Berkata seperlunya atau lebih baik diam.
Perjalanan panjang yang Nada lakukan dari Malang menuju Jakarta benar-benar menyiksa tubuh perempuan kurus itu. 15 jam bukanlah waktu yang sebentar bagi dirinya yang memanfaatkan fasilitas jasa kereta api Indonesia.
Memang ini bukanlah hal pertama kali yang Nada lakukan selama hampir dua tahun belakangan ini. Keterima dalam kampus negeri di Malang membuatnya harus rela pisah dari kedua orang tuanya.
Dia yang merupakan anak bungsu dari dua bersaudara benar-benar menjadi ujian untuk dirinya berpisah dari sosok Ibu yang mencintainya begitu dalam.
Sambil mendengarkan musik genre Kpop yang diagung-agungkan anak remaja sekarang, bibir Nada mengikuti setiap lirik yang dinyanyikan oleh penyanyinya.
Ini memang kesempatan dirinya untuk mendengarkan musik kesukaannya saat jauh dari keluarga. Karena bagi Nada yang terlahir dari keluarga terpandang tentang agamanya, Nada tidak bisa leluasa.
Setiap hari ketika dia kembali ke Jakarta pasti musik-musik itu harus ia simpan baik-baik. Jangan sampai Ayahnya yang religius abis bisa terkena serangan jantung saat mendengar dentuman oppa-oppa saat mereka bernyanyi.
"Permisi, 2B," ucap salah seorang laki-laki yang baru saja naik di stasiun Tulung Agung.
Nada memang salah telah duduk di kursi yang bukan nomornya. Dia berpikir tidak akan ada yang naik lagi ke kereta tersebut hingga bisa leluasa duduk di dekat jendela sambil melihat matahari mulai terbenam.
"Oh, maaf." seru Nada.
Gadis itu melihat ada senyuman yang muncul di bibir laki-laki tersebut. Ia seolah paham akan keinginan Nada untuk duduk di kursi dekat jendela. Maka dari itu setelah menyimpan tasnya di bagasi atas kursi, laki-laki itu langsung duduk di nomor kursi yang Nada miliki.
"Eh, nggak papa nih?"
"Santai aja," sahutnya santai. Senyum itu tidak pernah hilang dari bibir laki-laki yang memakai anting pada telinganya.
Jujur saja rasa takut tiba-tiba menyerang Nada. Seperti yang sering di doktrin Ayahnya, laki-laki bertindik di telinga, memiliki tato di sekujur tubuhnya, dan aroma alkohol dari mulutnya adalah sosok laki-laki jahat.
Bagaimana Ayahnya selalu mengajarkan cara kita pertama kali menilai orang lain dari penampilan yang ditampilkannya. Bukan dari hatinya.
Nada tahu mengapa Ayahnya seperti itu, agar Nada selalu berhati-hati kepada orang yang baru dia temui.
Padahal sejatinya, Islam tidak pernah memandang fisik seseorang. Karena yang membuatnya berbeda di mata Tuhan adalah akhlaknya.
Namun namanya juga manusia, terlalu sering mendengar nasihat-nasihat yang Ayahnya katakan membuat Nada menjadi luar biasa siaga. Niatnya yang ingin tidur selama perjalanan panjang ini harus digantikan oleh rasa mencekam.
Berulang kali Nada memperhatikan gelagat laki-laki itu. Mulai dari ia berjalan menuju toilet sampai kembali duduk, pandangan Nada tidak teralihkan darinya.
Padahal jika diperhatikan kembali, laki-laki itu biasa saja. Dia sibuk dengan ponselnya tanpa peduli Nada sudah komat-kamit seperti membaca mantra agar dirinya bisa selamat sampai ke rumah.
"Kopi satu pak," ucap laki-laki itu pada penjaja makanan yang keliling kereta tersebut.
"Kopi aja, mbaknya nggak sekalian?"
"Ahh.." ucap Nada gugup karena sejak tadi kepergok memperhatikan laki-laki di sampingnya saja.
"Mau susu atau teh, mbak?" tanya laki-laki itu.
"Nggak mas, makasih."
"Kopi aja pak," putusnya cepat.
Sambil menyeruput kopi panas itu, suara dering ponsel dari laki-laki tersebut terdengar. Nada deringnya benar-benar membuat telinga bisa pecah.
"Halo.."
"Ah, iya itu."
"Lakukan aja seperti biasa,"
"Jangan sampai orang lain tahu,"
"Polisi?" ulangnya bertanya sambil tertawa.
"Mana ada polisi yang berani,"
"Iya, lo atur aja. Gue lagi di jalan. Nanti sampai Gambir gue hubungin lo," ucapnya menyudahi panggilan tersebut.
Nada yang mendengar percakapannya semakin meringsut ke arah jendela. Pikirannya mulai tidak wajar memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
Jika ia lihat di dalam film-film yang sering ditontonnya, pasti laki-laki ini termasuk ke dalam genk mafia yang dicari oleh pihak berwajib.
Karena merasa diperhatikan sejak tadi, laki-laki itu menoleh pada Nada. Kedua alisnya terangkat merasa bingung mengapa ekspresi Nada terlihat ketakutan.
"Kenapa mbak?"
"Anu.. Itu.." Nada melirik ke sekeliling dulu agar tidak didengar oleh banyak orang. Kemudian dia berbisik begitu pelan, hingga hanya bisa didengar oleh laki-laki tersebut.
"Masnya Mafia ya? Nggak takut ditangkap polisi?" tanya Nada apa adanya.
Sejenak laki-laki itu tertawa. Menggelengkan tidak percaya atas tuduhan Nada kepadanya.
Memang jika dilihat soal tampang, dia termasuk kategori berandalan. Dengan banyak tindikan serta tato di tubuh membuat siapa saja akan menilainya buruk. Akan tetapi siapa yang tahu dalam hatinya.
Sama seperti buah saja. Walau kulit buah tersebut terlihat keriput dan seakan busuk, siapa yang menyangka daging buahnya manis.
"Jika kita bertemu kembali, saya akan jelaskan siapa saya. Bila saat ini begitu penilaian yang mbak berikan kepada saya, bukan masalah. Semua yang melihat saya pertama kali pasti akan menilainya seperti yang Mbak lakukan."
"Eh, salah dong gue berarti." cicit Nada merasa tidak enak.
"Tidak ada yang salah dan benar di sini. Karena lebih banyak orang mengomentari sesuatu sebelum mengetahui kebenarannya," ungkapnya jelas.
"Maaf deh ya,"
"Saya terima maafnya," jawabnya cepat. "Saya Agam. Agam Baihaqi,"
"Nada. Nada Rizani Al Kahfi,"
Berawal dari komentar yang tidak lazim itulah perkenalan mereka terjadi. Hingga tanpa mereka sadari Tuhan sudah mencatat pertemuan mereka selanjutnya.
***
Bersambung..
Bagaimana penilaian kalian mengenai cerita ini?
Hahaha.. Menurut saya banyak kok perempuan yang bersikap seperti Nada. Saat melihat laki-laki bertindik dan bertato mode waspada langsung dipasang.Karena saya pun juga demikian.
Btw komentar kalian yang menentukan lanjut apa nggaknya cerita ini
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Baihaqi (Tersedia Di Bookstore)
SpiritualBISA DIBELI DI TOKO BUKU TERDEKAT.. BEBERAPA PART TERAKHIR SUDAH DI DELETE _______________________________________ Dari AbuHurairah Ra., bahwasanya Rasullullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda: "Jika ada seseorang berkata, "orang banyak (sekar...