Part Three - Lelucon

23.4K 497 26
                                    

~Lissa Prahayu Fukazawa

"APPAAAA??!" Semua orang terkejut mendengar hadiah Ello yang mengatakan bahwa ia akan menikah denganku.

Menikah katanya??

Apa dia tak sadar apa arti menikah itu?

Dasar gila!

"You must be kidding. Right, Ello?" Kini paman Ken melemparkan senyuman aneh pada anaknya.

Detik berikutnya, aku mendengar suara Ello yang tertawa. Ya, dia tertawa begitu terbahak-bahak hingga berangsur-angsur semua orang disini juga ikut tertawa bersama dengannya. Suasana yang sebelumnya menegang kini kembali menjadi normal.

Tapi tidak dengan diriku. Aku sama sekali tak bisa tertawa dengan mereka semua, karena aku tahu ini bukanlah sebuah gurauan yang lucu!

Terlebih lagi, aku sangat-sangat mengenal pria bajingan ini!

Tawanya itu bukanlah tawa yang tulus. Melainkan tawa yang penuh bulus.

Dia berhenti tertawa lalu berkata. "Tidak. Aku serius." Ello menjawab dengan nada serius serta memasang mimik wajah begitu datar.

Sontak semua langsung terbungkam. Tidak ada lagi suara tawa disini, yang ada hanya menyisahkan suasana yang begitu canggung dan aneh.

Ya Tuhan.. apa sekarang dia tidak punya otak?

Setelah itu aku mendengar suara rintihan yang begitu keras.

Ya, paman Ken melemparkan sebuah sendok logam ke arah kepala anaknya. "Itu tidak lucu, Ello!" bentak paman Ken mulai terpancing emosinya.

Kekesalanku sudah berada di puncak kepala. Aku berdiri dari tempat dudukku lalu menyeret Ello dengan kasar untuk segera pergi dari sini. Dia tak bereaksi, Ello hanya diam dan berjalan mengekor dibelakangku.

Sesampainya kami berada di samping kolam renang. Aku langsung menyerangnya dengan ganas. "Apa otakmu itu sudah tak dapat berfungsi lagi atau kejiwaanmu itu sudah terganggu?" tanyaku bersuara keras dan sinis.

Ello menarik tangannya yang sebelumnya kucengkram dengan erat. Ia seolah tak peduli bahwa aku sedang mati-matian menahan diri untuk tidak menendangnya atau menamparnya.

Dan aku baru menyadari, jika kami berdua berdiri sejajar seperti ini. Ello ternyata memiliki postur tinggi tubuh yang jauh dibandingkan denganku. Aku bahkan harus mendongakan kepalaku keatas agar dapat memandang wajah brengseknya itu.

"Well.. sepertinya begitu." Ello lagi-lagi berbicara dengan tenang.

Kedua tanganku mengepal begitu erat, bahkan aku tak peduli lagi jika kuku-kuku jemariku sendiri telah menusuk kulitku hingga membekas. "Apa yang kamu katakan barusan disana? Di depan semuanya?!" ujarku terus bersuara tinggi.

"Jangan bercanda dengan diriku, bajingan!" Aku memakinya begitu lantang.

Dia memasukkan kedua tangannya ke dalam kantung celana jeans-nya, lalu ia berkata. "Aku serius."

"Apa??" tanyaku tak mengerti.

"Aku serius akan menikah denganmu."

"Apa???" Mungkin telingaku sedang bermasalah. Tapi mungkinkah itu?

"I will marry you, Lissa." Ello kembali mengucapkan hal-hal yang masih membuatku bingung.

"Apaaa???"

"Oh, my God. Stop saying "what" Lissa! You are not deaf right?" ujarnya begitu emosi padaku.

"I'm not!" bantahku begitu cepat karena mendengar sindirannya. Aku hanya ingin memastikan bahwa apa yang telingaku terima ini benar-benar sebuah kenyataan. Tapi kenapa dia akan menikah denganku?

Black Fire ( Love Seasons )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang