"Andwee, andweeee. Eommaa andweeeeeeeeeeee!" Eri terbangun dan berteriak di tengah mimpi buruknya. Nafasnya memburu dan keringatnya bercucuran. Dirasakan kepalanya terasa berat dan tubuhnya terasa lemas. Mengingat mimpi buruk yang baru saja dia alami, membuat matanya mengeluarkan bulir-bulir bening.
Soonyoung yang mendengar Eri berteriak langsung berlari menuju kamar Eri. Sebulat-bulat tekadnya untuk menghindari Eri, dirinya tak akan kuasa juga melihat Eri dalam keadaan tersiksa.
Dengan kasar dia buka pintu kamar Eri dan melihat gadis yang disukainya menelangkupkan kedua telapak tangannya pada wajahnya.
"Eri-ya, gwenchana? Apa yang terjadi?" Soonyoung mendekat dan duduk di tepi tempat tidur.
Eri membuka telapak tangan yang menutupi wajahnya lalu memeluk Soonyoung dan menenggelamkan wajahnya pada dada Soonyoung. Perbuatan Eri barusan sontak membuat Soonyoung membelalakkan matanya, namun tangannya dengan lembut langsung membelai rambut Eri.
"Kau mimpi buruk, hmmm?" tanya Soonyoung. Dia merasakan panas tubuh Eri lalu meraba dahi Eri dan mendapati jika Eri sedang demam. Eri melonggarkan pelukannya, masih terdengar isakan-isakan tertahan dari Eri.
"Sepertinya kau demam. Aku akan membuatkan minuman hangat dan mengambilkan obat untukmu." Soonyoung mencoba untuk berdiri tapi Eri menahannya dengan memeluknya.
"Kajima, jebal..." pinta Eri.
Soonyoung tak kuasa menolak permintaan Eri. Dia akhirnya tetap tinggal mengusap punggung Eri lembut.
"Aku merindukan Eomma dan Appa. Aku ingin pulang," kata Eri dengan suara serak. "Kenapa hanya untuk mendapat berita tentang seorang artis saja aku harus mengorbankan waktu berhargaku bersama orang-orang yang kusayangi? Apa setiap wartawan selalu seperti ini?" Tanya Eri.
Soonyoung tak bisa berbuat apa-apa selain diam dan mendengarkan apa yang Eri katakan.
"Salah satu hal yang aku tak suka dari kehidupan wartawan adalah seperti ini. Kenapa juga wartawan harus mencari-cari berita tentang kehidupan artis? Dan kenapa juga masih ada orang bodoh yang percaya pada gosip-gosip yang mungkin saja dibuat oleh agensi hanya untuk menaikkan pamor artis? Terlebih lagi seorang pencari berita mungkin juga sangat bodoh karena harus mencari dan memproduksi hal pribadi orang lain, hanya untuk mendapatkan uang," papar Eri.
"Eri, dengarkan aku. Jika kau mengambil suatu pekerjaan, harusnya kau bisa bertanggungjawab pada pekerjaanmu itu. Memang benar apa yang kau katakan tadi, tapi kau tak bisa menghentikannya hanya karena kau tak suka. Hal-hal seperti itu sudah mendarah daging di negeri ini, bahkan di seluruh dunia.
Sekarang hal itu tidak penting. Yang terpenting adalah sekarang kau harus tidur dan istirahat," kata Soonyoung. Eri mengangguk dan kembali berbaring. Soonyoung tersenyum dan menyelimuti badan Eri lalu mematikan lampu tidur.
"Jalja, Eri," kata Soonyoung sambil beranjak pergi. Namun langkah Soonyoung terhenti karena genggaman pada tangannya.
"Ma-maukah kau me-menemaniku? Malam ini saja..." pinta Eri pada Soonyoung. Soonyoung sedikit terkesiap mendengar permintaan Eri, tapi bukan Soonyoung namanya jika tak luluh dengan permintaan gadis itu.
Dengan senyuman—yang sangat menawan—Soonyoung mengantarkan Eri menuju gerbang mimpinya. Dia tetap menggenggam tangan Eri hingga Eri benar-benar tidur, hanya untuk memastikan jika dia menemani Eri malam ini. Padahal setelah Eri tidur, Soonyoung berniat untuk kembali ke kamarnya dan ber-sleeping beauty. Dia tak mungkin kan, tidur sekasur bersama dengan Eri. Juga tak mungkin tidur di lantai apalagi di musim dingin seperti ini.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
[1.a] Love, Notice Me! • Hoshi Seventeen | ✔
Fanfiction[Complete] Disukai oleh orang yang kau sukai sama dengan perasaan yang kau punya terbalas olehnya. Namun, kenyatan lain seperti menamparmu karena orang yang kau sukai menganggapmu sangat baik dan polos padahal sebenarnya kau menyembunyikan sesuatu y...