04. Girls Time

2.2K 526 50
                                    

Sashi agak risih karena sedari tadi Haura, Aurin dan Jennie terus memandangnya dari atas sampai bawah. Lalu lagi-lagi memandang perempuan itu dengan lekat tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Bayangkan, sudah hampir tiga puluh menit! Bahkan Haura, Aurin dan Jennie sama sekali terlihat tak berminat melakukan apapun selain memandang Sashi.

"Kenapa lo nggak cerita pernah jadian sama Damar?" tanya Jennie tiba-tiba.

Sontak kedua mata Sashi melotot lebar, terkejut akan pertanyaan yang tidak ia duga sama sekali.

Haura menimpali, "Iya, kenapa sih? Lo malu jadian sama Damar?"

Aduh! Masa Sashi harus menjelaskan semuanya dari awal, sih? Perempuan itu bahkan sama sekali tidak mau membahas perihal Damar. Rasanya terlalu berlebihan saja, karena nyatanya hubungan Sashi dan Damar pada saat itu hanya terjalin setengah tahun. Dirinya dan Damar memang tidak mempunyai kenangan buruk. Berpisah pun karena kesepakatan bersama.

Jadi apa yang perlu diceritakan lagi?

Kedua mata Aurin menyipit, "Jangan-jangan lo juga nikah karena patah hati sama Damar?"

Sashi lantas memutar kedua bolanya malas, "Nggak usah sok tahu deh. Beneran nggak ada yang harus diceritain ya ampun."

"Cerita. Cepet." Jennie mendesak Sashi dengan tatapan mengintimidasi. Perempuan berwajah jutek itu bahkan tidak mau melirik ke arah manapun, sungguh! Jennie benar-benar tidak ingin melepaskan pandangannya dari Sashi.

Begitu juga dengan Haura dan Aurin, namun tentu dengan tatapan yang berbeda. Jennie dengan tatapan intimidasi, Haura dengan tatapan meledek, sedangkan Aurin dengan tatapan seolah-olah berkata—anjir lo berubah abis! Tapi nggak kayak ibu-ibu!!

"Ya elah," ucap Sooyoung seraya menghela nafas. "—gue sama Kak Damar emang sempet jadian karena kita sama-sama di BEM. Singkatnya cinlok. Kak Damar sama gue pada saat itu sama-sama baru putus—"

"PELARIAN?!" Aurin setengah memekik.

Sashi menggeleng pelan—terlihat agak ragu, "Awalnya, kita emang spending time barengan terus. Gue pribadi nggak berfikir apapun. Terus ditambah kita beda kampus, lo semua sibuk. Gue butuh temen, terus Kak Damar selalu ada. Intinya ya gituuu."

Jennie melebarkan matanya tidak percaya, perempuan yang tengah mengandung itu menggeleng-gelengkan kepalanya, "Unexpected! Lo tau kan Damar... sahabat Kevin?"

"Kak Kevin." koreksi Sashi.

Haura mendengus, "Beda setahun doang! Lo mah sopan-sopan amat deh, Sas."

Aurin menggangguk-anggukkan kepalanya menyetujui ucapan Haura.

"Jawab, Sas!" Jennie lagi-lagi mendesaknya. Sashi hanya menganggukkan kepalanya untuk menjawab pertanyaan Jennie.

Aurin memekik, "TERUS KENAPA?! KENAPA LO SAMA DAMAR?!"

"Kita berhak memilih, mana yang ada disaat kita membutuhkan sandaran. Kak Damar, dia baik."

Sashi menjawabnya dengan santai, bahkan senyuman tipis dibibirnya tidak hilang sama sekali. Ia merapihkan rambutnya lalu menatap ketiga temannya yang tengah menatapnya dengan tatapan yang sulit dijelaskan.

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang