BAB 3

7.1K 1.2K 54
                                    

T h r e e

- More Than A Cold -

Entah sudah berapa kali Yerim mondar-mandir di ruang tengah apartemen mereka. Wanita berparas mungil tersebut terlihat menggigit kuku jarinya kebiasaannya jika sedang gugup, mendapatkan tekanan, atau sedang berpikir keras.

"Apa kamu tidak bisa diam, Yerim?" Suara Jungkook berhasil menghentikan gerakan kaki Yerim.

Yerim lantas berjalan menghampiri Jungkook dan duduk di samping pria tersebut. "Akhirnya kamu berbicara padaku. Sekarang jelaskan kenapa kamu bisa terlibat perkelahian dengan Kak Hanbin?" Yerim mengerutkan keningnya dan menatap Jungkook yang terlihat bermalas-malasan.

Jungkook berdecak kecil dan malah berjalan meninggalkan Yerim tanpa menjawab pertanyaan wanita tersebut. Yerim mendesah pelan melihat perlakuan Jungkook terhadapnya. Tipekal seorang Jeon Jungkook, jika ia melakukan kesalahan, ia akan memilih diam dan menghindar. Selalu seperti itu. Salah satu sifat Jungkook yang tidak Yerim sukaimenganggap bahwa setiap hal yang dilakukannya adalah benar.

Yerim memilih berjalan ke arah dapur dan mengambil sebuah cangkir. Tangan mungilnya lalu mengambil satu bungkus minuman jahe instan dan menyeduhnya dengan air panas. Pikiran Yerim sekarang sedang bercabang, mulai dari pekerjaannya di Gloire hingga tingkah Jungkook yang tidak akan pernah ada habisnya.

"Mau ke mana?" tanya Yerim ketika melihat Jungkook keluar dari kamar mereka dengan menggunakan pakaian santai dan menenteng jaket kulit di tangannya. "Menemui Minatozaki Sana?"

"Shut up, Yerim. Kenapa kamu selalu menyebut nama lengkapnya?" Jungkook menghentikan langkahnya dan menatap Yerim. Lalu, dalam sepersekian detik tatapan tajamnya berubah menjadi tatapan sendu. "Sebaiknya kamu istirahat dan langsung tidur, karena aku tahu kamu kelelahan," tutup Jungkook dan berjalan keluar apartemen mereka.

Yerim terdiam menatap kepergian Jungkook sambil tangannya menggenggam erat cangkir berisi minuman jahe yang belum sempat ia tawarkan kepada Jungkook. Tidak habis pikir, Yerim menggelengkan kepalanya dan berjalan menuju wastafel. Dengan satu kali gerakan, Yerim membuang minuman jahe tersebut dan menghidupkan keran untuk membuat minuman berwarna cokelat tersebut menghilang.

Pukul sembilan, dan Yerim ingat jika dirinya belum makan malam. Yerim tidak mungkin memasak dengan pikirannya yang seperti sekarang, karena bisa saja ia malah membakar dapurnya sendiri. Yerim pun bergegas ke dalam kamar dan mengambil jaket wolnya. Setelah mengambil telepon genggam dan dompetnya, Yerim meninggalkan apartemen menuju swalayan 24 jam terdekat di daerah sana.

"Selamat malam!" sapa petugas mini market dengan intonasi ceria. Yerim hanya membalasnya dengan senyuman dan langsung menuju rak-rak yang menyediakan berbagai jenis makanan ringan.

Yerim menarik napasnya pelan karena ia akan melakukan sebuah dosamemakan camilan malam. Yerim sangat memerhatikan kesehatannya, mulai dari pola makan, intensitas berolahraga, hingga kebersihan tubuh dan pikirannya. Itu semua dilakukan Yerim untuk menjaga kesehatan tubuhnya yang tidak bisa memiliki waktu istirahat yang cukup, pola tidurnya berantakan, bahkan hingga menjadikan Yerim seorang pecandu kopi. Setidaknya itu salah satu dosa di antara rutinitas sehatnya setiap hari.

"Aku janji akan melakuakan treadmill lusa nanti," gumam Yerim terhadap dirinya sendiri dan mulai memilih berbagai jenis makanan ringan.

Dalam beberapa menit, pangkuan Yerim penuh dengan makanan ringan. Bahkan dirinya sekarang kesulitan membawa dompet dan telepon genggamnya, membuat Yerim menyesal karena memakai jaket wol tanpa saku. Ini yang terakhir, batin Yerim setelah tangannya meraih yogurt dari tempat pendingin minuman dan menutupnya kembali menggunakan kakinya. Yerim melupakan keranjang belanjaan ketika masuk tadi, lagi pula sekarang ia telah selesai berbelanja jadi akan percuma saja jika mengambil keranjang belanjaan sekarang.

More Than GravityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang