--- Bab 5----
Sisi menatap tajam pada polisi yang duduk dihadapannya.
"Silahkan diminum." Titah Sa'ad tersenyum ramah pada Polisi yang datang keapartemen mereka.
"Jadi dia sejak kapan dapat pengejaran seperti ini?" Tanya Polisi yang cukup mudah itu.
Sisi terdiam memalingkan wajahnya kesal, tidak ingin memberikan jawaban apapun.
"Dari kecil." Jawab Sa'ad.
"Soal kejadian kemarin dari atasanku tiba-tiba menutup kasus ini, katanya tidak ada korban jiwa, jadi sebaiknya ditutup saja." Jelas polisi itu, terlihat umurnya tidak jauh dari Sa'ad.
"Jelas lah ditutup, pasti sudah terima uang sogokan." Celutuk Sisi. "Kau mau cari jabatan juga kan?" Lanjut Sisi.
"Jangan samakan semua polisi Nona." Lanjut polisi.
"Masak? Masuk polisi saja perlu sogokan, berharap apa dari polisi?" Senyum meremehkan Sisi.
"Asal kau tau saja Nona, aku menjadi polisi murni melayani masyarakat, dan mencari kelompok bersenjata yang telah membunuh ibuku." Jelas Polisi itu dalam bagian intel.
"Maafkan aku pak Riko, atas ucapan istriku." Jelas Sa'ad turut prihatin.
"Kalau begitu kau salah pekerjaan. Polisi seperti kalian bisa apa? Aku bahkan tidak yakin anda bisa menyelamatkan diri anda sendiri. Sebaiknya anda mengurus kejahatan lebih sederhana contohnya menangkap penjambret." Lanjut Sisi menatap Riko.
Sisi tidak bisa lupa bagaimana polisi-polisi jahat lainnya, menangkap Sisi untuk dipenjara karena kasus Sisi yang melukai orang lain, padahal Sisi hanya berusaha untuk melindungi dirinya sendiri dari pria hidung belang yang menggoda Sisi.
Sa'ad menjadi bingung, merasa suasana dari kedua orang ini mencekam.
Riko membalas tatapan itu. "Sepertinya kau lebih hebat dariku sehingga bisa selamat sampai dititik ini, makasih sarannya akan ku ikuti." Riko berdiri dari duduknya.
"Tentu saja." Senyum Sisi bangga.
"Maaf pak Sa'ad, sepertinya istri anda menolak membantu. Saya harap anda paham." Lanjut Riko.
Sa'ad menatap cemberut pada Sisi, Sisi menatap Sa'ad balik tersenyum tanpa rasa bersalah.
Sa'ad dan Sisi mengantar Riko dan polisi magangnya satu hingga di pintu.
"Hati-hati dijalan, mungkin saja anda akan dibunuh, pegang pistol anda baik-baik." Senyum Sisi melambaikan tangan.
"Sisi." Sa'ad menegur ucapan Sisi.
"Aku benar kok, harusnya kau tidak mengajaknya ke apartemen ini." Lanjut Sisi, berbalik masuk ke kamar.
Riko turun dari lift, sedikit menghela nafas kesal.
Telpon berdering di HP Riko.
"Halo Riko! Bukannya saya sudah menyuruh untuk menutup kasus ini! Kalau sampai kamu berani-berani ikut campur, mati kamu! PAHAM! SEKARANG PERGI!" Teriak pria dibalik telpon Riko, kemudian tak lama telpon itu mati.
.
Pria dibalik telpon itu yang masih mengenakan seragam polisi dengan pangkat tinggi sedang berkeringat dingin melap sepatu pria dihadapannya, Jeju memutar-mutar pistol ditangannya.
"Padahal aku berusaha agar Indonesia ini aman tidak ada pistol-pistolan, aku berusaha menahannya dan menyumbangkan beberapa uangku untuk polisi agar nama polisi baik, kau tau bukan apa yang bisa ku lakukan?" Tanya Jeju.
KAMU SEDANG MEMBACA
Suamiku Dokterku.
RomanceGangguan bipolar dan kecemasan yang parah, gangguan yang tidak dapat di sembuhkan total dan akan kembali kapan saja. Perubahan sifat yang ekstrim, bukan hanya bipolar, tapi gangguan berhalusinasi ini semua terjadi pada wanita malang yang hidupnya...