"Hai, Dokter Drick? Ada apa?" tanya Minna yang terkejut saat membuka pintu apartemen Drick sudah berdiri di sana, entah sudah berapa lama pria itu berdiri di tempat itu.
"Hai Minna, a-a-aku, aku, aku ingin bertemu Kiya. Apa ia ada di dalam?" tanya Drick terus terang.
"Apa kau belum mendengar tentang Kiya? Ia sudah tidak tinggal bersamaku sejak hari kedua lebaran. Kiya sekarang tinggal bersama Rama di apartemen Rama," jawab Minna.
"APA? Dia tinggal bersama Rama?" Drick terkejut bukan main, bola matanya seolah akan keluar dari empunya. Pernyataan Minna membuat isi kepala Drick semakin mendidih. Ada apa sebenarnya sehingga berani-beraninya mereka berdua tinggal satu atap. Wajah Drick memerah akibat amarah yang bergejolak di dalam dadanya, kedua tangannya mengepal, seolah siap menghantam apapun yang ada di hadapannya.
"Doctor Drick are you ok?" tanya Minna khawatir.
"Katakan padaku Minna, apa yang sedang terjadi?" bentak Drick sembari mencengkeram kedua bahu Minna dengan kuat, Minna merintih kesakitan.
"Apa maksudmu Dokter Drick? Sungguh aku tak mengerti."
"Kenapa Kiya tinggal bersama Rama?" tanya Drick sinis, tangannya masih mencengkeram bahu Minna.
Minna menarik nafas panjang dan membuangnya pelan, matanya menatap mata Drick, membuat Drick melepaskan cengkeramannya dari bahu Minna.
"Jadi kau belum tahu? Kalau sebenarnya Kiya dan Rama adalah....." belum selesai Minna melanjutkan ucapannya, Drick buru-buru memberi isyarat agar Minna tak melanjutkan ucapannya.
"Cukup Minna, jangan kau lanjutkan ucapanmu itu. Aku sudah bisa menebaknya. Permisi, aku pergi," ujar Drick berlalu pergi dengan langkah cepat.
"Dokter Drick tunggu, aku harus mengatakan yang sebenarnya padamu. TUNGGU!" Teriak Minna, namun Drick sama sekali tak menghiraukan hal itu, ia semakin mempercepat langkahnya.
-o0o-
"Jika aku ingin mendapatkan seorang gadis seperti Fatimah Az-Zahra, maka aku harus bisa setaat Ali bin Abi Thalib. Maafkan aku, maafkan aku yang pernah menyebut namamu dalam doaku. Sekuat apapun aku berusaha, sesering apapun aku meminta pada Allah, jika bukan namamu, maka kita tak akan bisa bersatu."
DRICK WILLIAM JASIM
Sepanjang perjalan kembali ke Amsterdam, Drick hanya memandang keluar jendela kereta dengan pandangan kosong. Hatinya tengah hancur, niat baiknya berkunjung ke Leiden telah pupus. Tadinya ia kira kunjungannya ke Leiden akan menjadi hal spesial dalam sejarah hidupnya. Ia akan menyatakan cintanya pada Kiya, lalu ia tidak akan meminta Kiya menjadi kekasihnya namun istrinya. Sejak seminggu setelah ia kembali ke Amsterdam untuk melaksanakan aktivitas seperti biasa, pikiran Drick selalu terbayang oleh keinginannya untuk segera menjadikan gadis itu halal baginya. Tapi takdir Allah berkehendak lain. Drick harus segera melupakan niatnya itu bahkan perasaannya pada Kiya.
Drrrt drrtttt drrrrttt drrrrtt
Ponsel Drick bergetar, ia segera merogoh ponsel dalam saku celana jeansnya. Sebuah pesan dari seseorang yang sangat dikenalnya. Pesan dari Meneer Albert, teman mengajinya di Fateeh Moske. Isi pesan itu mengabarkan bahwa penyakit putrinya kambuh, Drick harus segera datang ke rumah Meneer Albert.
"Tapi, aku bukan dokter kanker. Kenapa harus aku yang datang? Bukannya Dokter Luicha adalah dokter pribadi putri Meneer Albert, dan ini bukan jam praktikku. Ah mungkin ada yang harus ku bantu jadi aku harus datang ke sana, mungkin Dokter Luicha juga sudah di sana," batin Drick.
-o0o-
Setelah menempuh perjalanan selama duapuluh empat menit dari Leiden Centraal, akhirnya Drick sampai di Amsterdam Centraal. Bergegas ia mengambil sepeda yang ia titipkan di tempat parkir sepeda Amsterdam Centraal. Drick pun mengayuh sepedanya menuju rumah Meneer Albert dengan kencang.
Tak butuh waktu lama, Drick pun sampai di rumah Meneer Albert. Di Ambang pintu rupanya pria paruh baya itu tengan menanti kedatangan Drick. Namun, sepertinya tak ada tanda-tanda keberadaan Dokter Luicha di sana. Drick pun memarkirkan sepedanya dan segera menghampiri Meneer Albert.
"Assalamualaikum, bagaimana keadaan putri anda?"
"Waalaikumsalam, Alhamdulillah sudah lebih membaik. Tadi Dokter Luicha sudah menanganinya."
"Oh ya? Di mana sekarang Dokter Luicha?"
"Dia sudah kembali ke rumah sakit,"
"Lalu apakah ada yang bisa saya bantu?"
"Ada hal penting yang ingin saya bicarakan padamu, nak," ujar Meneer Albert dengan lembut. "Mari masuk!" ajaknya. Tanpa berpikir panjang Drick pun mengikuti Meneer Albert.
Di dalam rumah, lebih tepatnya di ruang tamu, seorang gadis duduk di kursi roda. Wajah gadis itu terlihat sangat pucat. Gadis itu sangat cantik, meski kantung matanya berwarna hitam legam. Gadis berbalut jilbab berwarna hitam itu tersenyum pada Drick, Drick pun membalas senyumnya.
"Assalamualaikum Hafsah, bagaimana keadaanmu?" tanya Drick ramah.
"Waalaikumsalam. Keadaanku sudah lebih baik," jawab gadis cantik itu dengan senyum mengembang.
"Alhamdulillah," ujar Drick.
"Drick, kami ingin bicara padamu, nak," ujar Meneer Albert menginterupsi percakapan Drick dan Hafsah.
"Ya, ada apa?" tanya Drick.
"Ku mohon, menikahlah dengan Hafsah. Aku yakin kau adalah pria yang baik untuknya. Ku mohon, nak," ujar Meneer Albert tanpa basa-basi. Drick yang tak siap mendengar perkataan itu pun otaknya seolah berhenti bekerja.
"Nak, penyakit Hafsah sudah semakin parah. Ia hanya mempinyai satu keinginan, yaitu menikah. Apa kau bersedia mewujudkan keinginan itu sebelum Hafsah pergi? Dan kau harus tahu bahwa Hafsah sangat mencintaimu sejak pertema bertemu denganmu," bisik Meneer Albert pada Drick, pria paruh baya itu tak ingin putrinya mendengar ucapan itu, kalau tidak pasti gadis cantik itu akan bersedih.
"Maaf, aku tak bisa memutuskannya sekarang. Ku mohon beri aku waktu. Meneer Albert, Hafsah, aku permisi. Assalamualaikum," pamit Drick. Drick pun bergegas keluar dari rumah Meneer Albert dengan perasaan campur aduk.
"Dokter Drick, aku akan bersabar menunggu jawabanmu," teriak Hafsah. Drick pun menoleh, Drick menganggukan kepalanya seraya tersenyum.
Drick melanjutkan langkahnya, ia tahu sikapnya ini sangat tidak sopan, terlebih Meneer Albert adalah orang yang sangat dihormatinya. Namun, soal perasaan tak bisa diputuskan secepat itu. Terlebih Drick baru saja merasakan patah hati dan sekarang ada seorang gadis yang terang-terangan minta dinikahi.
"Ya Allah, kejutan apa yang akan kau berikan padaku?" ujar Drick sembari mengayuh sepedanya dengan kencang.
-o0o-
Seperti biasa, Drick bangun disepertiga malam. Sejak Drick menyadari kesalahannya meninggalkan Allah, Drick selalu berusaha melakukan apapun yang dicintai Allah, termasuk bangun di sepertiga malam untuk melaksanakan sholat tahajud, ia selalu merasakan ketenangan yang luar biasa saat ia melakukan perjumpaan istimewa dengan Allah di sepertiga malam. Akan tetapi, malam ini, tak hanya sholat tahajud yang ia laksanakan. Pria berambut ikal itu juga melaksanakan sholat istikharah untuk meminta petunjuk pada Allah atas permintaan Meneer Albert dan Hafsah tadi siang.
Minggu, 16 Juli 2017
Assalamualaikum, saya kembali lagi untuk update. Maaf lama tak update, banyak pekerjaan soalnya. Hehehe semoga teman-teman masih suka dengn kisah ini. Jangan lupa vote and comment. Terimakasih.
Dank je!

KAMU SEDANG MEMBACA
LOVESTRUCK OF THE ROSES [Complete]
EspiritualWarning❕ This story is part of ISLAMICLOVE SERIES. These story are: 1. LOVESTRUCK OF THE ROSES (completed) 2. GORESAN TINTA LAUHUL MAHFUDZ (completed) 3. HOUSEHOLD ARK (on going) [BELUM REVISI] #7 in Spiritual 25-05-2017 #6 in Spiritual 25-05-2017 D...