3

26.2K 2.8K 421
                                    

Hiduplah di dunia seperti bebek berenang. Walau terlihat tenang dari atas permukaan, namun mengayuh sekuat tenaga di bawah air.

"Nada... Bangun, nak!!!" teriak Sabrin dari luar kamar gadis itu. Hal ini sudah dilakukan kesekian kalinya oleh Ibu dua anak itu. Namun sepertinya tidak berpengaruh sedikitpun kepada Nada. Gadis itu masih nampak nyaman dibalik selimutnya. Memeluk manja bantal berbentuk babi berwarna pink yang menumpuk di sekitarnya tidur.

Dulu ketika Nada masih tinggal bersama kedua orang tuanya tidak pernah satu kalipun dia bangun siang. Walau sedang berhalangan sekalipun, Nada akan bangun pagi. Menemani sang Ibu yang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarga.

Akan tetapi semua itu hanya dulu. Kini ketika ia sudah terbiasa hidup sendiri, merantau di kota orang lain mana pernah Nada bangun pagi. Jika memang dia bangun pagi hanya sebatas karena untuk menunaikan ibadahnya. Setelahnya Nada akan bergelung kembali, bermanja-manja di atas ranjang tidurnya.

"Nada..." panggil sang Ayah.

Laki-laki paruh baya itu menggeleng di depan pintu kamar bertuliskan nama putrinya sambil memandang arlogi di tangannya. Ini kebiasaan buruk. Jangan sampai masa-masa suram Syafiq dahulu menurun ke dalam diri Nada, putri kecilnya.

"Nada. Bangun sayang,"

"Gimana Mas? Belum bangun juga?"

"Belum, Ai. Dia tidur larut semalam?" tanya Fatah sambil memandang istrinya.

"Setahu aku sih nggak. Langsung tidur waktu pamit sama kita itu,"

"Mas nggak mau dia kayak Syafiq. Masa iya keulang lagi nasihati anak yang susah mandi, susah bangun pagi. Sama aja Mas melakukan pekerjaan sia-sia."

"Kok Mas gitu? Kemarin kan Mas nasihati Syafiq bukan Nada,"

"Sama saja. Syafiq dan Nada tidak ada bedanya. Sudahlah. Sekarang bangunkan dia. Mau jadi apa dia? Anak perempuan bangun tengah hari seperti ini. Lagi pula, bangun siang itu sangat tidak bagus untuk kesehatan, Ai. Bisa terkena disorientasi tubuh Nada nanti,"

"Apa itu Mas dis..dis.."

"Disorientasi," bantu Fatah meluruskan ucapan Sabrin. "Itu adalah tanda dimana tubuh kita kehilangan daya saat tidur terlalu lama."

"Oh, gitu." ucap Sabrin sambil mengangguk paham. "Mau ke mana Mas?" tanya Sabrin melihat Fatah masuk ke dalam kamar mereka.

"Ambil kunci cadangan,"

***

Dengan kunci cadangan, pintu kamar Nada berhasil Fatah buka. Ayah dua anak itu menggeleng tidak percaya menyaksikan putri kecilnya.

Tubuh Nada masih terbungkus rapat dengan selimut tebal. Bahkan di lantai kamarnya tersebut, barang-barang kemarin yang ia bawa dari Malang belum dirapikan sedikit pun. Semua berserakan di mana-mana.

Sabrin yang melihatnya hanya meringis ke arah Fatah, suaminya. Dia juga tidak menyangka kelakuan Nada menjadi berubah seperti ini. Apa mungkin gadis ini terbiasa hidup sendiri, dan tidak ada yang memarahi seperti di rumah?

Kadang memang kebiasaan santai lah yang sering kali membuat kita terlena. Membuat semua menjadi tidak disiplin bahkan hancur berantakan. Tetapi seharusnya dalam diri kita sadar atas kebiasaan santai tersebut adalah hal yang begitu disukai oleh setan.

Astagfirullah al'adzim, menyeramkan sekali.

"NADA RAZANI AL KAHFI!!" Panggil Fatah cukup kencang ke arah Nada. Namun ditunggu beberapa saat, wajah Nada yang awalnya tertutup selimut muncul secuil. Rambutnya yang baru dipotong berbentuk dora nampak sudah tidak beraturan.

Mr. Baihaqi (Tersedia Di Bookstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang