ALEX
Sudah seminggu sejak hari itu, sekarang sudah menginjak tanggal 10 Agustus. Gue sekarang lagi ngaca. Mengenakan jas almarhum bokap gue. Mau gaya dulu ah sebelum jemput my princess. Teresa.
Sekitar pukul setengah enam, gue mengambil kunci mobil dan turun ke bawah menemui mama.
"Ma. Alex berangkat dulu ya," ucap gue pamit kepada mama.
"Loh, sudah mau jalan? Yasudah. Hati-hati ya," ujar mama.
"Iya ma," jawab gue.
Gue pun masuk dan menyalakan mobil. Selang beberapa detik, gue segera menginjak gas dan melaju menuju rumah Teresa.
Sekarang gue udah sampe di rumah Teresa. Cuma butuh waktu sekitar 10 menit buat ke sini.
Tok! Tok! Tok!
Tidak ada jawaban. Gue hendak mengetuk lagi, tapi tiba-tiba pintu berdecit terbuka. Teresa keluar dengan dress polos berwarna peach. Cantik banget!
"Lex? Kok, bengong?" Tanya Teresa membuyarkan lamunan gue.
"Eh. Hm. Abisnya... lo malem ini cantik banget sa, hehe," ujar gue, menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal.
"Jadi maksud lo, gue nggak pernah cantik gitu?" Cibir Teresa.
"B, bukan gitu sa. Lo tiap hari juga cantik kok, sa!" Duh, keceplosan.
"Acie. Jangan-jangan, lo suka ya sama gue," ujar Teresa meledek. "Hahaha. Just kidding. Berangkat yuk."
Alex mengehela nafas lega. Gue kira. "Ayuk."
Gue dan Teresa pun masuk ke dalam mobil dan segera pergi menuju sekolah.
•••
TERESA
Sekarang, gue sama Alex udah sampe di sekolah. Karena nggak mau memakan waktu lama, gue sama Alex segera masuk ke aula. Keadaan di sana sudah ramai di penuhi anak-anak bersama para pasangannya. Begitu juga dengan Emilio dan Cam yang sudah datang lebih dulu.
"WIII! KEREN BENER LO LEX!" Seru Emilio menepuk bahu Alex.
"B aja kali," ujar Alex.
"Lo berdua kayak pasangan pangeran William sama Kate Middleton! COCOK 100%!"
Ucapan Cam membuat gue terlonjak dan menatap Alex.
"Kenapa?" Tanya Alex yang sadar gue ngeliatin dia.
"Eh. Ng, nggak kenapa-napa kok," ujar gue nyengir. Alex hanya mencibir.
Tiba-tiba, Revan dan Natasha menghampiri kami. Revan ganteng banget gila! Natasha juga nggak kalah cantik.
"Hai guys."
"Gils! Ganteng banget lo van!" Seru Alex.
"Biasa aja kali lex," tawa Revan.
"Bener kata Alex, van. Lo ganteng banget. Ya nggak?" Tanya Cam, melirik gue.
Gue yang ngerasa cuma pura-pura mainin ponsel.
Tiba-tiba, Alex megang tangan gue. "Gue sama Teresa kesana ya. Ayo sa," gue mengangguk, menunjukkan muka bloon gue.
"Kita mau kemana lex?" Tanya gue setelah agak ngejauh dari mereka.
"Lo cemburu kan liat Revan sama Natasha bareng gitu? Makanya gue sengaja ngajak lo ngejauh dari mereka," jawab Alex.
"G, gue biasa aja si."
"Halah tukang boong. Nggak usah munafik sama sahabat sendiri lah," ujar Alex menggoda gue.
"Whatever."
•••
"Gue sama Emil balik duluan ya," ucap Cam.
"Elah cepet amat si. Sini dulu napa kumpul bareng," ujar gue menarik lengan Emilio dan Cam. Mereka hanya pasrah.
"Ceritain pengalaman pas dansa tadi dong! Lo duluan, mil. Ceritain sejam bersama Zara," ledek Alex.
"Tadi waktu dansa, gue nggak sengaja nginjek sepatunya Zara," tutur Emilio.
"Terus? Dia marah?" Tanya gue.
"Ya marah lah kayak nenek lampir jir. Terus dia gantian nginjek sepatu gue. Kotor dah sepatu mahal gue. Padahal gue beli di Antartika," ucap Emilio lebay.
"Alay lo ah. Beli di pasar malem aja belagu," ujar Cam. Emilio hanya cengengesan.
"Nanti gue bikin wattpad ah tentang seorang pria dan wanita yang jatuh cinta gara-gara nginjek sepatu," ledek Alex.
"Tai lo lex," ujar Emilio bersemu merah.
"Kenapa pipi lo merah gitu mil. Kayaknya mulai ada sinyal nih," ucap Revan.
"CIEEE EMIL SUKA SAMA ZARA!" Seru gue. Emilio menatap gue dengan berapi-api.
"Gue sama Emil balik ya. Ayok mil. Duluan guys," ujar Cam.
"Gue juga mau balik deh,"ucap Alex, "lo mau ikut?" Tanya Alex kepada gue.
Gue hanya mengangguk.