Ch 6 - Implementasi

1.8K 254 51
                                    

"Aku pasti sedang bermimpi.."

"Ini nyata, kalau kau bisa melihat dengan jelas orang-orang itu baru saja mengangkut kasur kita dan menggantinya menjadi ukuran yang begitu besar."

"Aku tahu itu, jungkook. Tapi jimin adalah istriku seka-"

"Dia juga istriku, alien."

"Tapi siapa yang sudah mendahului kita?"

"Entahlah.. Mungkin.. Taemin?"

"Mereka tidak begitu dekat, mana mungkin bisa begitu..."

"Lalu dengan siapa?"

"Aku juga tidak tahu.. Kenapa jimin kelihatannya saja polos tapi ternyata dia sudah tidak suci lagi.."

"Aku tidak peduli, taehyung. Aku akan tetap berada disisinya seperti apapun keadaannya."

"Bukan itu, jungkook. Kau pikir aku tidak akan seperti itu juga kalau itu untuk jimin."

"Lalu apa sebenarnya yang kau permasalahkan? Kita yang akan jadi pesuruh dikantor ayahnya jimin? Kau ini lembek sekali."

"Tentu saja bukan itu.. Aku hanya tidak tahu harus merasa senang atau sedih.."

"Ah aku tahu maksudmu. Kau senang karena jimin tidak hanya jadi teman atau pacar saja, sekarang dia sudah jadi milik kita. Tapi kau sedih karena jimin melakukan 'itu' dengan orang lain."

'Kurang lebih.. ya... Tapi yang membuatku sangat sedih adalah jimin yang terus menerus menangis..bahkan didepan altar tadi...'

"Kita bisa menghiburnya, jangan biarkan jimin menderita sendirian. Tunggu sampai dia sampai ke rumah kita sore nanti. Kita akan memperlakukan jimin dan bayinya seperti seorang suami dan ayah yang baik."

Taehyung yang kalut kemudian menyunggingkan sebuah senyuman setelah mendengar perkataan jungkook. Walaupun mereka sering bertengkar, tapi kadang mereka dapat mengetahui perasaan satu sama lain tanpa harus diutarakan secara lisan.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jimin, jangan menangis.."

Hoseok menghela nafasnya, begitupun yang dilakukan namjoon. Sungguh, Melihat jimin yang terus saja berurai air mata seperti ini sangat menyakiti hatinya. Tapi jujur saja, disisi lain dia dan namjoon merasa iri.

'Hyung tidak ingin kau mengalami hal seperti ini.. Tapi kau beruntung sekali jimin.. Ayah dan ibu tidak ingin berbesan dengan mereka.. Aku sudah menungu dan melakukan segala cara.. Tapi kau yang justru menolak untuk kujadikan media pendekatan.. Malah bisa bersatu dengan keluarga itu secepat dan semudah ini..'

Batin namjoon. Sebelum kemudian memangku jimin untuk diatas pahanya dengan posisi menyamping, memudahkannya melihat wajah adiknya yang sembab.

"Lihat hyung, chim. Kau-"

"Kenapa jadi begini hyung huks.. I-i.. Huks... Ibu benci huks.. Huks.. Ibu benci padaku sekarang..."

"Sssttt.. Tidak ada ibu yang akan membenci anaknya sendiri, jimin. Ibu hanya terlalu terkejut mendengarnya. Dia perlu sedikit waktu untuk bisa menerima semua ini.."

Kata namjoon seraya membawa jimin kedalam sebuah pelukan yang hangat. Hal itu membuat hoseok sedikit banyak merasa bersalah karena kebanyakan dari waktunya bersama jimin hanya dihabiskan dengan mengancam dan mengerjainnya setiap hari. Jika saat-saat seperti itu, dia senang sudah membuat jimin sampai menangis dan mengadu pada ibu dan kakak tertuanya. Tapi tangisan jimin kali ini.. Enah kenapa.. Terasa begitu menyakitkan baginya..

[End] LalatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang