"Ada apa denganmu, brengsek?!" Aku menepis kasar sebelah tangan pria yang paling aku benci di dunia ini.
Postur tubuhnya, semua detail yang ada pada wajahnya, senyumnya, bahkan mendengar suaranya membuatku benci!
Pria itu tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Justru ia menatapku semakin lekat lalu melemparkan sebuah seringaian aneh kepadaku. Sadar akan sesuatu yang ganjil pada ekspresi wajahnya, secara spontan aku mundur satu langkah ke arah belakang dan aku tersentak saat punggungku bergesekan dengan dinding kokoh yang cukup dingin.
Sial! cobaan macam apa lagi ini??
Mataku sama sekali tak berkedip ketika sebuah telapak tangan yang sedari dulu sudah aku kenal, kini menyentuh beberapa helai rambutku yang berpotongan pendek.
"You know what, Lissa. I really hate your short hair. Seharusnya, kamu memanjangkan rambut hitammu ini seperti wanita pada umumnya." Aku sempat menahan napasku akibat ulahnya yang tiba-tiba mencium rambutku yang sejujurnya sangat kasar dan tak pernah terawat. Dan dunia seolah berputar ketika jarak wajah kami kini begitu dekat, aku bahkan bisa merasakan hembusan napasnya yang menerpa wajahku, membuatku merinding seketika.
Sadar akan kebodohanku karena hanya dapat diam di tempat, akhirnya aku mencoba menetralkan segala pikiranku yang mulai kacau. "Apa maksudmu sialan?!" bentakku begitu kasar dan lagi-lagi aku kembali menepis tangannya dengan kasar.
Namun sesuatu hal yang tak aku duga terjadi. Tubuhku kaku, ketika telapak tangannya yang lain menyentuh salah satu payudaraku, lebih tepatnya meremas dengan kasar.
"Asshole!! Apa kamu mau mati??" aku mengumpat keras, benar-benar marah akan tindakan tak senonoh darinya. Aku berusaha melepaskan tangan kotornya dari buah dadaku, namun tangannya justru semakin erat meremas benda kenyal tersebut. Membuatku sedikit meringis kesakitan karena sentuhannya. "Kamu mempunyai payudara yang besar. Kenapa selama bertahun-tahun kamu harus menyembunyikan pemberian Tuhan yang paling indah seperti ini?" tanyanya begitu heran.
"Aku benci memiliki payudara, brengsek!!"
"But, I like a big boobs." Mendengar jawaban cepat dan vulgar darinya semakin membuatku murka. Darahku seolah mendidih begitu cepat hingga ke ubun-ubun kepalaku. Ingin rasanya aku membakar pria sialan ini hidup-hidup, hingga abunya saja bahkan aku tak mau melihatnya.
Dia benar-benar mirip dengan ayahnya!
Sama-sama penjahat kalamin!
"Lepaskan tanganmu, Ello! Atau kutendang penismu hingga kamu tak bisa berkembang biak di masa depan!" ancamku begitu tegas. Aku benar-benar serius akan ucapanku barusan. Ello sedikit terkejut mendengar ancamanku, namun justru sebuah senyuman kecil darinya yang membalasnya. "Well.. kata-katamu membuat penisku turn-on, Lissa. Dan aku sangat suka gaya bicaramu yang mirip sekali seperti ibumu. Begitu pedas dan seksi."
Dasar bedebah!
Aku hendak menendang selangkangannya, namun usahaku itu sia-sia saat tubuh tinggi dan kekarnya mendorong dan menghimpit tubuhku ke arah dinding. Membuatku sangat sulit untuk bergerak walau hanya seincipun. Dari jarak sedekat ini aku dapat mencium aroma tubuhnya yang murni tanpa adanya wangi parfum.
Jantungku berdetak begitu keras ketika bibirnya mencium leherku yang terbuka bebas. Aku kalang kabut ketika kedua tangannya kini meremas seluruh payudaraku. Keringat dingin mulai berjatuhan dari dahi hingga ke pipiku. Napasku mulai tak beraturan, sedangkan perutku mulai merasakan gejala-gejala aneh yang sebentar lagi akan membuatku mual.
Tidak!
Aku benci ini!
Aku takut!
Aku tidak suka bersentuhan dengan pria!
Aku tidak suka kaum pria!!
"Seharusnya seperti ini. Tuhan menciptakan seorang wanita untuk melengkapi pria dan mendampingi pria. Bukan sesama wanita namun saling memuaskan." Suara berat Ello yang berbisik pelan di telinga kiriku membuatku perlahan kehilangan alam bawah sadarku. Kepalaku terasa pecah.
"I will make you understand. Lubang wanita di khususkan untuk para pria. Dan kali ini, aku akan mengajarkanmu berhubungan sex dengan pria jauh lebih nikmat dibandingkan sesama jenis. Trust me." Entah apa lagi yang ia lontarkan, aku tak peduli. Kedua telingaku seakan tuli mendengar ucapannya, aku hanya dapat merasakan seluruh hati dan tubuhku terasa begitu kosong.
Begitu gelap.
Aku seperti tersesat di sesuatu tempat yang begitu memilukan.
Tidak seharusnya ini terjadi!
Aku hanya mencintai seorang wanita.
Bukan seorang pria tulen!
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Fire ( Love Seasons )
ChickLit( WARNING 18++ ) "Kamu mempunyai payudara yang besar, Lissa. Kenapa selama ini kamu menyembunyikannya?" tanyanya begitu heran. "Aku benci memiliki payudara, brengsek!" "I will make you understand. Lubang wanita di khususkan untuk para pria. Dan kali...