DOSEN GILA 1/2

520 72 3
                                    

“Hey, Jugkook.” Ucap salah seorang dosenku, Park Jimin dengan nada mendayu-dayu.

“I-iya. Ada apa?” Jawabku gugup. Bagaimana tidak gugup jika didepanmu ada seorang uke(?) manis yang berekspresi seperti minta disodok(?).

Perlahan tangannya menyentuh pergelanganku.

Menarikku untuk mendekat. Aku,sih, mau-mau saja. Lumayan, dapat yang montok-montok.

“Umh.. Jungkookie~ kau bisa membantuku, tidak?” ujarnya dengan puppy eyes.

Akupun menjawab,”Ap-pa?”

“Bisa tolong bantu aku menggangkat meja di lantai 5? Itu  sangat berat. Aku tidak kuat menggangkatnya kookie. Kau mau,kan? “ tanyanya memelas.

“Lantai 5? Untuk apa?”
“Lab. Bahasa kurang meja dan kursi 15 buah. Jadi, kita akan mengambil dari ruang biologi yang ada di lantai 5. Ayolah~ kookie. Hanya 15 bangku,oke?” dia melepas genggamannya.

Sebenarnya aku agak kecewa dengan itu. Aku tak lagi bisa memegang tangan lem-

Eh?

Apa aku baru saja bilang kalau aku suka dipegang olehnya?

“Tapi, itu banyak sekali. Dan... aku harus naik-turun tangga pula.” Keluhku.

“Aku akan memberimu hadiah special jika kau mau membantuku. Kali ini... saja.” Mohonnya.

“Baikklah. Apa hadiahnya?” Tentu. Aku tak mau munafik.  Di dunia ini mana ada yang gratis. Iya,kan?

"Kau akan tahu nanti.” ucapnya final.Misterius. Aku suka.

Sesampainya di lantai 5.
“Ayo kookie, semangat! “ Bersemangat sekali, bukann? Tentu saja, dia kan tidak ikut mengangkat apa-apa.

Hupft~😥

"Iya-iya. Bawel.”
Aku mencoba mengangkat 1 meja terlebih dahulu. Mengira-ngira, apakah aku kuat mengangkatnya.

Kuletakkan tanganku di bawah samping meja dan mengangkatnya perlahan.

Brukk~

“Apa ini? Kenapa berat sekali?” kujatuhkan kembali meja tersebut. Ternyata ini berat juga.

“Tentu saja kookie. Lab biologi selalu memakai kayu yang berkualitas untuk memmbuat meja dan kursinya. Ayo cepat angkat, kookie. Aku akan ke kantin dulu. Ada urusan penting.” Jelasnya.

“urusan apa?”

“perutku minta di isi. Hehe...” dia pikir aku tidak lapar,apa?

“untung montok.” Lirihku saat di menjauh, menuju pintu keluar.
“kau bilang sesuatu, kookie?” tanyanya. Apa dia mendengar ucapanku tadi?
“aniya.. hehe.” Setelahnya, hanya terdengar suara pintu tertutup dan langkah kaki yang perlahan terdengar seemakin pelan.

########################

“ aku kembali, jungkook.” Kutolehkan pandanganku pada orang yang baru saja masuk ke ruangan ini. Oh, ternyata itu si Jimin dengan kemeja yang di cincing dan kancing terbuka se-pertengahan dada.

APA?!

SEPERTENGAHAN DADA?

Kulirik lagi, dosen manisku itu, dan langsung menunduk. Biar tidak kelepasan,

hehe... .

“um....sir.” gumamku.

Perlahan aku duduk di sebuah kursi yang tak jauh dariku dan menghadap ke arah papan tulis yang ada di depann lab.biologi ini.

“iya” jawabnya. Dengan mengibas-ibaskan tangan di depan leher muluusnya. Astaga jungkook. Sadarkan pikiranmu. Dia itu namja. Namja.

“ apa kau terlalu gerah?” tanyaku.

“huh?”

“maksudku, kau- um- kancingmu. Terbuka.” Ujarku gugup. Ya,sudah jelas,kan kenapa.

“ah~ iya, kookie. Ini sangat panas. Bagaimana kalau habis ini kita  ke kedai es krim? Otte?” ucapnya dengan mengangkat kedua jarinya membentuk huruf ‘ v ‘ di depan wajahnya. Manis, bukan?

“bukankah kau sudah ke kantin tadi?” bingungku. Dia baru saja balik dari kantin 5 menit yang lalu, dan apa ini? Dia ingin ke kantin lagi?

“tapi, aku masih lapar, jungkook.” Ugh~ aegyonya keluar. Mampus kau Jungkook. Mampus. Dia terlalu menggemaskan untuk tidak segera diterkam.

“Kook? Kau mimisan?” gawat. Apa? Aku mimisan? Yang benar saja.

Akupun mengangkat tanganku untuk menyeka bawah hidungku. Dan benar saja, kutemukan darah disana.

“tak apa- ini hanya-
gawat dia mendekat
Um, aku pusing. Mungkin ini- itu- anu- kepanasan-eh? Kelelahan. Iya, kelelahan.”

Gawat. Dia naik ke pangkuanku. Gila, apa ni orang? Udah tahu aku lagi tegang, malah naik ke pangkuanku. Sebenarnya apa, sih, maunya?

Setelah mendudukkan diri dipangkuanku,Dia melepas jas nya. Hingga hanya tersisa kemeja putih tanpa dalaman. Akupun langsung menatap dadanya yang berada tepat di depanku. Aku sudah tak perduli saat dia mengelap hidungku dengan jasnya. Aku hanya terfokus pada tonjolan pink miliknya yang ada didepan mataku ini.

“ ung~ jungkookieh~ kenapha khau menhusukku, eoh?” desahnya.

Hah? Aku padahal belum apa-apa. Oh~ pantatnya mungkin terkena juniorku yang tegang ini.

APA?

Aku tegang?

Karena namja?

Tidak mungkin. Heh... jangan bercanda. Aku masih suka dada kenyal.

Sialan! Dia malah bergerak-gerak. Tentu saja itu membuat pantatnya menggesek juniorku. Dasar dosen hot!

“ jangan digesek-gesek sir~” ucapku menahan nafsu.

“aku sudah tidak kuat, jhungkookhieh~” mendengarnya aku hanya memegangi pinggulnya untuk bergerak lebih cepat. Tak tinggal diam, aku juga menjilati putingnya yang masih berbalut kemeja.

Tak sabar untuk menghajarnya di ranjang, Akupun segera membawanya masuk ke dalam mobil. Kemana? Ke apartemenku, tentunya. Kesempatan langka tidak boleh di sia-siakan, bukan?*sip.

Dengan langkah tergesa , aku menggendongnya seperti koala didepanku. Membuka pintu mobil, lalu segera menyetir.

Sesaat setelah di dalam mobil, ia Menurunkan zipper jeansku dengan perlahan . Memasukkan tangan mungilnya untuk mengurut perlahan milikku yan tegang. Mengocoknya dengan ritme tak menentu. Membuatku gila akan nafsu birahi. Sebagai tanda terimakasih, akupun menciumnya dengan brutal. Diapun membalasnya dengan lenguhan indah.

Sesaat kemudian, masih dengan saling melumat, tangannya perlahan menyusup ke rambutku. Akupun menghentikan ciuman kami.

“Ugh, kookie. Lagi,” pintanya.

“Sebenarnya yang tua di sini siapa? Aku atau kau?” godaku.

Diapun membuat wajah cemberut yang imut. Tak tahan, akupun menciumnya lagi dengan brutal. Tanganku yang kanan berada di stir dan yang kiri berada ditengkuknya.

“by the way, mana hadiahku?” tanyaku disela ciuman kami.
“akhu~ aku,jungkook. Aku hadiahmu” dengan kerlingan nakalnya, ia berhasil menghasutku untuk menciumnya kembali.

Akupun Mendorong kepalanya untuk lebih dekat dengan ku. Membuatku lebih leluasa untuk mengobrak-abrik isi mulutnya.

Tak terasa, mobilku sudah sampai di basement. Akupun melepas ciumanku, dan memarkir mobil. Setelah terparkir dengan benar, akupun menggendongnya kembali, menuju tempatku.

Kamar 197.

Membuka password lalu masuk ke dalam kamar. Menutupnya dengan dorongan keras kakiku. Dikuasai nafsu. Itulah kami sekarang. Kubanting tubuhnya ke kasur, dan langsung menindihnya.

Tbc

Mau lagi?

Hehe,  sabar... .

Aku kemarun kan janji update 2 chap, yaa kan?

Btw,  maaf klo banyak typo nya.  Ngebut soalnya.

Oh iya, ini requestannya DayangAmelia

Next chap?

LKA 1 -  Kookmin (Uke Chim)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang