BAB 10

5.5K 814 120
                                    

T e n

- More Than A Worst -

"Yuta, apa kamu mau makan?" Sana yang sedang berkecimpung di dapur berbicara kepada Yuta yang nampak asik membaca Groove Magazine di depan televisi.

Yuta menggeleng sambil melirik sebentar ke arah Sana. "Masih kenyang, Sana."

Sana mengangguk dan melanjutkan kegiatannya membersihkan kitchen sink. Yuta kembali membaca majalah yang berada di genggamannya. Namun, sesekali matanya melirik ke arah balkon apartemen Sana. Sudah sejak satu jam yang lalu Jungkook hanya duduk di balkon ditemani dengan rokok elektrik rasa menthol favoritnya.

Yuta mengerti jika Jungkook sedang mengalami beberapa masalah. Seharusnya Jungkook bisa menahan kebiasaannya untuk tidak merokok beberapa bulan ke depan, mengingat jika akhir tahun nanti ia memiliki kompetisi menembak. Namun apa daya, walaupun Yuta adalah ketua tim menembak mereka, ia tetap saja tak dapat menghentikan Jungkook karena pria tersebut keras kepala.

"Sana, aku istirahat dulu. Bangunkan aku kalau Johnny menelepon," ucap Yuta sambil bangkit dan berjalan menuju salah satu kamar yang ada di apartemen tersebut. Mereka tidak tinggal bersama, hanya saja Yuta sering menghabiskan waktu di kediaman Sana di saat dirinya sedang memiliki waktu lengang.

Setelah memastikan jika Yuta sudah masuk ke kamar, Sana segera berjalan ke arah balkon sambil membawakan segelas jus jeruk. Ia meletakkan gelas tersebut di atas meja yang terdapat di sana dan ikut duduk di salah satu kursi yang masih kosong. "Ada apa?" tanyanya kepada Jungkook.

Jungkook mengembuskan asap rokok elektriknya. Sana bisa mencium wangi menthol segar, walau kenyataannya tetap saja menghirup asap rokok lebih berbahaya untuk perokok pasif seperti Sana.

"Kapan kamu akan memberitahu Yuta?" lirih Jungkook tanpa melirik Sana yang duduk di sampingnya. "Aku sudah mengatakan pada Yerim kalau kita menjalin hubungan."

"Aku tidak tahu," jawab Sana menggeleng pelan. "Rasanya berat mengkhianati Yuta. Kamu tahu jika Yuta sudah ada di sisiku dari awal aku meniti karier sebagai model di Seoul."

Jungkook menghela napas pelan, lalu memiringkan tubuhnya menghadap Sana. "Kamu janji akan memberitahu Yuta. Apalagi, Sana? Aku menyayangimu, begitu pun kamu," jelas Jungkook.

Sana terdiam saat tangan Jungkook terulur untuk menggapai tangannya. Ia mencoba memberanikan diri untuk menatap Jungkook yang memandangnya sendu. "Kamu sayang aku karena kamu butuh aku, Kook. Bukan seperti aku yang justru membutuhkan kamu karena aku sayang sama kamu. Apa kamu bisa lihat letak perbedaannya di mana?" tanya Sana dengan mata berkaca-kaca.

Jungkook yang melihat Sana menahan air matanya pun segera bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan Sana. Pria tersebut menarik Sana ke dalam pelukannya, menyandarkan kepala wanita tersebut pada dadanya. "Iya Sana, sekarang aku memang seolah memanfaatkanmu. Tapi aku janji, setelah ini aku akan mencoba tulus denganmu."

"Lantas, bagaimana perjodohanmu dengan Psikiater Park? Bagaimana dengan perasaanmu kepada Yerim? Apa kamu yakin aku bisa memenangkan hatimu, Kook?" lirih Sana di dalam pelukan mereka.

Jungkook hanya diam tanpa memberikan jawaban. Ia semakin mengeratkan pelukan mereka. Entah apa yang ada di pikiran pria tersebut. Entah apa rencana yang sedang disusunnya saat ini. Satu hal yang jelas, Jungkook tersenyum samar di sela pelukan mereka. Senyum yang memiliki makna jamak, entah karena telah melukai seseorang, bahagia dengan tindakannya, atau karena mengejek dirinya sendiri.

Akal sehatnya benar-benar sudah lelah berpikir dengan semua yang ia dan Yerim alami.

***

More Than GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang