Maeri PoV
Aku berjalan menjauh dari ruangan tempat Cindy dirawat. Melihat Yoongi dan Cindy bercanda tawa seperti itu membuatku sakit, terlebih lagi ketika aku mendengar Yoongi berbcara seolah dia menyesal tidak menjadi kekasih Cindy. Mengapa semuanya begitu menyakitkan sekarang? Cindy itu sahabatku sendiri, aku juga yakin kalau dia tidak akan mempunyai perasaan yang lebih kepada Yoongi, tapi mengapa dadaku terasa sesak?
Aku menghentikan langkahku di depan lift. Kemudian aku masuk ke dalam lift itu dan refleks menekan tombol A, yaitu rooftop.
Sekitar 3 menit di dalam lift, sampailah aku di rooftop. Lift pun terbuka dan aku melangkahkan kakiku keluar dari sana. Aku menoleh ke arah kiri, aku melihat seorang namja yang sepertinya tak asing dimataku. Apakah dia Namjoon-ssi?
Masa bodoh dengannya, aku hanya ingin mencari udara segar disini. Aku pun berjalan ke arah kanan, arah yang berlawanan dengan keberadaan Namjoon-ssi.
"Oh, Maeri-ya." aku mendengar dia memanggilku dan sepertinya dia akan menghampiriku sekarang.
Aku sama sekali tidak ingin melihat wajahnya sekarang ini. Aku pun diam saja dan tak merespon apapun yang dia katakan.
"Maeri-ya, tumben sekali kau kemari. Soal kejadian hari ini, aku ingin meminta maaf padamu. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana membuatku terkesan akan keberadaanku. Dan jujur, aku menyukaimu."
"Jangan bicarakan masalah itu sekarang, aku sedang dalam mood yang kurang baik."
"Apa itu karena pacarmu? Cobalah ceritakan semuanya padaku, siapa tahu mood mu menjadi lebih baik. I swear, I will not do something bad to you."
"Eoh. Yoongi. Dia kesal terhadapku dan Jimin."
"Apa masalahnya?"
"Yoongi bertanya tentang perasaan Jimin terhadapku, dan Jimin tidak bisa menjawab. Itu membuat Yoongi berpikiran bahwa Jimin masih mencintaiku, dan juga sebaliknya. Kemudian dia meninggalkan kami. Ketika aku ingin melihat Cindy, Yoongi sudah disana. Mereka bercanda tawa, dan aku mendengar bahwa Yoongi harusnya dulu menjadi kekasih Cindy bukan aku. Itu membuatku sakit, walaupun aku tahu Cindy tidak akan menganggap Yoongi serius. Aku, aku..."
Air mata ku mengalir begitu saja, dan Namjoon-ssi adalah orang yang pertama melihat air mata yang disebabkan oleh perasaan sakit hatiku. Aku tidak boleh seperti ini, tapi sepertinya air mataku tidak bisa tertahan lagi.
"Uljima, Maeri-ya." kata Namjoon.
"Aku..." perkataanku terhenti ketika aku merasakan tangan besar merangkul bahuku. Akupun refleks mendekatkan diriku pada Namjoon dan mendaratkan wajahku di dada bidang Namjoon.
"Tumpahkan semuanya, jika itu akan membuatmu lebih baik. Aku akan menemanimu disini."
"Namjoon-ssi, katakan kalau ini hanya mimpi. Aku, aku mencintai Yoongi lebih dari aku mencintai Jimin dahulu."
"Mianhae, aku harus mengatakan ini. Jika memang dia mencintaimu seperti kau mencintainya, dia tidak akan kesal terhadap kalian. Dia akan lebih berpikiran rasional bahwa kisah kalian itu telah usai, dan sekarang kau adalah kekasihnya. Tapi sikap dia seperti itu menunjukkan bagaimana perasaannya terhadapmu sekarang, bukankah seperti itu?"
"Namjoon-ssi, jebal..."
"Sssssh, sudahlah. Jangan berkata apapun lagi." kata Namjoon-ssi sambil mempererat pelukannya dan menepuk-nepuk punggungku.
Aku yang masih terisak hanya bisa menyandarkan kepalaku di dada Namjoon.
Tiba-tiba aku mendengar suara orang yang sangat tak asing di telingaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Private Doctor (Hiatus)
Fanfiction#52 in Mellow category When I fall in love with my private doctor, I don't know how to express it. Karena aku hanya seorang yeoja yang sedang sekarat. Slow update