06

366 29 9
                                    

Sambil menunggu balasan Caca, aku membuka Webtoon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sambil menunggu balasan Caca, aku membuka Webtoon. Membaca komik Noblesse. Ya, jika hari ini Rai belum lenyap lalu aku membaca satu episode, maka waktu Rai bertambah satu hari lagi disini. Begitu seterusnya.

Rai masih duduk di pinggir kasur dan fokus menonton televisi sedangkan aku duduk di kursi belajar dan fokus membaca komik Noblesse. Lucu ya membayangkan jika kau membaca sesuatu yang dimana pemeran utamanya ada bersamamu. Tapi ini bukan bayangan. Dia benar-benar nyata di dekatku.

"Hei, manusia" panggilnya. Pasti dia lupa namaku. "Lihat berita ini!" serunya.

Aku menoleh padanya. Ini orang gak bisa yaa gak rese sebentar saja? "Jangan lihat padaku. Tapi lihat beritanya." ingatnya. Ah, aku malah salah fokus.

Aku melihat televisi yang menayangkan berita pencurian yang terjadi di bus Transjakarta. Bentar deh! Itu kan bus yang ditumpangi aku dan Rai tadi! Ternyata ucapan Rai benar. "Ya ya ya. Kau memang hebat. Bisa mengetahui aura jahat yang akan terjadi" pujiku malas. Aku memalingkan badan dan kembali membaca komik.

Huh, perutku baru lapar. Selesai membaca komik, aku memutuskan turun ke lantai bawah untuk mengambil makanan. Kemudian kembali ke kamar dengan dua piring makanan berisi nasi dan lauknya. "Nih" aku menyodorkan makanan pada Rai.

Dia menatapku remeh, wajahnya menyebalkan. "Kamu kira aku merasa lapar, ya? Hahahaha" dia tertawa geli.

"Loh bukannya waktu itu kamu minum teh? Berarti kamu bisa makan juga dong?" tanyaku bingung. Akhirnya, piring itu kutaruh di meja belajarku. Sedangkan aku duduk di kursi belajar sambil menyantap makananku.

Dia mengambil piring yang kutaruh tadi lalu dia duduk di pinggir kasurku menghadap padaku, "Aku tidak merasa lapar dan haus. Aku tidak merasa cape ataupun letih. Aku tidak merasakan apa yang manusia umumnya rasakan. Dan sebenarnya, kaum Noble tidak masalah jika tidak minum, tidak makan, dan tidak tidur. Kami minum, makan, dan tidur semua hanya untuk manusia. Minum dan makan untuk menghargai mereka yang membuatkan minuman dan makanan untuk kami. Tidur pun untuk memulihkan energi kami apabila kami habis perang demi melindungi mereka." jelasnya. Penjelasan Rai membuatku berhenti melahap makananku setelah kutelan satu sendok makananku.

Dia tersenyum kepadaku yang sedang tidak sadar memperhatikan wajahnya, "Maaf ya waktu itu aku sempat membuatmu kesal karena aku minta dibuatkan teh. Minum teh manis itu suatu kebiasaanku dari dulu. Sejak Frankenstein menjadi asistenku, dia selalu membuatkan teh manis untukku setiap hari"

Kok dia beda sih? Kok aku merasa sedikit tidak sebal padanya? Kok aku mulai mengaguminya seperti aku kagum figur Rai di Komik? Ah tidak, jangan berfikir macam-macam, Laras! Dia kan bisa membaca fikiran. "Ah iyaa gapapa kok, Tuan Rai" sahutku.

"Jangan panggil Tuan lah, panggil aku Rai. Eh, untuk kamu khusus panggil aku Aizel aja" dia nyengir kepadaku. Dia mulai melahap makanan yang tadi dia ambil. Entahlah aku merasa senang melihat sikapnya seperti ini.  Aku mengangguk lalu kembali melahap makananku juga.

I Need Rai (Noblesse)/ HIATUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang