| The Kim Village
Jungkook sedikit memicing saat membuka netranya. Kain gorden berwarna putih melambai-lambai tertiup angin malam dari luar. Mata Jungkook menatap jarum jam yang menunjuk pukul empat pagi. Geraman pelan terdengar dari bibir Jungkook saat ia meregangkan kedua tangan ke atas. Masih merasa lelah setelah melewati malam yang luar biasa.
Kedua mata Jungkook mengerjap pelan. Lima detik setelahnya menangkap sosok Yerim yang duduk di tepi ranjangㅡmembelakangi. Senyum Jungkook terpatri manis menatap figur sempurna Yerim. Punggung putih mulus wanita itu tidak tertutupi satu helai benang pun. Surai panjang hitamnya terjuntai ke bawah dan tersangkut sebagian pada pundaknya. Jungkook bisa melihat pergerakan Yerim yang bernapas dengan tenang.
"Kamu tidak tidur?" gumam Jungkook. Suaranya terdengar serak dan berat.
Kepala Yerim menoleh ke belakang dan menangkap wajah bantal Jungkook. Mata sayu pria itu bertubrukan dengan matanya. "Aku tiba-tiba terbangun. Kamu tidur lagi saja kalau masih mengantuk."
Jungkook terkekeh mendengar perkataan Yerim. Mana mungkin ia bisa tidur di saat penampilan Yerim yang masih sama menggairahkannya seperti malam tadi kembali tertangkap penglihatannya. Jungkook bergeser hingga ke tepi ranjang, menutupi bagian bawah tubuhnya dengan selimut. Dalam satu kali gerakan, Jungkook dengan mudah mengangkat tubuh Yerim untuk duduk di atas pangkuannya.
"Ada yang mengganggu pikiranmu, hm?" bisik Jungkook ketika kepalanya bersandar di atas pundak Yerim. Mengembuskan sedikit napasnya ke telinga wanita itu. Memeluk Yerim dengan erat dari belakang.
Yerim menggerakkan tubuhnya geli menerima sentuhan Jungkook. Ia tersenyum tipis saat merasakan tangan Jungkook menyampirkan rambutnya ke pundak kiri, mengekspos leher jenjang wanita itu dan punggungnya. Satu kecupan lembut Jungkook mendarat di pundak Yerim.
"Apa kamu besok jadi berangkat ke Thailand?" tanya Yerim dengan menahan reaksi akan sentuhan-sentuhan Jungkook. Pria itu kini memutar tubuh Yerim dan mengecup ceruk lehernya. Kembali menghirup aroma khas Yerim dari bagian belakang telinga yang membuat ia mecubit kecil perut Jungkook. "Aku sedang bertanya, Jeon," protesnya.
"Ini salahmu yang terbangun dengan tampilan seperti ini. Memangnya tidak dingin?" Tangan Jungkook bergerak meraih sisi lain selimut, lalu membungkus tubuh Yerim dengan selimut tersebut. Dipeluknya erat tubuh Yerim sambil mengecup wajah Yerim berkali-kali. "Menggemaskan sekali. Sampai aku tidak tega bermain kasar denganmu."
"Apa maksudmu?" Wajah Yerim memerah seperti kepiting rebus mendengar kalimat frontal Jungkook. Ia mengeratkan gulungan selimut di tubuhnya. Seringaian Jungkook membuat jantung Yerim berdetak tidak karuan. Bagaimana bisa Jungkook berkata seperti itu tanpa merasa malu?
"Hei!" Jungkook menangkup wajah Yerim dengan kedua tangannya. Menekannya gemas hingga bibir Yerim mengerucut ke depan. "Aku menahan mati-matian malam tadi, asal kamu tahu. Perlahan-lahan, dengan lembut dan penuh gairah, berulang kali harus menenangkanmu padahal aku sudah tidak sabar ingin masu—"
"Ya!" Yerim sukses dibuat malu teramat sangat. Ia menyembunyikan kepalanya di pundak Jungkook, membuat Jungkook kembali tertawa dan memeluk Yerim dengan erat. Sangat cengeng, padahal ini bukan pertama kali bagi mereka.
Jungkook menepuk-nepuk lembut kepala Yerim. Ia tersenyum lebar melihat tingkah wanita di pelukannya ini. Sampai Jungkook merasakan pergerakan Yerim yang mengangkat wajahnya dari bersembunyi di ceruk leher Jungkook. Membuat pria itu tertawa kecil sambil mencubit hidung Yerim.
"Aku banyak mengeluh, ya?" Yerim menunduk, menyembunyikan rona merah di kedua pipi. Mengabaikan tatapan Jungkook, tentu saja. Jungkook tidak mengalihkan tatapannya sedikit pun dari Yerim, dari tiap senti wajahnya hingga mengunci tatapan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
More Than Gravity
FanficKim Yerimㅡputri tunggal The Kimㅡharus mengenal ambisi gelap dari pria bernama Jeon Jungkook. Awalnya mereka kira itu bentuk afeksi yang nyata, sehingga tercipta janji konyol untuk tetap tinggal bersama. Namun, Jungkook memiliki definisi romansa yang...