15. Tempat Berlabuh

2.2K 302 98
                                    

Katanya jodoh itu ada disekitar kita tanpa kita sadari. Jodoh itu satu frekuensi dengan kita. Singkatnya, katanya, jodoh itu biasanya tidak jauh alias dekat dari kita.

Awalnya Sashi tidak percaya hal itu. Bermula dari perkenalan singkatnya dengan Kevin kala SMA, lalu lelaki itu tiba-tiba menyatakan rasa sukanya, sesingkat itu. Jauh dari sebelum keduanya menjadi pasangan kekasih, sejak Kevin berada di bangku SMP, lelaki itu selalu melihat perempuan si penarik atensinya menyebrang dari halte untuk naik angkutan umum bersama dengan teman-temannya. Berhubung SMP keduanya itu bersebrangan, memudahkan Kevin yang terkadang nongkrong di kios depan sekolah sembari meminum teh gelas bersama teman-temannya selepas latihan basket yang tentunya ia dengan sengaja mengajak teman-temannya untuk berdiam diri disana guna melihat Sashi yang mungkin saat itu baru pulang ekskul.

Sebesar itu dampak Sashi dikehidupan Kevin. Menaruh perhatian pada sosok perempuan yang memiliki tatapan sejuta makna dengan senyuman cerah khasnya sejak ia duduk dibangku SMP. Hingga akhirnya mereka berada di SMA yang sama-membuat lelaki itu paham dengan apa yang namanya jatuh cinta.

Bahkan sampai saat ini, Sashi tak tahu kalau Kevin menaruh perasaan itu sejak belasan tahun yang lalu. Yang Sashi tahu, Kevin pernah berucap, "Tau nggak aku suka kamu sejak kamu pertama kali masuk SMA ini loh, Sas."

Hanya sekedar itu.

"Kak, ngelamun aja. Ada pikiran ya?"

Lamunan lelaki itu buyar sepenuhnya kini seluruh atensinya menatap sosok perempuan yang paling ia cintai tengah duduk diujung kasur seraya menatapnya heran. Sashi ada disitu, dengan gaun berwarna putih tulang off shoulder yang membalut tubuh rampingnya. Ditambah make up yang tampaknya belum dihapus. Kemudian ia sadar, bahwa dirinya pun belum sempat berganti baju pasca prosesi akad nikah sekaligus resepsi yang mana mengundang kerabat-kerabat terdekat beberapa jam lalu.

Kevin mengerjap, "Aku lagi mimpi nggak sih, Sas?" tanya lelaki itu. "Kalau ini mimpi, aku nggak mau bangun."

Sashi tertawa, "Iya, mimpi."

Mendengar jawaban Sashi membuat Kevin menghela nafas, lelaki itu kemudian membaringkan tubuhnya diatas kasur seraya menatap langit-langit kamar, "Yaudah, nggak akan bangun. Nggak akan merem juga, takut mimpi indahnya hilang."

Perempuan yang tampak tertawa lepas itu tawanya semakin menggema dipenjuru kamar akibat melihat ekspresi bingung Kevin.

"Maksudnya mimpi-n keluarga kecil kita."

Hah?

Kevin mendudukkan dirinya lalu menatap perempuan itu lamat-lamat. Jantungnya seakan melompat tak kala Sashi tersenyum lembut ke arahnya. Sesekali ia menampar pipinya, kanan ke kiri lalu ke kanan lagi. Sakit. Itu artinya ini nyata, bukan mimpi.

"Kita beneran udah nikah?" tanya lelaki itu memastikan.

Sashi mengangguk.

Kevin memicingkan matanya, "...ini aku halu nggak sih, Sas?"

"Iya, halu. Halu suaminya Sashi? Halu? Haluuuuw? Halo? Ya halo?"

Kedua ujung bibir Kevin terangkat membentuk senyuman. Kedua matanya berbinar menatap Sashi. Kemudian ia celingak-celinguk menatap ke seluruh penjuru seolah-olah mencari barang yang hilang.

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang