinya, dari pria sempurna yang tak mungkin lagi ku harapkan untuk berjalan beriringan menuju singga sana-Mu. Allah, tolong musnahkan rasa ini. Bagai goresan getar hati yang semakin melebar, sungguh aku tak sanggup lagi mengecap cinta ini. Allah, tolong."

Tanggul yang sedari tadi Kiya tahan akhirnya jebol juga. Menganak sungai. Kiniseluruh pipi gadis itu bahkan sajadah berwarna cokelat bergambar masjid megah yang ia kenakan sebagai alat solat kini telah basah. Suara isakan tak dapat lagi ia redam, meski ia bungkam sekuat tenaga mulut ini dengan kedua tangan. Mungkin karena rasa sakit yang begitu mendalam dalam dada. Huh, rasa sakit yang seperti apa? Rasa sakit karena hati telah digerogoti oleh nafsu bukan cinta.

"Apa gunanya ilmu agama yang keluargku tanamkan sejak aku kecil, jika menata hati pun aku tak bisa, mengendalikan rasa cinta pun aku kepayahan." Keluh Kiya dalam hati.

"Kiya.." suara parau Minna mengaget Kiya.

"Astaghfirullah, aku telah mengganggu tidur nyenyak Minna. Gadis itu tadi baru pulang pukul satu malam dari pesta ulangtahun teman George." Ucap Kiya lirih.

"Kiya kau menangis?" tanyanya Minna yang sudah mengambil posisi duduk di sebelah Kiya. Ia memergoki anak sungai yang tak henti-hentinya mengalir dari kelopak mata Kiya. Kiya menggigit bibir bawah seraya menghapus air mata di pipi.

"Jawab, Kiya! Kau kenapa sih, sejak kepulanganmu dari rumah sakit seminggu lalu kau selalu melamun. Apa ada masalah?" cerocos Minna, walau baru enam bulan saling mengenal mereka sudah sangat akrab. Bagaikan sahabat lama. Dan Minna selalu khawatir saat hal buruk menimpa Kiya.

"Tidak Minna, aku tak kuat menceritakannya padamu. Menyebutkan namanya saja aku tak sanggup. Apalagi aku harus bercerita padamu mengenai sesak dalam dadaku." Batin Kiya.

"Pasti masalahmu besar, aku tak pernah melihatmu serapuh ini." Minna menatapku iba, lekas ia rangkul tubuh bergetarku.

"Ceritalah padaku, Kiya. Aku akan mendengarnya jika bercerita padaku akan membuatmu merasa lebih tenang."

Kiya semakin terisak dalam pelukan sahabat barunya itu, Minna. Entahlah, ia mulai senang berada di dekatnya, Minna selalu bisa menenangkannya. Tak perduli perbedaan antaraku mereka. Minna gadis yang baik dan periang.

"Cinta, Minna. Cinta yang membuatku seperti ini." Kiya mulai membuka suara. Meski rasa sesak dalam dada kebali datang bagai sambaran petir. Mungkin Minna benar, Kiya harus bercerita padanya.

LOVESTRUCK OF THE ROSES [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang