"Mas, aku udah hamil. Bagaimana ini? Lama-lama perutku bakal tambah besar. Aku malu." Di dalam sebuah mobil yang melaju, seorang wanita berkata kalut."Tenang. Aku akan segera menceraikan Alda.
***
Disebuah rumah duka, suasana masih tampak ramai. Sanak saudara dan para tetangga yang bertakziyah masih setia menghibur dan menemani tuan rumah yang sedang berduka. Mendung yang menggelayut di langit sore ini menambah rasa sendu dan kelam di hati.
"Yang sabar ya, Nduk," ucap salah seorang kerabat pada gadis cantik berjilbab lebar di kamarnya.
Sang gadis hanya diam. Tak bersuara. Tak menjawab ataupun menangis. Hanya diam.
Semua tamu yang melihatnya pasti akan berfikir kalau gadis itu sangat shock dan bersedih hingga tak bisa berkata- kata. Tapi nyatanya?
Tidak!
Sama sekali dia tidak bersedih. Tak ada kesedihan di hatinya. Hanya sakit. Pedihnya mengalahkan pedih luka sayatan pisau. Pedihnya mengalahkan sakitnya tertusuk jarum. Pedih itu bernama, penghianatan.
Ryan, sang suaminya telah berkhianat. Bukan dengan orang lain. Tapi dengan adik sepupunya. Kalau memang Ryan ingin matsna (poligami), setidaknya menikahi wulan dan melepaskannya, bukan malah kumpul kebo dengan wulan sementara dia masih syah sebagai istrinya.
Alda memang menikah dengan Ryan karena perjodohan. Dia mengakui belum ada rasa cinta untuk Ryan. Dia hanya berusaha menjadi istri yang baik. Salahkah?!
Tapi Ryan lebih memilih melakukan dosa besar daripada menghargainya sebagai istri. Setidaknya menghargai akad nikah yang telah terucap. Bahkan selama dua bulan pernikahan mereka, tak sekalipun Ryan 'menyentuh' Alda.
Hingga hari ini. Hari Ryan dimakamkan. Ryan ditemukan tak bernyawa bersama wulan di sebuah jurang di dalam mobilnya. Awalnya tak ada yang tahu hubungan mereka, sampai ditemukan rekaman saat mereka berhubungan.
Geger!
Semua geger. Tak ada yang tak kaget mengetahuinya. Bahkan orang tua Ryan memeriksakan keaslian rekaman itu. Lalu hasilnya? Asli!
Ditambah wulan yang ternyata tengah hamil dengan usia kehamilannya 5 minggu. Semua tahu karena surat dari dokter yang menyatakan dia hamil juga ditemukan di dalam mobilnya. Orang tua wulan jelas shock. Belum lagi ditambah dengan mama Alda yang memaksa team dokter di Rumah Sakit untuk memeriksa kecocokan DNA janin dengan DNA Ryan.
Semua telah jelas!
Siapa yang tidak shock? Siapa yang tidak kaget dan terkejut?
Termasuk Alda.Tapi mau bagaimana lagi? Ibarat kata nasi telah menjadi bubur, tak mungkin bisa dijadikan nasi lagi ... apalagi beras. Mustahil.
"Sayang ...." Mama memeluknya lagi entah yang keberapa kali dalam satu jam ini. "Kamu yakin mau ikut pulang ke Jakarta besok?" tanya Mama saat hanya mereka berdua didalam kamar.
"Iya, Ma. Rasanya Alda muak bernafas dan makan di rumah ini," jawab Alda datar.
Bukan!
Alda bukannya sedih Ryan meninggal. Tapi sakitnya karena sudah dibohongi berbulan-bulan. Padahal Alda merelakan niatnya untuk memulai belajar berbisnis bersama tantenya demi menerima perjodohan ini. Intinya, Alda harus berkorban banyak hal. Tapi Ryan dengan mudahnya berbuat bejat dibelakangnya. Sungguh tak sebanding.
"Oke. Nanti malam biar Bi Ati dan Mang Toto yang beresin barang-barang kamu, Sayang. Nggak usah dipikirkan masalah dengan keluarga Ryan. Biar Mama dan Papa yang mengurusnya. Sekarang kita istirahat dulu ya. Mama temani, oke?"
"Oke." Alda merebahkan diri di ranjang dan mulai memejamkan matanya. Mamanya setia disampingnya, mengelus kepala anaknya dengan sayang.
Orang tua mana yang tega, anaknya diperlakukan seperti itu? Tentu sakit. Tak perduli hubungan persahabatan dengan Leni, ibu dari Ryan akan retak. Yang paling penting tentu saja kebahagiaan anak gadis satu-satunya ini.
Tia masih tak habis pikir. Bisa-bisanya Leni menutupi masalah yang ada pada rumah tangga anaknya. Mungkin memang Leni tak tahu menahu tentang perselingkuhan Ryan. Namun benarkah dia juga tidak tahu kalau ada yang ganjil dalam interaksi Ryan dan Alda? Benar-benar tidak peka.
Tia menghela nafas lelah. Setelah memastikan Alda telah terlelap. Tia bangkit dan membenarkan selimut yang dipakai anaknya.
Sekarang tentu dia akan mencari suaminya untuk mengurus kepulangan Alda ke Jakarta.Meski Leni atau siapapun di keluarga mereka menolak Alda pergi. Dia tidak perduli.
Apalagi dia tahu anaknya masih perawan. Jadi tak perlu ada masa iddah setelah perceraian atau ditinggal mati suami. Secepatnya dia akan mengusahakan kebahagian Alda.
Sudah cukup dulu dia membujuk Alda menerima perjodohan ini.
Nyatanya Ryan bukan lelaki sholih yang selama ini di pamer-pamerkan oleh Leni. Ryan hanyalah mimpi buruk bagi keluarga mereka.Hanya mimpi buruk!
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumbal Janda Perawan!
ParanormalAlda haifa. Menjadi janda di usianya yang ke 18 adalah mimpi buruk yang tak pernah dibayangkannya. Bukan keinginannya jika banyak laki- laki menaruh hati padanya..seolah menegaskan citra negatif janda dan bukan inginnya jika dia akan dijadikan tumba...