3

21.2K 1.4K 6
                                    

Sekar memandangi fotonya bersama Reno, ia teringat saat pertama kali ia berjumpa dengan Renno.

Malam itu mamanya meminta ia pulang cepat, ada teman kuliah papa dan keluarganya yang akan datang ke rumah untuk makan malam bersama.

Dimalam itulah mereka bertemu untuk yang pertama kali.

Kedua keluarga tampak sangat bahagia, pasalnya sudah lama sekali sejak sahabat lama ini berkumpul seperti ini.

Sekar sesekali ikut menimpali obrolan mereka, tampak sepasang pria dan wanita setengah baya ini sangat menyukai Sekar.
Sampai tiba-tiba tercetuslah ide itu dari Agus Hadinata, ayah Renno.

"Dev, anak kamu belum ada yang punya kan?"
Tanya Agus pada Devano Wiyoko, yang saat itu belum mengerti apa maksud pertanyaan sahabatnya itu.

"Maksudnya gimana Gus? Sekar ya sejak dulu milik kami."

"Hahahaha..... lihat ma, Devan belum siap melepas putrinya." Agus tertawa menghadap ke arah istrinya.

Marissa hanya tersenyum, dia tampaknya juga menyukai Sekar. Akan sangat menyenangkan jika nanti dia bisa menjadi mertua dan menantu yang kompak.

"Begini Dev, kita udah sahabatan sejak dulu. Marissa sama Melati juga sahabat akrab, maksudku kita lebih eratkan lagi dengan menjadi besan.

DEG

Sekar tak bisa mengendalikan detak jantungnya, menikah dengan pria dihadapannya yang sejak tadi hanya diam?. Pria yang tampak dingin dan kaku, sangat berbalik dengan dirinya. Apa jadinya jika mereka menikah nanti, tapi ia juga tak punya alasan untuk menolak rencana perjodohan ini kalau ayahnya menyetujui.

Bagi Sekar apapun pilihan ayahnya, itu adalah yang terbaik untuknya. Lagipula ia juga tak punya kekasih saat ini yang bisa ia kenalkan sebagai calon suami.

***

Beberapa hari berlalu sejak acara makan malam itu, Marissa Hadinata tampak lebih sering mengajak Melati keluar bersama dan tentu saja Sekar akan ikut menemani mereka.

Tapi hari itu bukan Agus atau Marissa, melainkan Renno sendiri yang datang ke rumah menemui Devano Wiyoko.

Pria itu datang mengutarakan isi hatinya, dia menyampaikan bahwa ia tak bisa melanjutkan perjodohan itu karena dia sudah mempunyai calonnya sendiri.

Devan menatap Sekar,
"Sayang, kamu gimana?"

"Gimana apanya pa? Yaudah pa, kalau mas Renno-nya gak mau ya gak usah dilanjutkan. Sekar sih gak masalah, toh kita juga gak ada yang dirugikan kalaupun gak jadi menikah bukan?"
Dengan entengnya Sekar menjawab membuat Renno memandangnya tak percaya.

Dia kira gadis ini tak akan terima dan akan ngotot melanjutkan perjodohan.

"Jadi kamu gak masalah kalau perjodohan kita batal?" Tanya Renno pada Sekar.

Sekar tersenyum dan menjawabnya.

"Gak apa-apa mas, santai aja lagi. Toh ini kan baru rencana orang tua kita, sebagai anak aku percaya sama orang tuaku. Pilihan papa pastilah yang terbaik untukku, tapi kalau kamunya udah punya calon yaudah gakpapa. Aku sama sekali gak masalah kok."

"Oke Ren, om juga gak masalah. Om juga gak memaksa kok, om kira kamu udah tahu soal ini makanya om setuju aja saat Agus mencetuskan ide ini."
Devan juga ikut bicara.

"Makasih om udah mau ngerti, Sekar.... aku yakin suami kamu nanti pasti sangat beruntung mendapat istri seperti kamu."

"Mas Renno bisa aja. Kalau benar begitu, kenapa mas gak mau jadi pria beruntung itu?"
Jawaban Sekar membuat Renno membeku.

MELEPASMU...Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang