"Coba sekarang lo cerita sama gue. Kenapa tadi malem lo nggak jadi nembak Teresa. Gue mau lo jujur ya, lex," ucap Emilio sesampainya mere-
ka di toilet."Berapa kali sih, harus gue bilang. Gue nggak yakin mil," jawab Alex.
"Lex. Lo itu sahabat gue. Gue tau kalo lo lagi ada masalah. Gue juga tau kalo lo lagi bohong sama gue. Sekarang gue mohon banget sama lo. Tolong lo jelasin kenapa. Gue cuma butuh jawaban lo," ucap Emilio dengan tampang serius.
"Gue bingung harus bilang gimana," ujar Alex, menyenderkan tubuhnya ke dinding toilet.
"Tell me, please."
"Tapi gue mohon lo jangan histeris–"
"Iya iya. Cepetan," ucap Emilio penasaran.
Alex menarik nafas dan menghem-
buskannya perlahan. "Teresa... suka sama Revan, mil.""Su, suka Revan? Pasti lo bercanda kan–"
"Gue nggak bercanda!" Seru Alex memotong perkataan Emilio.
"Ini nggak mimpi, kan?" Tanya Emilio, menampar pipinya. "Aw!"
Alex menggeleng.
"Lo yang sabar ya. Tuhan pasti memberikan yang terbaik buat lo, lex. Gue bakal dukung lo terus sampai kita jadi aki-aki. Gue janji," janji Emilio.
"Thanks bro. Lo emang sahabat gue paling baik yang pernah gue kenal. Ya... walaupun punya suara kayak toa, muka pas-pasan–"
"STOP PLEASE!"
"Hahaha bercanda bro. Eh, si Camong nge line gue. Kita di suruh ke kantin," ajak Alex. Emilio hanya mengiyakan dengan anggukan.
•••
TERESA
Nggak sengaja gue ngeliat para the boys lagi nongkrong di kantin. Lagi
boring nih. Gue samperin aja ah."Hei guys! Lagi pada ngapain nih?" Tanya gue, duduk di sebelah Alex.
"FINALLY! ORANG YANG DI OMO-
NGIN DATENG JUGA!" Seru Emilio heboh.Alex, Revan, dan Cam hanya melotot ke arah Emilio seakan ngasih kode
'bisa diem nggak sih mulut lo'."Sorry sorry," jawab Emilio tanpa bersuara.
"Hah? Lo pada ngomong apa, sih. Coba reply reply, tadi gue lagi serius ngetik."
Alex merasa lega.
"Kita lagi ngomongin cewek," ujar Cam.
"Cewek? Kenapa cewek?" Tanya gue
bingung."Susah peka," ujar Revan.
"Nganggep cowok yang selalu nggak peka. Padahal mah, beh... cewek juga
sama aja," sambung Emilio."Lah? Emang bener kan? Cowok yang susah pekanya!" Seru gue berusaha biar nggak di salahin. Buktinya, Revan aja nggak peka-peka sampe sekarang. Batin gue dalam hati.
"Kalo Allah berkehendak lain gimana sa? Ada cewek yang nggak peka sama cowok?" Tanya Revan.
"Ma, maksdu lo... ada cewek yang
nggak peka apa?" Tanya gue balik.