three

425 142 32
                                    

—3—

KAU ingat? Dia janji akan datang lagi hari ini? Ingat 'kan? Ya, aku juga akan datang lagi hari ini.

Kali ini aku sengaja datang lebih awal daripada hari sebelumnya. Aku harap, aku akan datang lebih dulu dari Elena. Terkadang aku heran, kenapa ia bisa datang pagi-pagi sekali yang dinginnya minta ampun? Anehnya, gadis itu sendirian. Kupikir, apa orangtuanya tidak khawatir? Dan kupikir, apa dia tidak kedinginan juga?

Aku kembali duduk di atas bangku taman bermain, seperti sebelumnya. Saat kusapu pandangan ke arah danau es, ternyata Elena sudah ada di sana. Oh, aku kalah pagi lagi dengannya! Heran aku, kenapa ia sudah datang pagi-pagi sekali seperti ini?

Aku memanggil namanya sekali sambil melambai. Saat ia mendengarku, Elena langsung mengambil tas punggungnya yang berisi sepatu skating yang selalu kupakai itu. Seperti biasa, aku memakainya.

Setelah mengenakan sepatu skating, aku dan Elena kemudian meluncur di atas danau es seperti biasanya. Mungkin kau pikir ini sangat membosankan, ya? Tapi harus kau ketahui, bagiku ini sangatlah seru! Bermain ski bersama seorang gadis manis seperti Elena sangatlah menyenangkan. Tidak peduli seberapa dinginnya musim dingin ini yang membuatku akan membeku, tapi ini sungguh menyenangkan!

Aku teringat akan kenapa ia selalu datang lebih awal dariku, jadi aku pun membuka obrolan dengan Elena, "Hei, kenapa kau selalu datang sepagi ini? Bahkan lebih pagi dariku, padahal tadi aku sengaja datang lebih awal. Apa kau tidak merasa dingin, hah?" tanyaku padanya.

Seketika Elena kembali tersenyum. Gadis itu lalu memejamkan kedua kelopak matanya, bernapas pelan-pelan, seolah seperti sudah terbiasa dengan kehidupan musim dingin ini. Perlahan, ia berkata, "Aku suka musim dingin. Musim dingin itu damai. Ketika semua orang berkata membenci musim dingin, aku tidak. Aku menyukainya," begitu katanya. Dan kupikir, itu bukan sebuah jawaban atas pertanyaanku, melainkan sebuah pengakuan dari hati kecilnya.

Aku tersenyum mendengar pengakuannya. Ia seperti jujur dengan perasaannya. Mungkin kali ini, aku mulai menyukai gadis itu. Tidak, bukan. Bukan hanya dengan lesung pipitnya saja yang muncul saat Elena tersenyum, tapi, aku pikir aku benar-benar menyukainya. Menyukai Elena secara keseluruhan.

Oke, jangan melantur. Hm, aku pikir aku harus juga menanyakan di mana rumahnya. Jadi, aku bertanya padanya, "Elena, di mana rumahmu? Mungkin kapan-kapan aku bisa mampir ke sana."

"Di sini." Hanya itu katanya. Yang benar saja, mungkin dia bercanda?

"Hei, kau bercanda, ya? Aku serius, di mana rumahmu?"

Dia terlihat ragu. Entahlah. "Hm, rumahku ada di seberang jalan raya dari taman ini. Tepatnya rumah yang bercat biru muda itu," Elena menunjuk ke sebuah rumah di seberang sana. Dan benar, saat kulihat, rumah itu berwarna biru muda.

"Oke, bagaimana kalau besok kau ajak aku ke sana? Atau sekarang?" ajakku. Vero payah. Berharap dia akan mengajakmu ke rumahnya? Yang benar saja!

Namun, rupanya dugaanku lain. Elena justru malah berkata bahwa dia memang berniat akan mengajakku ke sana. "Oke, tunggu saja besok. Jadi, datang lagi ke sini, ya!"

"Itu pasti." Aku tersenyum. Dalam senyumku, aku merasa bahagia sekali. Mungkin ini jatuh cinta? Haha! Oke, kau jangan tertawa. Aku tidak suka ditertawakan.

1# A Girl with her LonelinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang