#16. Alasannya Menutup Diri

2.8K 276 9
                                    

Udah seminggu, ya, guys. Enggak nyangka bakal selama itu. Author lagi baca cerita lain, nih. Eh tahunya udah tanggal segini.
Hm ... Lain kali diusahakan cepat, deh. Doain aja.

Makasih atas dukungannya, ya ^^
Entar setelah baca, kalau suka monggo di-vote, ya. Di-comment sekalian biar author senang!

Oke, Happy reading!

***

Ada banyak jenis penyakit dan kelainan psikologis di era modern. Misalnya agliphobia atau takut terhadap rasa sakit, androphobia takut terhadap lelaki, ephebiphobia atau takut pada remaja dan masih banyak lagi. Bahkan ada phobophilia yakni rasa cinta terhadap rasa sakit itu sendiri.

Sebabnya pun beragam, namun semuanya ber-hulu pada fenomena yang sama yakni trauma dan tekanan kejiwaan.

Kenyataan bahwa Mei Yu harus bersusah payah bertahan hidup sejak usia masih belia pada faktanya tidak semudah ucapan belaka. Bukan kerikil lagi yang menyandung hidupnya, dihina, dipermalukan, dan dicerca itu bukan kasus besar. Pandangan jijik orang-orang, sudah sering ditemukan. Satu hal yang paling ia takutkan adalah ... pengkhianatan.

Rasa takut itu membuatnya sulit percaya pada orang lain. Ia tidak bisa berbagi masalahnya atau pun keluh kesahnya. Emosinya ditutupi. Pada akhirnya ia akan tertekan dan menyiksa diri. Setiap tekanan itu memuncak, jantung di dadanya seperti ditarik keluar secara paksa.

Untuk meredakannya, ia harus meluapkan emosi itu kuat-kuat. Menjerit? Itu wajib.

Sejak saat itu mencari tempat sunyi telah menjadi agenda rutinnya.

Setelah tinggal bersama bibi dan pamannya, ia diam-diam menemui psikiater. Perlahan-lahan belajar membuka diri dan menunjukkan 'wajahnya' yang sebenarnya. Katanya, Mei Yu harus mencari kegiatan yang disuka untuk mengurangi rasa stres. Namun, tidak ada yang ia sukai. Ia belajar ini-itu dan mengantongi banyak keahlian dengan pemikiran agar mandiri dan tidak mudah diinjak orang lain. Hasilnya, ia seperti menemui tembok empat sisi yang menghalangi jalan.

Ia pikir tidak masalah selama ia bisa berbagi dengan psikiater itu. Siapa sangka keterbukaannya justru malah menjadi pisau bermata dua.

Ketika ia dijebak oleh sepupunya, Lu Shu Yao, dan kakak tingkatnya, Ma Shun Tai dalam ujian negara, diagnosis tentang dirinya pun turut bocor. Alhasil semua bukti berhasil memberatkannya.

Dalam waktu beberapa hari berita tentang dirinya terpampang di mana-mana. Judulnya "Kisah Sang Juara Pertama Ujian Negara : Selain Mencuri Soal Ternyata Memiliki Kelainan Jiwa". Sejak saat itu Penghinaan yang dulu sempat padam, membara lagi, bahkan jauh lebih buruk dari sebelumnya sebab cyber bullying turut meramaikan.

Mei Yu sendiri tidak mengerti. Bukankah ia telah memenangkan banyak mendali? Menerima banyak penghargaan? Dan teman-temannya sendiri melihat bahwa ia memang pantas dan mampu. Lalu mengapa ketika pedang-pedang itu terhunus ke wajahnya, mereka semua membalikkan badan?

Belakangan Mei Yu tahu pelakunya. Tidak ada yang menyukai siapa pun yang terlalu sempurna. Manusia pada dasarnya kerap membandingkan miliknya dengan orang lain. Saat merasa tidak puas, iri akan ditiupkan padanya. Hanya tinggal memberi minyak sedikit, itu akan berubah menjadi benci. Kepribadian Mei Yu tertutup dan cenderung dingin. Sementara Shu Yao dan Shun Tai memiliki lidah elastis dan wajah yang 'fleksibel'. Mudah bagi mereka mengubah prinsip berpikir orang-orang tentang Mei Yu.

Di sisi lain, Bibinya menggunakan kekuasaan dan uang untuk menyuap jaksa, guru-gurunya serta orang-orang berpengaruh lainnya. Jika mereka menolak, bibinya akan langsung menghancurkan keluarganya.

Princess Qi Mei Yu: Stand In LineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang