6. RASA YANG SAMA?

2.6K 316 12
                                    

Seminggu telah berlalu semenjak kedatangan Eri ke Namyang-ju. Kebosanan mulai melanda dirinya. Tak ada hal lain yang dilakukannya selain bersih-bersih, makan, tidur, mendengarkan musik dan kadang melihat Soonyoung berlatih bela diri. Rasa sukanya pada Soonyoung bertambah setelah tahu bahwa Soonyoung adalah mantan atlet taek-kwon-do. Dan dia telah mengakui pada dirinya sendiri jika dia memang menyukai Soonyoung, tanpa mengharap balasan dari laki-laki imut itu. Poor one-sided love!

Eri juga sering bertanya-tanya pada Soonyoung tentang umur, kesukaan, makanan kesukaan, tempat wisata yang disukai dan masih banyak lagi. Jika Eri bertanya seperti itu, Soonyoung hanya membalasnya singkat tanpa bertanya balik pada Eri.

"Soonyoung, apa kau tak bosan berada di rumah terus? Apa tak ada yang menginginkanmu melatih bela diri?" tanya Eri saat Soonyoung sedang mencuci sayuran yang akan dimasak. Soonyoung memang mengaku pada Eri jika dia pelatih bela diri anak-anak dan hanya akan melatih jika mendapat panggilan.

"Aku lebih suka berada di rumah. Dan kau harus memanggilku 'Oppa' karena aku lebih tua darimu," jawab Soonyoung sambil membersihkan kulit ari wortel. Eri mengerucutkan bibirnya dan menggeleng tak mau.

"Hmmm tapi aku bosan. Aku ingin jalan-jalan keluar," gerutu Eri dengan menggembungkan pipinya. Soonyoung hanya melirik, wajah Eri saat itu sangat lucu sehingga dia ingin sekali memeluknya. "Tak ada yang bisa ku lakukan disini, selain bersih-bersih dan tiduran sepanjang hari."

"Kalau begitu kau harus belajar memasak!" ketus Soonyoung.

Terkadang sikap Soonyoung yang seperti itu juga membuat Eri sebal, tapi itu lebih baik daripada Soonyoung mengacuhkannya. Seperti beberapa hari yang lalu saat Eri mencampurkan saus pedas ke kimchi Soonyoung, Soonyoung langsung mendiamkannya.

"Aku tak yakin kau bisa mengajariku memasak!" jawab Eri tak kalah ketus.

"Sekarang sini, sini!" Soonyoung memaksa Eri untuk menghadapi aneka sayuran di depannya. Dia juga memberikan pisau pada Eri. Eri menerimanya dengan ragu-ragu tapi tetap saja dia terima.

"Lalu, apa yang harus kulakukan?" tanya Eri.

"Mengiris kubis!"

"Tapi aku tidak bisa!"

"Makanya kau harus belajar!"

"Aku tak tahu bagaimana caranya!"

"Kau sering melihatku memasak, masa tidak tau?" tanya Soonyoung. Eri mendengus kesal. Dia coba mengiris kubis itu hati-hati, takut jika jarinya terlukai oleh pisau.

Soonyoung hanya menunggui layaknya juri yang mengawasi jalannya perlombaan. Akhirnya Eri menyelesaikan tugas pertamanya untuk mengiris kubis, walau hasilnya tak karuan.

"Enough!" pekik Eri.

"Lain kali kau harus mengirisnya lebih kecil dan lebih rapi," kata Soonyoung.

"Buat apa harus rapi? Rapi tak rapi juga akan berakhir sama saat kau makan!"

"Yak, Kwon Eri! Walau hasil dan rasanya sama, tapi orang akan lebih menyukai makanan dengan wujud yang rapi dan menarik," jelas Soonyoung.

"Cerewet sekali kau itu. Sudah, sekarang apa yang harus kulakukan lagi?" kata Eri dengan melipat lengan bajunya. Baju yang dia pakai adalah semua pemberian Soonyoung, dan itu nyaman sekali untuk dipakai. Entah karena bahannya, atau karena siapa yang memberikan.

"Potong kentang dan wortel ini!" tunjuk Soonyoung.

"Caranya?" tanya Eri, lagi-lagi. Soonyoung mendelik, Eri malah melipat tangannya di depan dada.

"Apa kau tak pernah melihat ibumu memasak, eoh?" tanya Soonyoung, menggeser kursi untuk duduk. Eri lalu berpikir.

"Kata Eomma, kentang itu mempunyai kadar air besar jadi dipotong lebih besar daripada wortel."

"Anak pintar! Sekarang coba potong!"

Eri langsung memotong-motong kentang menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dari wujud asalnya. Dan hasilnya lebih baik daripada saat mengiris kubis.

Kentang adalah favorit, jadi aku mengistimewakannya hehe, tawa Eri dalam hati.

Soonyoung memberi satu jempol untuk kentang ini. "Dan untuk wortel ini, apa yang akan kau lakukan?"

"Aku harus mengirisnya lebih tipis daripada kentang," jawab Eri optimis. Soonyoung lalu menyuruh Eri untuk melakukan apa yang harus dia lakukan.

Tek, tek, tekkk!

"Yak, kenapa setebal ituu?" komentar Soonyoung dengan berdiri. Eri mengangkat bahu. "Ya memang itu lebih tipis daripada kentang tadi, tapi itu masih tergolong sangat tebal jika itu wortel!"

Soonyoung lalu mengambil pisau dan memberi contoh irisan wortel terbaik pada Eri. "Jadi kau harus mengiris tipis seperti ini!"

"Aku tak yakin bisa melakukannya."

"Kau harus mencoba!"

Tak ada pilihan lain selain mencoba memang. Eri mencobanya berulang-ulang tapi hasilnya tak bisa mendekati hasil Soonyoung. Soonyoung geram hingga akhirnya dia berdiri di belakang Eri dan memegangi tangan kiri kanan gadis itu, berniat mengajarinya.

Beberapa detik kemudian, Soonyoung menyadari jika posisinya seperti memeluk Eri dari belakang dan itu membuat jantungnya berdebar tak karuan. Walau begitu, Soonyoung adalah seorang artis profesional, dia mampu berpura-pura untuk biasa saja pada Eri. Saat ini Eri hanya bisa menunduk dan memperhatikan irisan wortel yang berwujud wajah Soonyoung. Eri merutuki keadaan dirinya dan tubuhnya yang menjadi gemetar akibat perlakuan Soonyoung.

Semoga saja dia tak menyadari apa yang aku rasakan, batin Eri.

"Kau harus meneruskan sisanya. Aku mau mandi," kata Soonyoung membuyarkan lamunan Eri. "Pastikan untuk tidak membuang-buang sayur itu. Dan setelah aku mandi harus sudah selesai," tambah Soonyoung. Eri mengangguk menanggapinya.

Setelah Soonyoung masuk ke kamar mandi, Eri langsung menyandarkan diri pada tembok di belakangnya.

Perasaan macam apa ini? Kenapa perutku seperti dihinggapi oleh ratusan kupu-kupu? Kenapa dadaku seperti meledak-ledak bagaikan kembang api tahun baru? batin Eri sambil memegangi dadanya.

"Kau harus bangun, Kwon Eri! Jangan senang dulu, dia hanya mengajarimu mengiris wortel. Kau jangan terlalu PD sehingga menganggap yang seperti itu hal romantis darinya untukmu. Kau harus bangun Kwon Eri!!" kata Eri sambil menepuk-nepuk pipinya.

Di sisi lain, Soonyoung juga merasa gugup tak karuan walaupun dia sudah kabur ke kamar mandi. Punggungnya yang dia sandarkan ke pintu kamar mandi sampai merosot ke bawah hingga pantatnya mencapai lantai. Dia melihat telapak tangannya yang baru saja bersentuhan dengan Eri. Dia sempat merasakan punggung tangan Eri gemetar dan menjadi dingin.

Mungkinkah dia mempunyai rasa yang sama denganku? batinnya.

-Love, Notice Me!-

[1.a] Love, Notice Me! • Hoshi Seventeen | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang