12

19.1K 1.2K 125
                                    

Taehyung kembali duduk didalam kegelapan apartement nya yang dingin. Menatap orang-orang, bahkan kendaraan yang berlalu lalang dibawahnya. Asap rokok memenuhi ruangan itu, begitu juga dengan beberapa kaleng alkohol yang berserakan di meja dan lantai bersama dengan puntung rokok yang bertebaran dimana-mana. Wajahnya nampak lesu dan berantakan. Bahkan saking berantakannya, wajahnya kini dipenuhi brewok tipis yang tak dicukur. Taehyung sungguh tak mengurus dirinya akhir-akhir ini. Ia hanya duduk diam di apartement nya hanya memikirkan masalahnya yang tak berujung. Pikirannya kalut akan amarah dan kesedihan. Ia tak boleh seperti ini! Ia harus bertanggung jawab apapun yang terjadi! Diraihnya kaleng alkohol disebelahnya dan diremas kuat hingga penyok bahkan bisa membuat kaleng itu hancur berkeping-keping karena kuatnya Taehyung meremas kaleng tersebut, hingga suara bel apartement nya berbunyi mengalihkan konsentrasi Taehyung.

Dengan lesuh, Ia berjalan kearah pintu dan langsung membuka pintu itu tanpa basa-basi.

Terkejut melihat sosok didepannya kini.

Taehyung tidak dapat menyembunyikan kesedihannya.

"Jennie...."

*******

"Kau baik-baik saja Kook??" Jimin mengelus dahi Jungkook yang berkeringat.

Mereka sedang didalam mobil Jimin menuju rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan rutin bayinya. Selama Taehyung pergi, Jimin dengan mulia nya membantu Jungkook ini-itu dengan tulus tanpa pamrih.

"Tidak apa Oppa, aku oke. Hanya sedikit pusing."

"Tapi kau sungguh pucat, Kook!" Mengelus kepala Jungkook yang berkeringat. "Bertahanlah sebentar lagi kita sampai."

Jimin membantu menyandarkan tubuh berisi Jungkook perlahan sambil berusaha pelan-pelan menyetir kendaraan miliknya.

Jungkook hanya memgangguk patuh. Membuat dirinya senyaman mungkin ketika bersandar.

Jungkook stres. Ia pusing memikirkan Taehyung. Sibuk memikirkan

Apa yang terjadi pada Taehyung?

Apa yang dilakukan Taehyung?

Mengapa Taehyung melakukan itu padanya?

Jungkook semakin stres tatkala perutnya semakin membesar dan Taehyung tidak disisinya dikala Ia membutuhkan Taehyung.

Jimin yang peka merasa bersalah dan kasihan pada Jungkook, maka dari itu Ia berusaha sebaik mungkin membantu Jungkook disaat seperti ini.

Mereka sampai ditujuan. Jimin membantu mengurus administrasi sementara Jungkook diperiksa oleh dokter kandungannya.

"Sering merasa pusing akhir-akhir ini nyonya Jeon?" Jungkook hanya mengangguk lemah.

"Sebaiknya jangan terlalu memikirkan hal-hal yang berat. Sangat tidak baik untuk bayi Anda jika Ibunya sedang stres." Dokter itu tersenyum. "Anda tidak ingin bayi ini kenapa-kenapa kan?"

Setelah semuanya beres, dokter memberikan beberapa vitamin dan menyarankan Jungkook untuk rileks dan perbanyak istirahat.

Jimin dengan senang hati mengantar Jungkook pulang ke rumah, namun

"Oppa- aku ingin ke apartement Taehyung saja."

Jimin mengerutkan dahinya sedikit gugup menelan ludah.

"Kenapa Kook? Disana tidak ada Taehyung."

Jungkook menghela napasnya. "Aku merindukannya, jadi...."

"Jika terjadi apa-apa denganmu bagaimana? Tidak ada orang disana." Jimin berusaha membujuk Jungkook yang saat ini matanya sudah berkaca-kaca.

Jimin menggenggam jemari Jungkook erat. Pasti berat bagi Jungkook yang sedang mengandung dikala Taehyung sedang tidak berada bersamanya. Jimin juga sebenarnya merasa kesal, namun apa mau dikata? Taehyung setidaknya sudah berjanji padanya akan menyelesaikan semuanya.

I'M NOT GOOD ENOUGH - VKOOK (GS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang