13. Menghabiskan Waktu Bersama

2.2K 414 165
                                    


Note:
Jangan lupa tinggalkan jejak luvv!

Pagi ini Sashi tengah disibukkan dengan kegiatannya di dapur. Jarum jam sudah menunjukkan pukul tujuh dan belum ada tanda-tanda si kembar bangun dari tidurnya. Dan juga Kevin yang belum keluar dari kamarnya.

Bicara soal keberadaan lelaki itu, tadi malam Kevin sempat hendak pamitan untuk pulang. Namun mendadak kondisinya drop yang membuat lelaki itu bermalam di rumah Sashi. Tentu, Kevin dengan senang hati mengiyakan tawaran menginap itu dan baru hari itu ia bersyukur karena telah sakit.

Sialan memang. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Dasar lelaki.

Kedua pipi Sashi mendadak bersemu tak kala mengingat kembali ucapan Kevin tadi malam. Tangannya kini ia lebarkan di depan wajah, ada sebuah cincin yang kini tersemat di jari manisnya. Cincin pemberian Kevin.

"Aku udah siapin ini dari lama. Semoga ukurannya masih sama dan muat."

Kevin mengeluarkan sebuah kotak kecil berwarna merah dari saku mantelnya yang didalamnya berisikan sebuah cincin. Kontan kedua mata Sashi membulat tak kala Kevin membuka kotak itu didepannya. Sedangkan Kevin tampak mengulas senyuman dibibirnya.

Lelaki itu meraih jemari Sashi, "Cincin ini aku beli pas setelah kita ke mall waktu dulu banget. Kamu lihat-lihat di store pernak-pernik cewek. Terus kamu beli cincin couple kan? Nah, aku tanya ukuran kamu apa. Terus kamu jawab. Besoknya aku langsung beli."

Sashi masih menatap Kevin dengan tatapan tidak percaya, "Kok bisa?"

"Buat kamu apa sih yang nggak bisa, Sas?"

Lelaki itu memasukkan cincin itu pada jari manis Sashi, "Tanda kalau kamu milik aku." ucapnya, lalu setelahnya ia menatap Sashi dengan tatapan yang kian melembut, sudut bibirnya terangkat, matanya kontan berbinar menatap perempuan itu.

"Bulan depan kita nikah. Aku akan minta izin ke orang tua kamu dan jelasin semuanya."

Ah... Sashi masih terbawa suasana tadi malam. Diam-diam ia tersenyum kecil seraya mengaduk sup ayam yang ia buat sejak tadi. Jantungnya berdebar tidak karuan, seperti ia merasakan jatuh cinta lagi-pada orang yang sama.

Dengan telaten, Sashi menata meja makan. Ditaruhnya dua piring berukuran sedang dan dua piring plastik berukuran kecil. Tak lupa juga mangkuk berisikan sup ayam ia taruh di tengah-tengah meja makan, disampingnya pun tersedia perkedel kentang yang masih hangat. Lalu ada sosis goreng dan juga baso goreng.

Setelah dirasa sudah beres, Sashi melangkahkan tungkainya ke kamarnya guna membangunkan Nathan dan Nala untuk sarapan. Begitu sampai di kamarnya ia melihat kedua anaknya itu tengah terduduk di kasur dengan rambut yang berantakan. Bibirnya terkekeh kecil, lalu merapihkan helaian rambut kedua anak kembarnya itu.

"Bunda, Athan dengal suala," ucap Nathan seraya mengucek mata.

Sooyoung mendudukan diri di ujung kasur, "Suara siapa sayang?" tanyanya seraya mengusap rambut Nathan.

"Papah kesini?" tanya Nala antusias. Bocah perempuan itu bahkan kini melompat-lompat di kasur. Muka bantalnya dihiasi dengan senyuman lebar antusias.

Sashi terenyuh dan ia baru menyadari bahwa semakin besar kedua anaknya—ia melihat figur Kevin didalam sana.

Sashi menggeleng, "Athan sama Ala punya Ayah. Nanti ayah akan ajak kalian main ke taman bermain, terus lihat ikan-ikan sama lumba-lumba. Mau nggak?"

Nathan menatap Sashi, "Bunda, apa ayah sama papah beda?"

Sooyoung terdiam sejenak.

"Wah! Ayah lebih selu! Aku mau lihat ikan sama lumba-lumba!" Nala memekik riang.

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang