#11 : Ternyata Ada Seseorang Dalam Hidupnya (Dulu)

42 1 0
                                    

"Aku menyukai rambutmu, begitu indah." Kata Robby suatu waktu.

"Apa lagi yang kau sukai dariku?" Kataku.

Dia menatapku, lalu berkata, "Semuanya. Aku menyukai semua yang ada padamu. Dan aku mencintai dirimu."

"Ah, kata-katamu sungguh berlebihan. Kenapa kau bisa seperti itu?"

"Aku tidak tahu. Aku hanya menyukainya, aku lebih tidak tahu lagi kenapa aku mencintaimu. Saat ini biarlah seperti itu saja. Jika aku mengetahui alasan kenapa aku mencintaimu, maka aku juga bisa menemukan alasan untuk berhenti mencintaimu. Aku tidak mau. Aku ingin tetap dan selalu mencintaimu. Aku tidak mau berhenti mencintaimu."

"Bisakah aku memegang kata-katamu?" aku berkata dengan suara lembut. Mendengar apa yang diucapkannya membuat hatiku bergetar.

Aku duduk membelanginya sambil menyandarkan tubuhku di lengan kirinya. Tangan kananku menggenggam tangan kirinya sejak tadi. Baik aku ataupun Robby belum ingin melepas genggaman tangan kami. Suasana ini sangat indah, janganlah berakhir dengan cepat apa yang sedang kami jalani ini. Aku sungguh sangat menikmati detik demi detik yang berlalu.

Suatu sore yang panas di akhir September, kami menimatinya di sebuah tepian sungai besar yang membelah kota. Banyak orang berlalu dengan pandangan tidak senang dengan kemesraan yang kami lakukan ini. Tetapi tidak ada yang menegur, berarti hal itu tidak benar-benar mengganggu mereka. Kamipun tidak peduli dengan tatapan tidak senang orang-orang. Biarlah mereka dengan ketidaksenangan mereka, biarkanlah kami dengan kemesraan yang kami lakukan.

Menjelang malam tiba, kami meninggalkan tempat kami duduk semenjak sore tadi. Kami memutuskan untuk cepat pulang hari ini. Satu minggu lagi kami membuat janji untuk bertemu. Robby akan keluar kota besok, untuk suatu urusan pekerjaan. Sebenarnya dia mengajakku untuk ikut dengannya. "Setelah pekerjaanku selesai, mungkin kita bisa bertamsya sebentar." Katanya. Aku menolak, karena takut akan mengganggu pekerjaannya.

"Pulanglah dulu, selesaikan pekerjaanmu. Nanti kita bisa bertamasya disini," Kataku.

***

"Kau tahu? Robby adalah orang yang sangat menyukai bekerja. Dia tidak terlu pandai berbicara, tetapi jika untuk pekerjaan serahkan saja kepadanya. Aku sebenarnya ingin mengajak dia untuk bergabung dalam usahaku, tetapi dia sudah memiliki pekerjaan yang mapan."

"Tentu dia akan menolak, aku rasa begitu. Dia sangat menyukai pekerjaannya saat ini."

Aku dan Abe selalu cocok untuk berbicara. Itu karena topik yang kami bahas adalah selalu berhubungan dengan Robby. Abe memiliki Robby di masa yang lebih lama dari aku memilikinya. Aku tidak mencuri Robby. Tentu saja karena mereka adalah teman, sedangkan aku dan Robby adalah kekasih.

"Ayolah Abe, ceritakan lagi semua tentang Robby. Aku ingin mendengarnya."

"Apalagi yang bisa kuceritakan.  Semenjak kita bertemu, pembahasan kita adalah selalu tentang Robby. Bagian ini saja sudah entah berapa kali aku ulang," kata Abe sambil mengacak-acak rambutnya.

Alasan aku kenapa bisa sangat dekat dengan Abe hanya karena dia adalah teman baik Robby di masa lalu. Aku tidak terlalu memedulikan kehidupannya, perhatian yang aku berikan kepadanya adalah bentuk kerinduanku kepada Robby. Dalam dirinya, aku bisa menemukan kehadiran Robby. Paling tidak aku merasakannya. Sayang sekali dia tidak memiliki foto mereka berdua. Pernah sekali aku meminta itu, Abe baru sadar bahwa sebagai teman, mereka tidak pernah berfoto.

Hampir tengah malam, udara pantai sudah semakin dingin. Kami memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan kami tidak banyak berbicara. Aku mengantarkan Abe ke rumahnya. Saat hampir sampai, dia berkata. Suaranya sangat pelan, dan dia tampak sangat berhati-hati memilih kalimat.

"Laras?"

"Iya?"

"Ada satu hal yang ingin aku sampaikan, hal ini baru saja teringat kembali olehku. Tetapi aku tidak tahu apakah ini penting bagimu," katanya.

"Ya, silahkan. Sampaikan saja."

"Ini mengenai Robby. Ingatkah kau? Saat aku mengatakan bahwa tidak ada perempuan lain dalam hidupnya. Sesungguhnya aku tidak bersungguh-sungguh."

"Apa maksudmu? Apakah Robby pernah berselingkuh?" kataku agak terkejut. Laju mobil sedikit aku lambatkan agar tidak cepat sampai di tujuan.

"Bukan! Bukan itu! Maksudku ada perempuan yang lain di masa lalu, bukan saat kau bersama Robby."

"Lalu?"

"Ceritanya panjang, entah darimana akan aku mulai," Abe berkata dengan tidak begitu yakin.

"Ceritakan saja!" Kataku.

"Pernah ada nama Ranti dalam hidup Robby. Tetapi kisah ini sangat rumit, entah apakah kau tertarik untuk mendengarnya. Akupun tidak terlalu tahu. Kau tahu? Robby sangat menutup rapat kisah hidupnya jika berkenaan dengan masalah seperti ini."

"Astaga Abe! Kau berniat bercerita atau tidak? Sungguh aku ingin mendengar ceritamu. Ceritakan saja, aku punya waktu sepanjang malam untuk mendengarnya. Kau tahu, semua tentang Robby sangat membuat aku ingin tahu."

"Baiklah, tetapi sulit untuk menceritakannya malam ini. Berikan aku waktu. Aku butuh beberapa lama untuk mengingat semuanya. Hal ini pada saat itu sangat tidak penting bagiku. Terlebih, Robby tidak pernah secara langsung memberitahuku tentang itu."

"Ah, kau berhasil membuat aku tidak akan tidur malam ini. Ayolah Abe, ceritakan saja. Aku tidak akan bisa hidup tenang dengan semua ini. Kenapa baru sekarang kau bicara. kenapa tidak dari tadi."

"Itulah masalahnya, Laras. akupun baru saja mengingat hal itu. sudah aku katakan bahwa hal itu tidak terlalu penting bagiku pada saat itu kan? Dan cerita ini sudah tertutupi selama bertahun-tahun. Robby pun mungkin sudah tidak terlalu menganggap ini penting. Aku janji, besok akan aku ceritakan semuanya. Kau bisa pegang kata-kataku."

"Sudahlah, akupun tidak bisa memaksamu. Tetapi aku menuntutmu, besok kau harus menceritakan secara detail tentang itu semua. aku tidak ingin kecewa menunggu atas sebuah cerita yang sepenggal saja. Aku akan sangat marah!"

"Aku berjanji, malam ini aku akan mengingat semuanya. Ini tentang seorang perempuan yang pernah sebentar ada dalam hidup kekasihmu itu."

"Sebentar?"

"Disitulah letak rumitnya, aku akan bercerita besok. Aku berjanji kepadamu!" 

"Baiklah, tidak ada yang bisa aku lakukan selain memegang janjimu. Kita sudah sampai, disitukan rumahmu?"

"Ya, benar. Bukan rumah, hanya kamar kecil yang membosankan lebih tepatnya. Aku turun dulu ya. Terimakasih untuk malam ini. selamat malam, semoga malammu menyenangkan." 

Abe turun dari mobil dan menghilang di pertigaan gang menuju ke kediamannya. Aku menjalankan mobil menuju rumah. Dalam perjalanan aku berfikir, jadi Robby ternyata punya kekasih di masa lalu? Dia tidak pernah bercerita kepadaku. Menurut Abe, ceritanya sangat rumit. Serumit apakah itu? bahkan baik kepadaku ataupun Abe, dia tidak pernah bercerita.

Ah, malam ini aku akan kembali mengalami kesulitan untuk tidur. Membayangkan seperti apa ceritanya, sehingga Abe perlu semalam untuk mengingat-ingat cerita itu. membayangkan seperti apakah perempuan yang katanya pernah "sebentar" ada dalam hidup Robby. Begitu misteriusnya kehidupanmu dimasa lalu. dan, kenapa aku bisa begitu mencintaimu? bahkan sampai saat ini, setelah kau pergi. seharusnya aku tidak lagi mencintaimu. Untuk apa aku mencintai orang yang sudah mati. begitu malangnya. Cintaku ini adalah cinta yang tidak berbalas. Harus sampai kapan aku mencintaimu.  

Apakah suatu saat ini aku akan berhenti mencintaimu? Tetapi aku takut untuk membayangkan itu. mencintaimu adalah suatu hal yang tetap membuat aku tetap hidup normal menurut aku. meskipun tidak menurut orang lain. Biarlah ini adalah cintaku, yang merasakannya adalah aku, bukan mereka. cintaku adalah milikku, bukan milik orang lain. Sedangkan orang yang aku cintai sudah tidak ada lagi. Dia sudah meninggal.

Meskipun cinta ini tidak lagi sempurna, tetap akan aku jaga sampai kapanpun. 

Payakumbuh
25 Mei 2015

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Embun Saat Kita BersamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang