Part 5

3.4K 431 41
                                    

Malam minggu akhirnya tiba. Yunus dan keluarganya telah bersiap-siap sedangkan Hadi masih ragu untuk datang. Ia mengenakan kemeja putih dan jas hitam yang dibelikan sahabatnya, Yunus. Menatap dirinya lama di depan cermin.

Mungkin orang tidak akan percaya bahwa dirinya hanya seorang montir mobil. Dengan perawakan tinggi dan tampan. Nasib orang tidak ada yang tahu. Meskipun tampan tidak beruntung dalam kehidupan.

Ia tidak muluk-muluk dalam hidup. Apa yang Hadi anggap benar dan halal pekerjaan apa saja akan dilakukannya. Demi keluarganya dan demi dirinya sendiri. Apa yang paling membahagiakan dalam hidup adalah mensejeterahkan keluarganya.

Hadi mengambil jam tangan lalu dikenakannya. Hadiah dari Larisa, 2 tahun yang lalu. Ia jarang memakainya karena takut akan cepat rusak. Sehari-sehari ia bekerja dengan keadaan tangan yang kotor. Hadi menarik napas sebelum keluar kamar.

Saat menuruni tangga Yunus beserta istrinya terpana dengan penampilan Hadi. Pria lajang itu kikuk diperhatikan seperti itu.

"Apa kita berangkat sekarang?" Mita, istri Yunus tersenyum.

"Tentu, kita berangkat sekarang." Yunus mengangguk. Mereka berempat akan pergi ke acara reuni SMA. Putra mereka yang berusia 6 tahun ikut serta.

Di dalam mobil mereka saling bercerita. Yunus menyetir dan Hadi duduk disebelahnya. Mita dan Willy duduk dikursi belakang. Hadi nyaman dengan keluarga Yunus. Mereka baik tanpa melihat apa yang ia punya. Yunus beruntung mendapatkan istri seperti Mita. Entah kapan dirinya akan memiliki istri yang sebaik Mita.

Sesampainya di hotel yang diadakan acara reuni. Hadi terasa berat untuk melangkah. Ia harus menyiapkan diri dan jawaban yang pasti akan dilontarkan teman-temannya. Masalah pekerjaan dan statusnya sekarang. Walaupun Hadi mempunyai kesempatan untuk berbohong. Tapi apa gunanya pikir Hadi. Ia lebih baik berterus terang.

Hotel itu sangat ramai bukan hanya angkatannya saja melainkan digabung dengan angkatan lainnya. Mereka semuanya berpakaian formal. Matanya menelusuri orang-orang yang tampak tidak begitu asing. Yunus menepuk bahunya.

"Kita ke sana, yuk. Sambil nyari minum." Hadi mengekori di belakangnya. Yunus menghampiri teman yang lain saling bertegur sapa.

"Lo, Hadi kan?" tanya Wira.

"Hai, Wir. Gimana kabarnya?" Hadi masih mengenalinya, Wira memeluknya. Ia adalah salah satu teman yang cukup dekat dengan Hadi.

"Kabar gue baik, nggak nyangka kamu datang. Kita udah lost contac lama juga ya. Ada kali enam tahun." Hadi membenarkan. "Gue seneng lo datang."

"Yunus yang ngajak gue dengan pemaksaan."

"Kerja dimana sekarang?" Hadi tersenyum. Benar saja pertanyaan inilah yang akan dijawabnya.

"Gue montir mobil, Wir," jawabnya enteng tanpa beban. Alis Wira menyatu.

"Yang benar?"

"Buat apa gue bohong," timpal Hadi.

"Lo punya bengkel mobil?"

"Bukan, gue hanya bekerja sebagai montir alias kuli." Hadi merasakan ketidak nyamanan ketika melihat wajah Wira.

"Iya, Wira. Hadi benar." Yunus membelanya. "Hadi nggak ngelanjutin kuliah setelah ayahnya meninggal." Wira beroh ria seraya kepalanya mengangguk mengerti. Ia tahu bagaimana kehidupan tanpa seorang ayah. Hadi menjadi tulang punggung keluarganya saat ini.

"Lo udah nikah?" tanya Wira kembali.

"Belum," jawabnya sambil mengangkat kedua bahunya.

Wira tertawa, "gue duda," bisiknya memberitahu ditelinga Hadi. Pria itu ikut tertawa setelah mendengarnya.

Tentang Kita (GOOGLE PLAY BOOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang