4. KEJUJURAN ERI

2.7K 327 13
                                    

Setelah makan malam dan mencuci piring, Eri duduk di meja makan berseberangan dengan Soonyoung yang memainkan game pada ponselnya. Eri hanya menatap ponsel Soonyoung dengan pikiran kaburnya. Eonninya tak memperbolehkan membawa apapun untuk hiburannya, termasuk ipad dan laptop. Dia hanya boleh membawa ponsel, novel dan komik-komik Jepangnya saja, dan sialnya barang-barang itu sudah hilang dibawa perampok beserta dengan berkas dan uangnya.

Benar-benar sial! Eottokhae? pikir Eri sambil memukuli kepalanya pelan.

"Wae?" tanya Soonyoung. Eri gelagapan lalu mengalihkan pandangan ke lain tempat. "Ada apa?" tanya Soonyoung lagi. Eri kemudian menggeleng.

"Eobseo," jawab Eri lemah. Dia memainkan ujung bajunya. Dia baru sadar jika dia belum ganti baju sejak kemarin.

"Kau bisa membersihkan rumah ini mulai besok," kata Soonyoung. Eri hanya mengangguk.

Dasar bocah aneh, batin Soonyoung.

"Soonyoung!" seru Eri tiba-tiba. Pandangan matanya tepat bertemu dengan pandangan mata Soonyoung. Mereka berdua sama-sama merasakan getaran jantung yang hebat dan membuat pipi mereka sama-sama menyemburkan rona merah.

"W-wae?" tanya Soonyoung, mengalihkan perhatian matanya pada layar kotak di depannya. Walau begitu, pikirannya sudah kemana-kemana.

Kenapa tiba-tiba aku merasakan firasat yang aneh terhadapnya? batin Soonyoung.

"Soonyoung, a-aku ingin me-mengatakan sesuatu pa-padamu," kata Eri gagap. Soonyoung tak menyahut, tetap memperhatikan game di hpnya walau itu sudah game over dari tadi.

Kenapa jantungku bergetar hebat? Apa yang ingin dia katakan padaku? Tidak, tidak. Aku belum siap mendengarkannya sekarang. Aku belum siap untuk menjawabnya! batin Soonyoung.

"Soonyoung, aku ingin mengatakan padamu tentang tujuanku datang ke tempat ini," kata Eri.

Jantung Soonyoung yang tadi sempat melompat-lompat ingin keluar, sekarang duduk manis di tempat yang seharusnya. Wajah tegang Soonyoung kini lebih rileks dan dia bisa menatap Eri dengan biasa.

"Maaf mungkin aku terlambat mengatakannya, tapi bagiku itu lebih baik daripada aku tak mengatakannya padamu. Aku ini orang yang tak menyukai kebohongan dan pengkhianatan, jadi aku selalu berusaha untuk mengatakan apa yang sebenarnya pada orang lain. Terlebih, disini kau memberiku tumpangan dan tak mengusirku, jadi aku ingin kau tau tentang siapa diriku," kata Eri.

Deg! Jantung Soonyoung serasa berhenti berdetak. Dia telah berniat menyembunyikan identitas dirinya tapi di sisi lain ada seseorang yang bersamanya, seorang yang mungkin disukainya, benci dengan kebohongan dan pengkhianatan.

"Sebenarnya aku kesini karena tugasku sebagai wartawan di salah satu majalah bulanan di Seoul. Aku mendapat tugas untuk mencari berita tentang artis bernama Hoshi dari Pledis. Kata Eonniku dia tinggal di daerah sini, makanya aku datang kemari. Dan sialnya, sebelum aku tau dimana tempat tinggal juga bagaimana bentuk wajahnya, dokumenku sudah dirampok oleh penjahat itu," kata Eri memberi penjelasan dengan wajah sedikit murung.

Soonyoung ternganga dengan penjelasan Eri. Hatinya berkecamuk dan pikirannya melayang-layang.

Apa yang harus kulakukan? Apakah tak apa jika aku tak mengaku? Aku tak berbohong, hanya tak mengaku saja, pikir Soonyoung.

"Ya, Soonyoung! Apa jangan-jangan kau-"

"Mana mungkin!" potong Soonyoung.

Bodoh, jika seperti itu Eri akan curiga padaku. Pabo paboo! rutuk Soonyoung dalam hati.

"Bahkan aku belum menyelesaikan kata-kataku," gerutu Eri. Soonyoung meliriknya sekilas. "Apa kau memang tak tahu dan tak kenal dengan artis bernama Hoshi itu?" tanya Eri.

Soonyoung menggeleng acuh, padahal dalam hatinya sudah terjadi pergolakan batin yang membara.

"Ya! Kau ini bagaimana sih? Kau bukan orang asli sini ya?" tanya Eri.

"Memangnya kenapa?"

"Ya mungkin saja rumahnya ada di sekitar sini!" kata Eri. Soonyoung menggeleng. "Atau, dia saudaramu?"

Soonyoung menghela nafas.

Tidak, orang yang kau maksud ada di hadapanmu sekarang, kata Soonyoung dalam hati.

Namun helaan nafas Soonyoung dimaksudkan lain oleh Eri. Eri mengira jika dia terlalu kelewatan dalam menanyakan hal itu pada Soonyoung. Sudah baik dia memberikan tumpangan dan segala fasilitasnya pada Eri, lagipula menurut Eri, Soonyoung bukan tipe orang yang jahat. Kelihatannya, sih!

"Hmmm, sebenarnya aku juga tak peduli sih dengan kehidupan pribadi orang lain. Hanya karena pekerjaan saja aku harus menyelidiki hubungan si Hoshi itu. Toh kenapa juga orang lain harus bersedih atau marah jika Hoshi menjalin hubungan dengan sen-"

"Dia tak punya hubungan apa-apa dengan Raina!" potong Soonyoung dengan menggebrak meja. Matanya menatap Eri tajam dan telinganya juga memerah. Eri terkejut melihat sikap Soonyoung barusan.

"Soo-Soonyoung, ka-kau mengenalnya?" gagap Eri.

Soonyoung tergagap dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

"A-aniyo," jawab Soonyoung.

Eri mengerjap-ngerjapkan matanya. Dia bahkan tak ingat tentang penjelasan eonninya tentang siapa nama senior yang digosipkan dengan Hoshi.

"Kau juga seorang wartawan ya? Atau kau teman Hoshi? Teman Ran- Ran- Ran siapalah itu? Atau kau penggemarnya?" selidik Eri, lagi-lagi.

"Tidak, tidak semua! Aku hanya pernah mendengarnya dari eommaku yang penyuka gosip!" kata Hoshi ketus dan berlalu menuju kamarnya.

Apa sebaiknya aku bertanya kepada eommanya Soonyoung ya? pikir Eri dalam hati, entah dia itu memang bodoh, tak peka atau sangat polos.

Tiba-tiba Soonyoung keluar kamar dan membuyarkan pikirannya. Dia membawa kaos dan training dan dilemparkan pada Eri.

"Pakai itu! Kau belum ganti baju dari kemarin," kata Soonyoung dingin dan langsung kembali ke kamarnya. Eri malah tampak kegirangan sambil menciumi kaos milik Soonyoung itu.

Kaos Soonyoung, kaos Soonyoung! Kalau aku memakainya pasti aku seperti berada di pelukannya, hihihi, kata Eri dalam hati. Dia sudah lupa dengan apa yang dipikirkannya tentang Hoshi tadi hanya karena kaos Soonyoung. Payah!








-Love, Notice Me!-

[1.a] Love, Notice Me! • Hoshi Seventeen | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang