Sudah 4 hari Hadi bosan di rumah. Ia ingin segera bekerja terlebih memperbaiki motornya. Larisa menahan kakaknya untuk bekerja. Ia masih khawatir walaupun Hadi memberitahunya bahwa sudah sembuh. Larisa belum percaya. Hadi mengusap wajahnya dengan kasar.
Terdengar suara pintu rumah diketuk. Larisa berinisiatif untuk membukanya. Hadi yang duduk dikarpet mendelik sebal pada adiknya tersebut. kadang-kadang Larisa seolah bersikap seprti ibunya. Larisa meneliti seseorang yang ada dihadapannya. Dahinya mengerut. Terlebih wanita itu tidak sendiri.
"Cari siapa ya?" tanya Larisa sopan.
"Apa benar ini rumahnya Mas Hadi?"
"Mas Hadi," gumam Larisa. "Ada perlu apa ya?"
"Saya cuma ingin melihat keadaannya saja sekalian menjenguknya. Mas Hadi sudah menolong putra saya yang dari kecelakaan empat hari yang lalu. Saya datang karena khawatir tidak ada kabar darinya. Nomor ponselnya terhapus karena anak saya. Kebetulan saya kemarin bertemu temannya. Jadi saya dikasih tahu alamat rumahnya." Larisa terdiam, jadi kakaknya membohongi dirinya? Ia menatap sinis wanita itu. "Oh iya, saya Risa," ucapnya sambil mengulurkan tangannya. Adik Hadi membalasnya dengan tidak minat.
"Larisa," jawabnya pendek. Risa tersenyum kecil. Nama mereka sama ternyata.
"Satria salim dulu sama kakak," Risa menarik pelan tangan putranya. Terpaksa Larisa memberikan tangannya untuk dicium. "Mas Hadi nya ada?"
"Sebentar ya," Larisa tidak menyuruhnya masuk sama sekali. Ia masuk ke ruang tv dalam keadaan marah. Melihat Hadi yang menatap heran. "Risa butuh penjelasan dari kakak dan jangan bohong lagi!!!. Ada yang nyari kakak diluar cewek sama bawa anak!' ucapnya ketus. Hadi berdiri lalu keluar. Wanita itu menggandeng anak yang ditolongnya. Dan mereka membawa sesuatu di dalam kantong plastik tersebut.
"Hai," Hadi berbasa-basi. Risa menoleh.
"Hai," balasnya sembari tersenyum. "Apa kaki Mas sudah baikan?"
"Alhamdulillah udah kok. Ini udah bisa jalan kan,"
"Syukurlah, maaf saya..."
"Masuk dulu, tidak enak malah ngobrol di depan rumah kayak gini." Hadi menggerutu, Larisa tidak menyuruh tamunya masuk.
Risa dan Satria duduk di sofa. Matanya melihat foto-foto yang terpampang di ruangan tersebut. foto keluaga kecil Hadi. Larisa membawakan minuman untuk tamu hanya secangkir air putih. Ia menatap kakaknya sebal.
"Oia, ini adik saya," ia memperkenalkan adiknya
"Udah kenal," jawab Larisa. Risa menjadi tidak enak hati. "Kakak saya udah empat hari nggak kerja dan motornya rusak." Dengan gamblang memberikan informasi yang membuat Hadi terkejut sendiri.
"Pasti ini gara-gara menolong putra saya jadi Mas Hadi.."
"Bukan kok, saya memang mau istirahat beberapa hari ini." Hadi menyela. Ia tidak enak dengan sikap Larisa yang tidak sopan. Satria menatap tidak suka Larisa.
"Tadi kata kakak bosen di rumah." Larisa kembali bersuara. Risa duduk dengan gelisah disofa.
"Bisa kamu masuk ke dalam dulu, Larisa!" tekannya dan tidak mau dibantah. Adiknya menunduk lalu masuk ke dalam kamarnya.
"Saya kira bukan waktu yang tepat untuk datang sekarang." Risa berdiri diikuti Hadi.
"Maaf atas ketidaksopanan adik saya."
"Adik kamu tidak salah kok. Andai saja kamu tidak menolong Satria mungkin tidak akan jadi seperti ini. kamu terluka,"
"Dan kamu bisa saja kehilangan putramu." Tangan Risa gemetar. Memang benar. Tidak mungkin ia bisa menggandeng tangan Satria saat ini. Mungkin yang ada ia menangis sepanjang hari karena kehilangan putra terkasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita (GOOGLE PLAY BOOK)
General FictionAwalnya Risa Safitri tidak menyangka akan bertemu dengan cinta pertamanya. Saat dirinya kini menjadi seorang janda. Pria itu adalah Hadi Dimitri. Di usia 32 tahun Hadi masih melajang. Ia belum menikah karena ingin menjaga adiknya sampai lulus kuliah...