"Gimana tadi ada yang kamu taksir, Ris?" tanya sepupunya. Risa tidak menjawab hanya cemberut di kursi belakang. "Aku ngajak kamu kesini biar dapet calon ayah buat Satria. Bener nggak Jeff?"
"Iya, ngapain kamu ngurusin toko kue terus. Kalau nggak diajak pasti malem minggu kamu cuma tidur di rumah." Risa mendelik mendengar penuturan suami sepupunya. Kenapa orang lebih sibuk ngurusin hidup orang lain?.
"Ya, lumayan.. Pikiran aku jadi terang ngeliat cowok-cowok ketjeh bertebaran. Sayang, nggak ada yang bisa buat aku klepek-klepek." Risa menimpalinya dengan nada sinis. Ria tertawa kencang.
"Kamu itu kebanyakan di toko kue, taunya cuma tepung dan gula. Cowok di dunia ini banyak. Jangan suka nengok ke belakang yang ada kamu bakal jatuh. Semuanya butuh proses buat kenal cowok, Risa. Emangnya sekali lihat bisa bikin jatuh cinta?"
"Bisa.. Aku pernah ngalamin itu sama.. " seru hati Risa.
"Jangan suka nutup diri. Kenalan sama cowok, klik trus nikah lagi deh."
"Nikah itu gampang. Yang susah ngejalanin dan mempertahankannya, Ria." Pernikahan apalagi yang akan dihadapinya jika bertemu pria lain. Yang menjanjikan sebuah keluarga yang pasti dan cinta yang tulus. Apakah ada pria yang seperti itu?
"Benar juga sih." Ria terdiam lalu menoleh pada suaminya yang fokus menyetir. Sudah 5 tahun menikah namun belum juga dikarunai buah hati. Hatinya mencelos. Ia sangat mencintai Jeffri. Entah kesalahan itu ada pada siapa? Ria dan Jeffri tidak pernah memeriksa ke Dokter. Ia takut jika dirinya yang salah. Sejauh ini ia masih mampu mempertahankan pernikahannya.
Di sepanjang perjalanan menuju hotel mereka sama-sama sibuk dengan pemikiran masing-masing. Risa mengenang masa remajanya. Setelah bertahun-tahun ia bertemu kembali dengan Hadi. Yang tidak lain teman Ria, sepupunya. Mata Risa melihat ke arah Ria. Hatinya bertanya-tanya, apa Ria bertemu Hadi di acara reuni?.
***
Risa kembali ke Jakarta minggu sore. Esok harinya banyak pekerjaan dan urusan dengan Hadi. Ia harus membayar kerugian yang diakibatkan karena putranya. Hutang itu belum lunas. Hadi dan Risa janjian bertemu di bengkel. Dimana tempat Hadi bekerja. Risa menjemput Satria di rumah orangtuanya. Papanya yang duduk dikursi hanya melirik saat Risa membawa Satria pulang. Ia bukanlah kakek impian bagi semua cucu. Semenjak Risa berpisah dengan mantan suaminya. Kasih sayang seorang kakek ikut lenyap. Pak Farid terlalu dingin dengan cucu sendiri.
"Mama, bawa oleh-oleh?" tanya Satria yang duduk manis sementara Risa menyetir.
"Beli dong, mama bawa susu, sosis sama coklat."
"Yeeeyyy!! Mama baik!!" teriaknya senang.
"Mama siapa dulu?"
"Mama Satlia!!" jawabnya. Risa mengacak rambut Satria.
Di rumah Risa istirahat. Sehabis perjalanan jauh membuatnya kelelahan. Tubuhnya tidak bisa di ajak kompromi. Satria mengetahui mamanya sedang istirahat tidak banyak tingkah. Ia malah mengusap-ngusap rambut Risa. Mereka berbaring di ranjang. Mata Risa terpejam, begitu nyaman dengan usapan itu. Tangan mungil jagoannya. Pria satu-satunya yang tidak akan pernah menyakitinya. Risa tidak sanggup lagi jika ada pria yang hanya mempermainkan hatinya dan pernikahan.
***
Senin siang Risa menyambangi bengkel tempat Hadi bekerja. Ia membawa Satria. Bengkel tersebut lumayan besar ternyata. Wanita itu melihat sosok pria yang ingin ditemuinya. Hadi sedang membetulkan motornya. Bibirnya menipis, agak ragu takut mengganggu.
"Ada perlu dibantu, mbak?" tegur salah satu rekan Hadi.
"Ah, saya mau ketemu sama Mas Hadi, Mas." Kening rekan Hadi mengerut. Sejak kapan Hadi ada yang nyariin? Cewek cantik lagi tapi bawa anak? Pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Kita (GOOGLE PLAY BOOK)
Ficción GeneralAwalnya Risa Safitri tidak menyangka akan bertemu dengan cinta pertamanya. Saat dirinya kini menjadi seorang janda. Pria itu adalah Hadi Dimitri. Di usia 32 tahun Hadi masih melajang. Ia belum menikah karena ingin menjaga adiknya sampai lulus kuliah...