Malam ini malam yang indah. Aku duduk di balkon kamarku sambil melihat bintang-bintang berjejeran indah di langit biru gelap. Seusai mandi tidak kulihat sosok Rai. Kemana dia? Entahlah. Aku tidak perduli. Bagiku, dia hanyalah khayalan yang kuciptakan. Jujur aku memang mengagumi sosoknya. Tapi sosok yang tergambar di komik Webtoon. Bukan sosok nyata yang tadi berbicara di hadapanku. Menyebalkan dan cerewet. Ia bilang tadi ada banyak hal yang ingin ditanyakan, tapi sekarang dia malah hilang entah kemana. Ah sedang apa aku disini? Bukankah biasanya genari aku belajar?
"Hey, menunggu aku, ya?" tanya Rai tiba-tiba. Ia seketika muncul di depanku. Berdiri tegak. Pakaiannya sudah berganti menjadi pakaian manusia pada umumnya. Kaos dan celana selutut. Lalu ia masuk ke dalam kamarku dan berbaring di kasurku.
"Lelah. Mencari Lascrea di dunia manusia tidak semudah mencarinya di Luckedonia. Dunia para Noble." keluhnya sambil menatap langit-langit atap kamarku.
Aku mendekat padanya, "Memang seluas apa Luckodenia? Seperti apa?" tanyaku.
"Yang pasti tidak seluas dunia ini" jawabnya meringis. "Aku sempat tersasar tadi saat ingin kembali ke rumahmu. Untung aku punya insting yang kuat"
"Terserahlah. Kamu itu bagai Rai yang di komik Noblesse saja." komentarku atas sikapnya itu.
"Eitsss. Apa itu komik Noblesse?" tanyanya. Sepertinya dia mulai ingat hal yang ingin ia tanyakan.
"Komik Noblesse itu komik yang menceritakan dirimu, para Vampir, dan manusia modifikasi." jawabku sambil menyalakan ponselku.
"Wow benda itu bisa bercahaya. Darimana cahaya itu?" ia begitu kaget saat melihat ponselku.
"Kepo"
"Oh ya, tadi aku sempat menanyakan kepada manusia lain. Apakah mereka tau apa itu buah kepo, tetapi jawaban mereka tidak tau. Aku tanya ke pedagang buah di pasar, mereka juga jawab tidak tau." jelas Rai. Ia masih memikirkan tentang buah 'kepo' yang tadi asal kukatakan.
"Itu bukan buah, Tuan" lagaku memeragakan gaya Frankenstein.
"Lalu apa?"
"Sebuah perkataan yang ditujukan untuk orang yang serba ingin tahu" aku coba untuk menyindir dirinya. Dia hanya diam. Mungkin sedang mencerna kata-kataku. "Nih"
Aku menunjukkan komik Noblesse dari halaman satu, "Bacalah beberapa episode"
Dia meraih ponselku. Namun dia kelihatan bingung, "Bagaimana cara menggunakannya?"
Argghhh ini orang dari Abad ke-berapa sih, keluhku.
"Kami ini hidup sebelum ada manusia. Saat hanya ada kaum Noble dan Werewolf di dunia. Sejarah kami tidak tercatat oleh manusia. Makanya aku bingung, darimana manusia tau tentang kaum kami. Ternyata dari sebuah komik." dia menjawab keluhanku.
Aku mulai mengajarinya menggunakan ponsel. Untungnya, dia cepat mengerti. Berarti dia cerdas. Hanya saja kampungan dan gaptek. Gagap teknologi.
Sambil menunggunya membaca komik tentang dirinya sendiri, aku bergegas ke meja belajar. Mengulang materi kuliah hari ini.
"Hei, apa ini? Tokoh Rai disini tidak mirip dengan wajahku." komentarnya. Memang benar sih, aslinya Rai lebih tampan. Namun karena sifatnya itu yang membuatku lebih mengagumi Rai versi Komik.
"Bukankah bodoh jika ada yang mengagumi sosok Rai di komik ini." perkataannya kok seperti menyindirku ya?
"Aku tidak menyindir. Aku lihat manusia-manusia menulis kekaguman mereka di komentar ini" tunjuknya padaku.
Oh aku mengerti.
Dia memang pembaca pikiran yang handal bahkan disaat dia tidak melihat mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Need Rai (Noblesse)/ HIATUS
FanfictionCadis Etrama di Raizel merupakan tokoh fiktif utama komik Noblesse di Webtoon. Yaaa, awalnya memang begitu. Cadia Etrama di Raizel hanya tokoh fiktif. Namun berubah saat Cadis Etrama Di Raizel benar-benar ada di hadapanku. Hal ini bermula saat...