01

915 50 5
                                    

Pagi ini begitu cerah sekali. Matahari begitu bersinar. Padahal baru jam setengah enam. Satu jam lagi aku akan berangkat kuliah. Aku adalah salah satu mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta. Aku mengambil program studi Bahasa dan Sastra Indonesia. Aku juga suka menulis di Wattpad. Namun hal itu sama sekali tidak mengganggu kuliahku. Bahkan aku bisa mengambil program lulus dalam waktu tiga setengah tahun. Sekarang aku ada di tingkat akhir. Ya, aku sedang menyusun skripsi.

Semalam aku merasa seperti bermimpi. Tokoh utama di komik Noblesse datang ke kamarku. Yaa, dia Cadis Etrama di Raizel. Namun aku tidak bisa mengingat apa yang terjadi semalam. Aku hanya merasa bermimpi bertemu dia di kamarku. Sudahlah aku tidak ingin memikirkannya lagi. Setelah menyusun beberapa bahan skripsi, aku berniat kembali membaca komik itu. Akan tetapi, naluriku berkata agar membacanya di kamar saja.

"Gimana skripsi kamu? Udah selesai belom?" tanya Caca. Sahabatku yang setia padaku. Dia bersahabat denganku sejak di bangku Sekolah Menengah Atas. Ia lalu duduk di bangku sebelahku

"Dikit lagi dooong" ejekku. "Emangnya kamu tuh masih belajar aja. Lagian kenapa gak ambil kelas yang sama sih sama aku?"

"Ngapain buru-buru lulus kuliah kalo bisa santai-santai aja." jawabnya santai. "Lagian kamu ngapain sih ambil program tiga setengah tahun? Emang mau cepet-cepet nikah?"

"Mbahmu nikah. Yaa pengen cepet-cepet kerja-lah" kilahku. "Semakin cepat semakin baik"

"Iyaa deh terserah kamu aja" katanya sambil membuang nafas dari mulutnya dengan kasar.

Apakah aku sebaiknya cerita kejadian semalam ya sama Caca? Tapi kalo emang semalam cuma mimpi. Tapi mengapa rasanya begitu nyata?

"Eh bengong aja" tegurnya membuatku sadar dari lamunanku.

"Kenapa sih? Kamu kefikian sesuatu?" tanya Caca memperhatikan raut wajahku yang berubah menjadi tegang.

"Gapapa kok, cuma lagi kefikiran tulisan aku aja di Wattpad." jawabku bohong.

"Oh gitu. Yaudah yuk, kita ke kantin dulu yuk. Aku laper nih belom sarapan. Dosennya juga masih lama datengnya." Kami melangkah menuju kantin kampus.

Kelas telah selesai. Aku bergegas pulang ke rumah. Dan disinilah aku sekarang. Berada di kamar biasa-biasaku. Aku memang orang biasa. Aku tinggal bersama nenekku dan bibiku yang punya penyakit jiwa. Sedangkan ibuku menikah lagi dengan pria lain sejak aku kelas lima tingkat Sekolah Dasar. Dan hal itu membuatku berpisah tempat tinggal dengan ibuku. Aku hanya merasa betah jika tetap tinggal di rumah nenekku.

Aku merilekskan tubuhku dengan berbaring di kasur. Jam 15:06. Lalu melanjutkan membaca komik Noblesse episode dua. Setelah selesai membaca, ponselku mati seketika. Padahal tadi daya baterainya masih lumayan banyak. Lagi-lagi mimpiku terulang. Cadis Etrama di Raizel berdiri di depan pintu kamarku. Aku tidak mengacuhkannya dan bangkit untuk me-recharge ponselku. Ia melangkah mendekatiku dengan tatapan datarnya.

"Hey, what's your name? You're not yet answer my ask." kali ini ia tidak memperkenalkan diri seperti semalam. Hey, tiba-tiba aku bisa mengingat apa yang terjadi semalam.

Setelah menyolokkan charger ke saklar, aku memberanikan diri menghadap padanya. Dia benar-benar nyata. Namun bagaimana bisa? Berarti semalam itu bukanlah mimpi?

"Apa kamu gak bisa bahasa Indonesia ya?" tanyaku sebelum menjawab pertanyaannya. Bahasa Inggrisku belum terlalu bagus untuk dipakai berdialog.

"Bisa." jawabnya dengan angkuh. Bukan. Tapi yang sejenis angkuh. Peecaya diri. "Aku bisa semua bahasa di Dunia."

Aku merasa ada yang aneh. Cadis Etrama Di Raizel versi komik begitu kaku dan banyak diamnya. Akan tetapi yang kulihat ini malah bawel dan sikapnya sok iye.

I Need Rai (Noblesse)/ HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang