PART 1

91 3 2
                                    

Si Anak Hilang

"Inget yaaa... Jangan sampe ada yang telat."

"Iyeee min, bawel banget."

"Akhirnya..."

"Iyaaa... Akhirnya..."

"Hahaha... Jangan mimpi. Nanti aku pakai topeng ke sana."

"Satu lawan 31 mana bisa menang min."

"Motivasi terbesarku ikut kopdar ini cuman mau liat muka mimin aja. Penasaran banget. Nget... Ngeeets..."

"Kalian bakal tersepona dengan ketampananku."

"Ngareeep..."

"Terpesona kali min, Hadeh."

"Nyalon dulu, eike meni pedi dulu cyiiinn... bye..." Galih mengetik dengan cepat, kemudian... Sleep... Tanpa menutup internetnya dia mengistirahatkan komputernya. Meregangkan badannya dengan puas. Dia sudah memikirkan dan merencanakan semuanya matang-matang. Yang paling penting adalah kehati-hatian. Wajahnya akan terekspos, tapi tidak apa-apa. Semuanya akan sepadan dengan yang dia dapatkan nanti.

Dia memandang ke layar hapenya yang mati. Hapenya sudah almarhum, sejak dia teledor menjatuhkannya ke dalam bak mandi. Di sana terkubur kenangan singkatnya dengan seorang wanita. Nomer hape wanita itu juga tersimpan di memori telpon, jadi tidak bisa terselamatkan, Banyak hal tentang masa lalunya juga hilang, masa lalu Si anak hilang.

Yup. Dia Si anak hilang. Si anak hilang bukan hanya sekadar nicknamenya di grup- Galih memang salah satu admin di grup pecinta anime di Facebook- Tapi dia benar-benar anak hilang di dunia nyata. Tanpa nama, tanpa keluarga, tanpa siapapun dan... tanpa ingatan. Semua yang dia punya sekarang adalah hasil dari perjuangan kerasnya seorang diri bertahan hidup. Dan Galih adalah identitas yang dia bangun sendiri bersama keluarga barunya. Tidak ada yang benar-benar tahu tentang dirinya. Hanya segelintir orang.

Sengaja dia mengaburkan identitasnya. Sampai saat-saat penting yang dia susun dengan baik. Dia masih menikmati anggota member yang mengira dia wanita, shemale, hode, dll. Sengaja memasang foto Profil wanita seksi, dan bercanda centil dengan semuanya. Dia menikmati semuanya dari persembunyiannya. Sementara dengan segala kehati-hatiannya meyembunyikan identitasnya di dunia maya, wanita itu berhasil menguak sebagian besar tentang seorang Galih hanya dengan naluri wanitanya. Dan sebentar lagi dia kan segera bertemu langsung dengan wanita itu. Bertatap muka. Memikirkannya saja dia sangat bersemangat.

"Kira-kira bagaimana ekspresinya bertemu denganku? Bagaimana tanggapannya tentangku? Apa yang dia pikirkan? Aaahhh... Aku penasaran." Galih tersenyum kecil membayangkannya. Dia segera beranjak dari kursinya menuju ke kamar mandi.


Dewa

Internet adalah syurga baginya. Walaupun seorang dewa mampu membuat syurganya sendiri. Bukan berarti dewa selalu berada dalam nikmat. Saat dia lelah dengan semua hal yang telah diaturnya, dia akan lari ke syurga yang bahkan seorang dewa seperti dia terkagum-kagum. Syurganya manusia zaman sekarang, yang melintasi segala batas tapi sekaligus memberi batasan.

Dia benar-benar dewa, setidaknya dia adalah dewa bagi dirinya sendiri. Dan dewa bagi bayang-bayang yang selalu mengikutinya tentu saja.

"Ini kenapa di gambar ini hanya ada delapan anak tangga, padahal di gambar yang itu ada sembilan. Bentangnya terlalu lebar untuk menahan dua lantai. Gambar ulang semuanya." Dia terduduk dan tersandar di kursi empuknya. Lelah memeriksa tumpukan gambar kerja yang terlihat beres namun penuh dengan kesalahan fatal. Bahkan kursi ini tidak bisa menenangkannya lagi, dia butuh syurganya.

PretEndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang