"Heeeee? Artis dari Pledis Entertainment? Tapi aku lebih suka mencari berita tentang atlet daripada artis," gerutu Kwon Eri, gadis 19 tahun yang magang di sebuah media cetak di kota Seoul. Bakat jurnalistiknya menurun dari Eomma dan Appanya yang sama-sama seorang wartawan terkenal, juga kakak perempuannya yang sudah menjadi manajer di tempatnya bekerja saat ini.
"Satu-satunya pekerjaan yang tersisa adalah ini. Jika kau tak mau, aku bisa menyerahkannya pada wartawan magang yang lain. Lagi pula tugasmu tak berat, hanya mencari kebenaran dari berita yang sudah ada sebelumnya," papar Kwon Hena, kakak Eri.
Eri akhirnya menyetujui tugas yang diberikan Hena. Artis yang dia amati adalah Hoshi dari boyband Seventeen yang beberapa bulan yang lalu terlibat skandal berpacaran dengan seniornya, Raina After School. Menurut informasi dari Hena, member Seventeen mendapatkan libur sekitar 2-3 minggu dan kampung halaman Hoshi adalah di Namyang-Ju. Jadi, dia harus ke Namyang-Ju, Gyeonggi-Do selama 3 minggu untuk 'pengintaian' ini.
"Biaya akomodasi dan berkas sudah aku siapkan di dalam sini. Di dalamnya juga ada kartu untuk masuk di penginapan yang dekat dengan tempat tinggalnya," kata Hena sambil menunjuk amplop coklat besar. Eri mengangguk mengerti.
"Jadi kapan aku harus berangkat?" tanya Eri sambil menyesap coklat panasnya. Udara musim dingin sudah tercium di akhir musim gugur ini.
"Malam ini juga kau harus berangkat. Waktumu 3 minggu. Jangan pulang atau menelpon jika kau belum mendapatkan informasi yang benar-benar aku butuhkan!" Kata Hena tegas. Eri tersedak. Bahkan coklat panas dari dalam mulutnya menyembur ke layar komputer Hena.
"Mwooooo??! Kenapa mendadak sekali?" Semprot Eri. Hena melotot pada adiknya. Sebenarnya dia gadis yang lembut, tapi sekarang bukan saatnya lagi untuk memanjakan Eri.
"Dunia kerja memang seperti itu, Eri-ya!"
****
"Huuuh, kenapa jalanan di sini sangat dingin dan gelap? Jika tiap hari seperti ini, lebih baik aku tidur saja terus di penginapan tanpa mencari tau tentang Hoshi itu. Lagipula, itu kan urusan pribadinya, kenapa wartawan harus ikut campur?" gerutu Eri sesaat setelah turun dari bis dan berjalan menuju ke penginapan.
"Untung saja Eonni membawakanku peta. Jika tidak, pasti aku sudah kesasar masuk ke semak-semak di ujung sana. Tunggu, tapi aku tak bisa membaca peta ini. Dimana posisiku saat ini ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.
"Apa kau butuh bantuan, Nona Manis?" tanya seorang pria di belakangnya. Jantung Eri terasa ingin lepas dari dadanya. Dia tak berani menoleh, lalu memasang kuda-kuda untuk berlari kencang.
Gawat! Itu mungkin orang jahat yang ingin menculikku dan meminta tebusan pada Eomma dan Appa. Aku harus segera berlari! pikir Eri.
Otaknya sudah menyuruhnya untuk berlari kencang, tapi ternyata ekspektasi tak sesuai dengan realita. Kakinya terasa lemas, bukan hanya karena takut tapi juga karena dingin. Namun dengan sekuat tenaga Eri mencoba untuk berlari secepat mungkin.
"Kau mau lari kemana, Nona?" kata seorang pria mencengkeram lengan atasnya. Seorang pria yang lain hanya diam saja dengan poker facenya.
Sebenarnya mereka orang jahat atau bukan, ya? Biasanya di adegan kejahatan di tv, pasti penjahat sudah mengeroyok mangsanya dan mengambil hartanya, pikir Eri.
Sungguh pemikiran yang sangat polos untuk seorang wartawan seperti dia. Karena Eri hanya diam saja, si pria poker face lalu mengambil tas jinjing Eri dan berlari dengan pria satunya. Eri lalu berteriak dan mencoba merebut tasnya yang berisi 'harta karunnya' itu. Tapi sial, kekuatan Eri tak ada seujung kukunya jika dibanding dengan kekuatan salah satu pria. Terlebih yang dia lawan adalah dua orang pria.
Dengan kekuatan yang tersisa, Eri mencoba menggigit lengan salah satu pria namun dengan sekali kibas, Eri malah jatuh dan tersungkur ke semak-semak. Kepalanya membentur ke pohon besar dan mengeluarkan darah. Keadaan Eri dimanfaatkan oleh penjahat itu, mereka hampir memukul Eri dengan kayu sebelum seorang laki-laki lain meneriaki mereka.
"Hey, apa yang kalian lakukan?!" bentak laki-laki itu. Dia kemudian bertarung melawan dua penjahat itu. Dalam remang-remang, Eri bisa melihat jika laki-laki muda itu berkelahi dengan mengeluarkan jurus-jurus bela diri. Tapi beberapa saat kemudian salah satu penjahat memukul laki-laki itu dengan balok kayu. Eri sempat ingin berteriak terimakasih pada laki-laki yang menjadi ksatrianya itu. Selama hidupnya, diatak pernah merasakan ada seorang laki-laki yang menyelamatkan dirinya saat keadaan mencekam. Dia merasa jatuh cinta pada laki-laki itu. Kemudian pandangan Eri buram dan kesadarannya hilang.
-Love, Notice Me!-
Kwon Eri.
Setengah jam sebelum keberangkatan ke Namyang-Ju.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.a] Love, Notice Me! • Hoshi Seventeen | ✔
Фанфик[Complete] Disukai oleh orang yang kau sukai sama dengan perasaan yang kau punya terbalas olehnya. Namun, kenyatan lain seperti menamparmu karena orang yang kau sukai menganggapmu sangat baik dan polos padahal sebenarnya kau menyembunyikan sesuatu y...