06. Sebuah Fakta

2.3K 488 88
                                    

Double update! Happy reading mentemen!💚

Kevin memarkirkan mobil Rubicon hitamnya di parkiran Teman Lama, lokasinya berada di Jalan Bima, yang lumayan memakan waktu lama karena lokasinya jauh dari kantornya. Laki-laki itu melepas dasi dan jasnya kemudian ditaruhnya di jok samping menyisakan kemeja berwarna hitam membalut badannya. Netranya melirik ke arah jam di mobil yang menunjukkan pukul 8 malam.

"Bandung itu sempit, Kak. Kakak pasti nggak akan kehilangan aku. Percaya deh, Kak."

Kevin tertawa, "Aku juga nggak akan kehilangan kamu. Karena kamu ada disini. You're gonna live forever in me, Sas. Trust me."

Kevin menunjuk dadanya seraya tersenyum manis ke arah Sashi.

Memang ucapan Kevin saat itu benar faktanya. Sampai sekarang Kevin masih menyimpan Sashi di dalam hatinya. Entah sampai kapan, mungkin selamanya.

Mengingat fakta yang menyakitkan, tentu Kevin tidaklah seputus asa itu. Setidaknya, Sashi masih tetap punya ruang khusus di hati Kevin.

Setelah beberapa menit, Kevin pun memutuskan untuk turun. Hari ini bisa dibilang hari yang berat bagi Kevin, maka laki-laki itu berinisiatif untuk datang kesini sekadar menghilangkan penatnya dengan secangkir kopi ditemani camilan-camilan ringan.

Baru saja Kevin melangkahkan kakinya beberapa langkah tiba-tiba suara percakapan antara dua orang menginterupsi langkahnya. Laki-laki itupun menghentikkan langkahnya lalu memilih berjalan mundur tanpa memutar badannya kemudian bersender di mobilnya.

Kevin kenal betul suara perempuan itu. Itu Sashi. Suara itu adalah suara yang beberapa hari yang lalu sempat melakukan percakapan dengan dirinya. Kedua telinga Kevin kian menajam mendengar suara kedua insan yang tidak jauh dari tempatnya.

"Aku kan udah bilang kalau anak-anak hari ini sama aku aja, Kak."

Laki-laki tinggi itu menggeleng seraya menggendong anak kecil perempuan di dekapannya, "Kamu jangan begitu. Mereka juga anakku."

"Kak Surya kan sibuk. Biar anak-anak sama aku."

Laki-laki bernama Surya itu lagi-lagi menggelengkan kepalanya, "Kamu harus kejar cita-cita kamu, Sashi. Jangan biarkan Nathan dan Nala ngehalangin cita-cita kamu."

Sashi—perempuan yang sedari tadi Kevin perhatikan kini mengeluarkan air mata. Kevin yang melihat itu lantas mengepalkan kedua tangannya dan mencoba untuk menahan emosi.

"Mereka anak aku, mana mungkin mereka jadi penghalang aku, Kak."

Sashi menghela nafas, "Lagian sekarang cita-cita aku cuman satu, yaitu jadi ibu yang baik buat mereka. Aku udah nggak mau jadi pramugari, Kak."

"Tap—"

Sashi mengambil Nala dari Surya, kemudian menggenggam tangan Nathan yang sedari tadi berada disampingnya dengan tatapan bingung.

"Ada baiknya Kak Surya pulang."

"Sas—"

Sashi menatap laki-laki itu, "Kak, aku mohon. Tolong tinggalkan kami."

"Papah!" seru Nathan. Sedangkan Nala menatap sang ayah yang berjalan menjauh dari mereka.

Dibalik mobil, Kevin melihat laki-laki bernama Surya itu memilih memasuki mobil dan pergi meninggalkan Sashi.

Diam-diam Kevin menghela nafas pelan. Netranya kini mengintip ke arah Sashi yang masih terdiam seraya berbicara kepada kedua anak kecil itu. Kevin tidak mendengarnya dengan jelas, karena suara Sashi terlalu pelan.

Namun tiba-tiba hatinya remuk begitu melihat Sashi berjongkok seraya memeluk kedua anaknya.

"Nda... Jangan nangis..."

Stuck On YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang