Eri telah berdandan rapi dengan mengenakan pakaian hadiah dari Soonyoung berupa sweater rajut merah maroon dan mantel berwarna pink baby juga boot warna senada. Dia berputar-putar di depan kaca dengan tertawa-tawa kecil.
"Apakah itu berarti aku dan Soonyoung sudah, errrr.. resmi?" gumamnya lirih dengan memegangi pipinya yang kemerahan. "Ah, yang terpenting adalah aku tahu dia juga menyukaiku hihihi."
"Ekhemmm!" Soonyoung berdehem dari pintu kamar Eri yang terbuka. "Apa kau sudah siap?"
Eri mengangguk lalu berlari kecil menuju Soonyoung. Soonyoung hanya tersenyum menanggapi Eri. Senyum yang mengartikan kepedihan. Belum-belum dadanya sudah terasa sesak. Bahkan dia seperti tak sanggup untuk mengungkapkan siapa sebenarnya dia pada Eri.
"O-o-oppa!" panggil Eri kaku. "Sebenarnya, kau mau mengajakku kemana?"
"Mmmm, ke tempat favoritku di desa ini mungkin," jawab Soonyoung dengan senyum datar. Eri merasakan keanehan pada Soonyoung. Dia tak terlihat ceria juga galak, kadang tersenyum sendiri seperti menyimpan sesuatu.
Bukankah seharusnya sepasang orang yang saling suka akan terlihat bahagia? Apa Soonyoung tak benar-benar menyukaiku? pikir Eri.
"Kajja," kata Soonyoung melingkarkan tangan di pundak Eri.
"Apa ada masalah?" tanya Eri. Soonyoung menoleh seketika pada Eri.
"A-ani..." jawab Soonyoung gagap. Namun Eri tahu jika Soonyoung menyimpan sesuatu, hanya saja mungkin Soonyoung belum bisa mengatakan pada Eri.
Tak masalah, batin Eri dengan tersenyum.
Tiba-tiba Soonyoung berdiri tepat di depannya dan mencengkeram erat bahunya. "Eri-ya, kau percaya kan, jika aku benar-benar menyukaimu?"
"Kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu?" tanya Eri dengan memiringkan kepala.
"Tinggal jawab ya atau tidak," kata Soonyoung dengan mengerucutkan bibirnya. Eri terkikik geli melihat tingkah Soonyoung yang seperti anak kecil. "Yaakk! Kenapa malah tertawa? Kau tak percaya jika aku menyukaimu?"
"Ani, ani. Hanya saja kau lucu sekali," kikik Eri. "Ara, ara. Aku percaya jika kau menyukaiku."
"Gomawo, Eri-ya," kata Soonyoung sambil memeluk Eri. "Dimanapun kau berada, kau harus BERJANJI untuk mengingatku jika aku selalu mencintaimu. Saranghae, Eri-ya."
Eri mengangguk. Soonyoung mendekap erat tubuh Eri. Bersamaan dengan ungkapan cintanya, salju turun dengan lembut. Eri hanya membalas pelukan Soonyoung tanpa menjawab apa-apa.
"Oppa, aku rasa aku melupakan sesuatu di rumah. Aku akan mengambilnya dulu," kata Eri melepas dekapan Soonyoung.
"Baiklah, aku akan mengantarmu."
"Tak usah, tak perlu. Kau tunggu disini saja ya? Aku hanya sebentar."
"Baiklah."
Soonyoung berteduh di bawah pohon dengan menghangatkan tangannya yang kedinginan. Dia kemudian menerawang jauh ke depan mencoba menerka-nerka apa yang terjadi jika dia mengataan pada Eri jika dirinya adalah Hoshi. Dia berharap jika Eri akan tetap menerimanya.
Eri sudah tiba dan memasuki rumah Soonyoung lalu buru-buru masuk ke dalam kamarnya. Pandangannya menyapu seluruh ruangan hingga matanya tertuju pada syal di atas meja rias. Dia mengambil syal itu kemudian memakainya di leher, sedang syal yang satunya dia bawa di tangan. Eri bersenandung kecil dan menuju ke pintu depan. Namun, pandangannya tertuju pada kamar Soonyoung.
"Hmmm benar-benar ya Soonyoung ini. Keluar tanpa menutup pintu dan mematikan lampu kamar," gerutu Eri kesal. Dia menuju kamar Soonyoung dan berniat mematikan lampunya sebelum matanya tertuju pada laci di dekat pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.a] Love, Notice Me! • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfiction[Complete] Disukai oleh orang yang kau sukai sama dengan perasaan yang kau punya terbalas olehnya. Namun, kenyatan lain seperti menamparmu karena orang yang kau sukai menganggapmu sangat baik dan polos padahal sebenarnya kau menyembunyikan sesuatu y...