Ch 7 - Tindas

1.8K 265 11
                                    

Jimin menyesal sudah dengan mantap berkata

"Baiklah aku akan melakukannya."

Dua minggu yang lalu.

Sekarang semua bagian dari tubuhnya sakit sekali, ibunya taehyung dan jungkook ternyata memberhentikan semua pembantunya waktu itu.

"Aw aduh tanganku.."

Jimin memeriksa tangannya yang terciprat minyak panas. Sesaat kemudian dia mematikan kompornya. Dan beralih untuk memotong bawang saja lebih dulu. Tapi justru tangannya tergores pisau.

"Ahh!! Ssshhh... Jariku berdarah.. Aduhh ini saakit dan perihh sekali..."

Jimin sangat kesal, jadi dia melemparkan pisau dan talenan itu ke lantai. Dia sudah sangat kelelahan setelah mengepel rumah, menyetrika pakaian, dan juga mencuci mobil jiyong. Jika hari minggu, saat semua orang ada di rumah, jimin boleh saja bisa bersantai. Tapi kalau sudah memasuki hari senin, semua penderitaan fisik ini seakan tidak ada hentinya. Apalagi...

"Jimin!!!! Cepat buatkan aku jus !! Dan bungkus makanan untuk suamiku. Aku akan pergi ke kantornya lima belas menit lagi."

'Lima belas menit apanya?? Aku bahkan belum memasak apapun..'

Kalau sudah begini, jimin akan mengingat ibunya di rumah.

'Eomma... Kenapa eomma tidak pernah membalas pesanku.. Mengangkat teleponku.. Dan menemuiku sekali saja.. Apa eomma akan membiarkanku hidup seperti ini terus..'

Jimin menatap kosong lantai dapur yang berserakan bahan masakan, lalu kemudian berjongkok untuk memungut kembali apa yang sudah dibuangnya. Tapi sebulir keringat masuk kedalam matanya, hingga tanpa sadar dia menggosokkan tangannya yang baru saja menggenggam potongan bawang dan cabai.
Lalu...

"Arggggghhhhhhh!!!!"

Cepat-cepat jimin berlari untuk membesihkan matanya di watafel. Dia sudah tidak bisa membedakan lagi yang mana air mata karena perih atau karena hatinya yang begitu sakit.

"Eomma.. Aku benci padamu.. Aku benci.. Huks.. Huks.. Kau biarkan aku tinggal disini.. Kenapa kau tidak bunuh aku saja sekalian eoh?!! Atau aku bunuh huks.. Aku bunuh diri saja disini supaya kau sena-"

"Apa yang kau lakukan?!!"

Jiyong menepis pisau daging yang dipegang oleh jimin. Terlambat sedikit saja mungkin jimin sudah memotong habis tangannya saat ini.

"Aku menyuruhmu untuk memotong dan menggoreng ayam, bukan untuk mengamputasi telapak tanganmu sendiri."

"Aku tidak mau. Lebih baik aku mati saja. Memangnya apa pedulimu?!!"

Jiyong sebenarnya terkejut melihat jimin yang seperti itu. Tidak pernah selama dua minggu ini jimin berani berteriak padanya.

'Apa aku keterlaluan? Dia terlihat tertekan sekali.. Tapi anakku juga selalu pulang dengan sangat kelelahan.. Mereka bahkan selalu melewatkan makan malam belakangan ini..'

"Kalau kau mau mati, harusnya yang kau tebas itu leher. Asal kau tahu saja, ada banyak orang yang masih bisa hidup tanpa tangan."

Jiyong mengatakan seperti itu. Tapi kenyataannya dia merebut dan membawa pisau yang dipegang oleh jimin bersamanya. Mencegah anak itu untuk melakukan hal yang bodoh dua kali.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Jungkook, aku sudah kehabisan tenaga.."

"Kau pikir aku tidak, tae.."

"Kenapa ibu mertua selalu ada di kantor.. Padahal kalau dia tidak ada.. Kris appa akan selalu memperlakukanku dengan baik.."

[End] LalatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang