CHAPTER 6

26 1 2
                                    

Pic: Bo Young

Acara makan malam 'besar' itu berakhir dengan sangat baik berkat 'peran' Bo Gum-ssi yang memukau. Tentu saja aku bilang peran karena semua kata-kata manis yang terucap dari mulutnya malam itu adalah kebohongan. Jika saja kami tidak membuat kesepakatan pada malam itu, mungkin aku sudah benar-benar membencinya dan tidak akan pernah mau menemuinya lagi. Dia pembohong yang hebat—terpaksa kuakui karena jujur saja aku pun sempat terpikat pada ucapannya selama beberapa detik. Ia mengatakan bahwa ia akan selalu menjagaku, dan tidak akan pernah menyakitiku—kebohongan paling besar yang dilontarkannya malam itu.

Walaupun sedikit muak dengan kata-katanya itu, aku masih bisa membalas sandiwara dengan cukup baik walaupun tidak sebaik dirinya. Dan 'keakraban' kami malam itu membuat Kakek malah mengusulkan sesuatu yang konyol. Bo Gum-ssi harus hadir di acara ulangtahunku yang ke-19 bulan depan. Acara yang seharusnya hanya dihadiri oleh keluarga dan sahabat dekatku saja. Bahkan Kakek bilang Bo Gum-ssi sebaiknya membawa serta teman-temannya agar tidak bosan ketika kutinggalkan bersama teman-temanku. Tentu saja aku akan selalu bersama teman-temanku, maka dari itu bukankah lebih baik ia tak usah ikut serta? Tapi apa dayaku malam itu yang tetap harus melanjutkan sandiwara dengan ekspresi senang seakan-akan itu akan membuat hubungan kami makin dekat.

Bahkan reservasi tempat dan lain sebagainya dilakukan oleh Bo Gum-ssi. Bukan, kali ini bukan Kakek yang menyuruh, namun ia sendiri yang mengusulkannya. Aku bisa gila! Bagaimana mungkin orang sepertinya mau membantuku menyiapkan hal-hal yang 'kekanakan' menurutnya? Bisa saja ia akan mengacaukan segalanya!

Karena ide konyolnya, aku terpaksa membatalkan janji bertemu dengan Jong Suk hari ini hanya untuk reservasi tempat yang diusulkannya itu—bersamanya. Dan Kakek.

"Kenapa sedari tadi raut wajahmu seperti tidak nyaman begitu? Ada masalah?" tanya Kakek yang duduk di kursi belakang. Beliau memaksaku untuk duduk di sebelah Bo Gum-ssi­ dengan alasan agar terbiasa ketika kami menikah nanti. Aku menahan dengusanku ketika mendengar pemikiran konyol apa lagi itu.

"Gwenchanaseumnida," jawabku sambil tersenyum.

"Apa kau sakit?" Bo Gum-ssi yang sedang menyetir tiba-tiba menghentikan mobil yang kami kendarai di sisi jalan. Salah satu tangannya kemudian menyentuh dahiku, secara refleks aku menghindar. Terkejut. Bukan karena perlakuannya yang membuatku terkejut, tapi karena detak jantungku yang berubah drastislah penyebabnya.

"Kau perhatian sekali, Bo Gum," komentar Kakek dengan senang, terdengar dari suara beliau saat mengatakannya. Aku hanya membeku dan menunduk.

"Maaf membuatmu terkejut," kata Bo Gum-ssi setelah melihat reaksiku. "Kau tidak apa-apa, kukira kau sakit."

Kakek—yang bisa kurasakan masih tersenyum senang—mendadak ingin diantar ke Kantor saja yang jaraknya lebih dekat dari sini karena beliau tidak ingin menggangguku dan Bo Gum. Lagi pula sebenarnya ada beberapa urusan yang harus diselesaikan meskipun sekarang hari Minggu. Itu menjadi kesempatan emas untukku agar bisa lari dari situasi ini. Nanti setelah Kakek turun di Kantornya, aku akan turun di halte bus dan meminta Jong Suk saja untuk menjemputku. Maka aku bisa melakukan reservasi dan persiapan lainnya bersama kekasihku, dan Bo Gum-ssi tidak perlu repot-repot melakukan semuanya.

Lelaki di sebelahku menjalankan kembali mobilnya, dan sepuluh menit kemudian kami sudah sampai di depan Kantor milik Kakek. Hanya dia yang mengantarkan Kakek sampai masuk ke dalam, sedangkan aku menunggu di mobil karena itulah yang diperintahkan Kakek.

Selagi orang itu mengantar Kakek, aku menghubungi Jong Suk untuk mengatakan bahwa kita bisa pergi bersama hari ini.

"Yeoboseyo," sapanya dari seberang sana.

My Annoying FiancéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang