Sisi rapuh Aqila

11 0 0
                                    

Aqila telah selesai mengerjakan PR nya,sekarang Aqila berbaring sambil memeluk boneka doraemon kesayangannya.Aqila tersenyum mengingat setiap momennya bersama Devan.

"Papa" gumam Aqila.
Kemudian mengambil handphonenya.

"Halo pa,papa ingatkan besok?"

"Ya sayang,tapi maaf papa masih banyak pekerjaan di sini"

"ya udah deh ngak apa-apa.tap...."

"Aqila sayang papa tutup dulu ya"

Tutt...
Tidak terdengar lagi sahutan dari papanya,ya begitulah papa Aqila yang sekarang diri dengan pekerjaannya.

"Pa apa papa tahu Aqila kesepian? Apa papa pernah kasih sedikit aja perhatian papa buat Aqila? Apa papa pikir Aqila ngak kehilangan mama? Dimana papa Aqila yang dulu,papa yang selalu sayang dan peduli sama keluarga?" gumam Aqila di sela-sela tanggisnya yang tidak bisa di tahan lagi.

Paginya Aqila bangun dengan kondisi yang tidak baik,karena matanya bengkak,wajahnya agak pucat tapi Aqila malah tersenyum hambar melihat wajahnya di cermin.
"Happy birth'day mom,I miss so much" ujar Aqila.

Setelah siap dengan seragam lengkapnya,Aqila langsung sarapan bersama kak Gisa.

"Qila kamu kenapa?" tanya kak Gisa yang melihat wajah Aqila yang kacau.

Membuat Aqila terdiam cukup lama.
Belum sempat Aqila menjawab sudah terdengar suara motor Devan.Aqila tersenyum lega kemudian bangkit dari duduknya dan langsung mencium pipi kak Gisa.

"Aqila ngak apa-apa kok kak,Aqila berangkat dulu" ujar Aqila lalu pergi begitu saja.

Kak Gisa merasa khawatir melihat tingkah Aqila,namun melihat Aqila tersenyum membuat kak Gisa menghela nafas lega.

Setibanya di depan rumah Aqila langsung menaiki motor Devan.

"Eh kok langsung sih Qilcan,aku kan belum pamit" kata Devan.

"Udah aku pamitin tadi" balas Aqila cuek.

Sepanjang perjalanan Devan dan Aqila hanya diam,sebenarnya Devan melihat dengan jelas wajah Aqila yang kacau tapi dia memilih diam sampai Aqila sendiri yang akan memberitahu apa penyebabnya nanti.

"Van" panggil Aqila agak kencang karena saat ini mereka di atas motor.

"Ya" jawab Devan.

"Jangan marah ya" kata Aqila lagi.

"Apa?" tanya Devan cemas.

"Kamu mau ngak temanin aku bolos" kata Aqila agak memelan karena takut dengan respon Devan.

Awalnya Devan ingin marah tapi melihat Aqila yang menundukkan kepalanya membuat Devan mengerti.

"Ya udah,tapi kali ini aja" kata Devan sambil tersenyum dan melirik Aqila lewat kaca spion motornya.

Aqila langsung menegakkan kepalanya dan memeluk pinggang Devan.setelah itu Aqila menunjukkan jalan yang tidak Devan hapal,sampai tibalah mereka di sebuah pemakaman.

Devan hanya mengikuti Aqila dari belakang karena Aqila sudah berjalan lebih dulu,dan kini Aqila dan Devan duduk di pinggir makam yang di nisannya tertulis 'Andini binti Hamdani'.

"Happy birth'day mom.Aqila datang lagi tapi sekarang Aqila ngak sendirian,Aqila sama orang yang benar benar Aqila sayang,mom lihat kan,dia yang disamping Aqila sekarang.mom Aqila kangen,mom maaf ya Aqila masih belum bisa bawa papa ke sini.Aqila takut mom,Aqila takut papa pergi dan nemuin kehidupan barunya di kota itu." ujar Aqila seolah-olah ibunya melihat dan mendengar hal itu.

"Andai mom ada di sini,Aqila akan nunjukin betapa bahagianya Aqila bisa kenal bahkan milikin dia" batin Aqila.

"Ketakutan itu masih ada mom,ketakutan kalo nanti dia akan ninggalin Aqila sama seperti yang di lakuin momy dan papa.apa Aqila sanggup kalo hal itu benaran terjadi?" batin Aqila lagi.

Devan hanya terdiam mematung melihat Aqila yang menanggis dan terus berbicara seolah ibunya ada disana,tapi pikiran Devan tak tahu di mana karena melihat nama yang tertulis di batu nisan itu.

Tidak terasa mereka telah satu jam di pemakaman itu.
"Qilcan pulang yuk" ajak Devan lembut.

"Hm" balas Aqila.

Sekarang pukul 1 siang,Aqila dan Devan duduk di sebuah taman.
"Qilcan kalo boleh tau,kapan mama kamu meninggal?" tanya Devan penasaran.

"Sekitar 3 tahun lalu,momy aku meninggal karena kecelakaan.saat itu momy pergi bersama laki-laki brengsek yang pada saat kecelakaan itu dia selamat tapi pergi gitu aja tanpa peduli sama kondisi momy aku yang udah ngak sadarin diri dan karena hal itu juga papa ngak pernah mau datang ke makam momy bahkan papa seolah lupa kalo dia masih punya aku sebagai anaknya di sini." jelas Aqila sambil menanggis.

Devan langsung merangkul Aqila dalam pelukannya,Devan baru sadar bahwa Aqila sangat rapuh.

"Van" panggil Aqila masih dengan suara bergetar karena tanggisnya tadi.

"Ya" balas Devan.

"Kamu bisa janji buat aku?" tanya Aqila.

"Apapun" balas Devan yakin.

"Jangan pergi dari aku,apapun yang terjadi.kamu tahu? Aku paling benci 2 hal dalam hidup aku,yang pertama di kehilangan dan yang kedua di tinggalkan" ujar Aqila.

Devan mengernyitkan keningnya sesaat karena tidak sepenuhnya mengerti maksud Aqila,namun sedetik kemudian Devan mengangkat wajah Aqila membuat mata keduannya bertemu.

"Aku janji" ujar Devan penuh penekanan dan ketulusan.

Aqila balas tersenyum dan kembali mengeratkan pelukannya pada Devan.

"Kita bisa berjanji tapi tidak bisa melawan takdir yang sudah di tuliskan karena pada dasarnya setelah pertemuan pasti ada perpisahan" Aqila.


Vote dan komen :-)

because aqilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang