DOM

3.2K 216 4
                                    

"Bagaimana mungkin aku kembali terperosok dalam lubang yang sama. Bukankah aku sudah ribuan kali membaca nasihat dari Sayyidina Ali Bin Abi Thalib tentang hal itu. Malah ku kira sudah hafal di luar kepala. How stupid i am! Aku tak boleh berharap kepada makhluk-Mu ya Rabb. Tapi mengapa aku melakukannya kembali hingga hatiku kembali terasa sakit," gumam Kiya

Air mata Kiya mengalir dengan derasnya ketika ia menyadari kesalahannya, bukan kesalahan yang pertama. Ini adalah kesalahan kedua, bahkan ini lebih menyakitkan dari sebelumnya. Gadis itu memukul-mukul bangku taman dengan kepalan tangannya. Ia jengah dengan dirinya sendiri yang tak pernah bisa mengendalikan diri.

"Bibi Kiya, kenapa sih kau selalu menangis?" ujar seorang anak laki-laki yang tiba-tiba sudah duduk di sebelah Kiya. Sontak Kiya kaget.

"Kenan?" ujar Kiya dengan mata yang membulat sempurna. Ia tak tahu sejak kapan anak kecil itu berada di sebelahnya. Mengapa ia sampai tak menyadari kehadiran anak kecil itu, sebegitu kalutkah dirinya?

"Aku bertanya bibi, kenapa bibi selalu saja menangis? Apa bibi sedang sakit?" tanya Kenan dengan polos.

"Tidak Kenan. Kenan apa kabar? Lama ya kita tidak jumpa."

"Kenan baik-baik saja. Bibi Kiya yang tidak baik, bibi menangis."

"Bibi juga baik-baik saja Kenan sayang."

"Bibi Kiya harus ingat ya, Allah itu ada di sini," ujar Kenan sembari memegang dadanya sendiri dengan tangan mungilnya. "Bibi Kiya tidak boleh sedih ya," Kenan menampakkan senyum manisnya.

"Terimakasih Kenan sayang, kau selalu bisa membuat bibi tak sedih lagi," kata Kiya sembari mendekap erat tubuh mungil Kenan.

"Kenan sayang Bibi Kiya. Jangan menangis lagi ya," balas Kenan.

Keduanya saling berpelukan, sesekali Kiya mengusap lembut pucuk kepala Kenan. Dari kejauhan, di balik pohon maple, seseorang tengah memperhatikan adegan tersebut. Lagi-lagi pria berpakaian serba hitam lengkap dengan jaket hitam dan topi hitam itu, lengkap dengan kaca mata hitamnya. Pria itu tersenyum kecut, kemudian ia berlalu pergi.

"Assalamualaikum," suara lembut seorang wanita menginterupsi adegan berpelukan antara Kiya dan Kenan, sontak keduanya menoleh ke arah sumber suara. Senyum manis merekah dari bibir manis seorang wanita cantik berwajah timur tengah, wanita itu mengenakan abaya berwarna hitam dengan jilbab besar yang berwarna hitap juga. Wanita itu sangat cantik. Entah nyata atau tidak, Kiya seperti melihat cahaya bersinar di wajah wanita itu.

"Waalaikumsalam," jawab Kiya kemudian, setelah beberapa detik ia terpana oleh wanita yang membawa dua paperbag di tangan kanannya itu.

"Ibu kenapa lama sekali, Kenan kan sudah haus. Mana jus jeruk kenan ibu? Ayah dan paman mana ibu?" cerocos Kenan yang berlari dan memeluk pinggul wanita itu.

"Ibu mencarimu nak, ternyata kau ada di sini. Ayah dan pamanmu sudah pulang lebih dulu. Mereka ada urusan sebentar dengan Paman Ahmed," jawab wanita itu sembari mengusap lembut pipi Kenan dan memberikan sebotol jus jeruk pada anak kecil itu.

"Ah ibu, kenapa ibu biarkan paman pergi? Aku kan akan mengenalkan paman pada Bibi Kiya ibu. Pasti Bibi Kiya tidak sedih lagi, pasti paman juga senang berkenalan dengan Bibi Kiya. Bibi Kiya baik dan cantik," oceh Kenan mencebikkan bibir mungilnya.

"Kenan," desis Kiya.

"O hi, kau Kiya ya?" tanya wanita itu tersenyum.

"I i iya," jawab Kiya

"Kenalkan, aku Fateema, ibunya Kenan. Akhirnya aku bertemu juga denganmu. Sudah lama bercerita tentangmu. Kau tahu? Dia selalu ceria kalau sudah bercerita tentangmu. Ternyata benar, kau cantik sekali Kiya," kini giliran wanita yang ternyata bernama Fateema itu yang mengoceh. Kiya hanya menelan ludah.

LOVESTRUCK OF THE ROSES [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang