4

26.4K 2.6K 396
                                    

Pendidikan untuk anak bukan dimulai sejak dini. Melainkan sejak kamu memilih pasangan sehidup semati.

"Baiklah kalau begitu. Kami tunggu konfirmasi dari beliau kapan bisa diintrogasi. Jangan sampai rumah sakit yang Bapak pimpin ikut terseret juga," tutup ucapan laki-laki itu begitu tenang. Namun seperti adanya air yang tenang, Fatah tahu ucapan yang keluar dari mulut lawan bicaranya tidak bisa dianggap remeh.

Agam Baihaqi, begitu nama yang Fatah ketahui. Laki-laki muda yang Fatah perkirakan berusia 25-27 tahun itu datang ke rumahnya memiliki niatan khusus.

Bukan. Bukan karena dia ingin melamar putri kecilnya, Nada, melainkan Agam mempermasalahkan prosedur rumah sakit yang Fatah pimpin.

Sebagai seorang JPU atau Jaksa Penuntut Umum, Agam Baihaqi cukup kompeten dibidangnya. Semua kasus yang ia tangani terselesaikan dengan lancar. Namun untuk yang kali ini Agam seperti tersandung berkali-kali dalam menyelesaikannya.

Seperti kabar yang Fatah dengar, Agam tengah menangani kasus para koruptor yang sedang marak. Laki-laki itu biasanya sebelum membawa kasusnya ke pengadilan, sebisa mungkin dirinya melengkapi semua berkas-berkas perkara tersebut. Kadang bahkan Agam akan terjun langsung bersama timnya dalam penyelidikan kasusnya.

Akan tetapi kali ini penyelidikannya tersendat karena tersangka dikabarkan tengah sakit dan dirawat di rumah sakit milik Fatah. Sudah berkali-kali tersangkanya tersebut selalu berkilah sakit bila tengah ingin dilakukan pemeriksaan darinya. Padahal Agam sendiri sudah ingin kasus ini selesai. Namun tersangka terus saja menolak ketika ingin diintrogasi.

Untuk itu Agam langsung menemui Fatah. Bertanya bagaimana prosedur yang sebenarnya dalam mengintrogasi pasien yang sakit. Sekaligus bertanya tentang kebenaran penyakit yang tersangkanya miliki. Benar seperti yang diungkapkan oleh pengacara orang itu, atau memang sakitnya ini hanya sekedar untuk mengulur waktu pemeriksaan.

"Baik. Satu-dua hari ini kami akan kontrol selalu bagaimana perkembangan kondisinya. Nanti akan kami informasikan kepada anda kapan bisa diintrogasi,"

"Kalau begitu saya permisi," ucapnya sambil mengulurkan tangan ke arah Fatah.

Tepat ketika Fatah menyambut uluran tangan itu, ia berucap sesuatu diluar kepentingan laki-laki ini ke rumahnya. "Untuk perkara perempuan muda tadi..."

"Itu bukan ranah saya untuk mengomentari. Jadi Bapak tidak perlu ragu, anggap saja saya tidak lihat apa-apa."

"Terima kasih," sahut Fatah merasa senang, walau memang dalam hatinya timbul kekecewaan bila ia telah gagal melindungi aurat putrinya dari orang lain.

Keduanya berjalan keluar, setelah memberi salam Agam langsung menuju mobilnya. Lalu pergi meninggalkan Fatah yang masih berdiri diambang pintu.

Laki-laki itu diam memikirkan tampilan Agam tadi. Wajahnya Fatah akui muda dan tampan. Cara laki-laki itu bersikap juga begitu sopan dan sangat hati-hati. Tetapi ada sesuatu yang tidak Fatah sukai, terdapatnya anting pada telinga laki-laki itu.

Mungkin bagi Agam gaya seperti itu terlihat keren dan sangat kebarat-baratan, padahal tidak bagus sama sekali dalam penilaian Fatah. Apalagi jika Agam adalah anak laki-lakinya, sudah habis Fatah ceramahi dari pagi sampai malam.

Bagaimana bisa kebiasaan seorang perempuan yaitu memakai anting ternyata dipergunakan oleh laki-laki? Batin Fatah bertanya-tanya.

Yang Fatah tahu, Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan bahwa,

لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُتَشَبِّهِينَ مِنْ الرِّجَالِ بِالنِّسَاءِ وَالْمُتَشَبِّهَاتِ مِنْ النِّسَاءِ بِالرِّجَالِ

Mr. Baihaqi (Tersedia Di Bookstore)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang